Satgas Bahas Pembelajaran Tatap Muka dan Distribusi Vaksin Sinovac

January 8, 2021 by  
Filed under Kutai Timur

Share this news

SANGATTA-Satgas Penanganan Covid-19 Kutim mengawali rapat perdana 2021 terkait dua agenda utama yaitu pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah dan distribusi terkait vaksin Covid-19 yakni sinovac. Kegiatan dipimpin langsung oleh Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kutim yang juga Plt Bupati Kasmidi Bulang didampingi unsur FKPD mulai dari Dandim, Kapolres, Danlanal, Kajari, BPBD Kutim, dan instansi OPD terkait di Ruang Rapat Satgas Kantor BPBD Kutim, Jalan Soekarno Hatta, Kamis (7/1/2021).

Dalam kesempatan itu, Plt Bupati Kutim Kasmidi Bulang memutuskan metode pembelajaran tetap dalam jaringan (daring) masih terus berlanjut di tahun 2021. Jadi belum bisa PTM di sekolah. Keputusan ini diambil berdasarkan seiringnya kasus Covid-19 di Kutim yang masih berstatus zona merah.

“Pemkab menyepakati pembelajaran masih melalui daring menggunakan platform yang tersedia. PTM di sekolah masih ditiadakan hingga batas waktu yang belum ditentukan. Kita akan edarkan surat itu ke sekolah,” ujar Kasmidi.

Selanjutnya, Sangatta Utara menjadi wilayah tertinggi dengan kasus Covid-19.

“Dengan demikian Pemkab Kutim tak ingin mengambil resiko jika memaksakan pembelajaran di kelas,” tegasnya.

Sementara itu, sebanyak 1.915 dosis vaksin sinovac sudah disiapkan untuk tenaga kesehatan (nakes) di Kutim. Jumlah tersebut sudah sesuai dari tingkat negeri, swasta, TNI-Polri, dan petugas kesehatan di perusahaan.

Kutim sendiri direncanakan akan menerima 2.720 dosis vaksin. 1.915 untuk nakes sisanya sebanyak 800 lebih akan diperuntukkan bagi tokoh publik.

Namun peruntukannya belum dapat segera direalisasikan mengingat masih menunggu SMS atau pesan singkat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI).

“Kita masih menunggu kabar dari Kemenkes juga menunggu penyelesaian analisis data klinis hasil uji laboratorium BPOM di Bandung untuk khasiat vaksin itu,” terang Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim dr Bahrani Hasanal

Uji klinis ini untuk memastikan kandungan di dalam vaksin apakah ada bahan yang berbahaya atau tidak. Jika nantinya hasil itu memenuhi syarat mutu, khasiat, dan keamanan serta pertimbangan yang menunjukan bahwa manfaatnya lebih besar dibandingkan risiko maka izin penggunaan darurat (EUA) dapat diterbitkan dan vaksin segera dilaksanakan.

“Jika EUA sudah diterbitkan pastinya kita akan bergerak secara masif untuk melakukan vaksin di setiap daerah,” terangnya. (*/hm13)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.