ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Desa, Api-Api Layak Jadi Sentra Sawo

December 4, 2020 by  
Filed under Nusantara

Share this news

WARU – Perjalanan darat dari Pelabuhan ferry menuju Tanah Grogot atau Banjarmasin akan melewati pusat sawo satu-satunya di Kalimantan Timur, yaitu tepatnya di Desa Api-Api Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Pasir Utara.

Desa Api-api yang merupakan satu satu desa di Kecamatan Waru yang memiliki 3 desa dan satu kelurahan, antara lain desa Api-Api, Bangun Mulyo, Sesulu dan Kelurahan Waru. Salah satu desanya yaitu Desa Api-Api boleh dikata sebagai sentra penghasil buah sawo. Warganya cukup banyak yang budidaya tanaman sawo.

Untung Suhanda

Untung Suhanda (36) salah satu warga Desa Api-api pembudidaya tanaman sawo saat ditemui vivaborneo di kiosnya 30 November 2020 lalu mengatakan di desa Api-Api terdapat 30 KK yang mengusahakan budidaya Sawo. Masing-masing KK memiliki puluhan buah sawo yang setiap saat bisa panen.

“Di desa kami buah sawo tidak ada putusnya. Kami sering menggelar dagangan di kios-kios pinggir jalan. Ciri desa Api-Api apabila dipinggir jalan Trans Kalimantan dijumpai kios-kios penjual sawo, atau jika dari pelabuhan ferry Penajam Paser Utara sekitar 28 km pasti akan menjuampai kios-kios sawo yang berderat”, terang Untung.

Untung yang merupakan warga Asli Api-Api ini dalam setiap hari tidak kurang dari 20 kg panen Sawo. “Rata-rata kami jual Rp10.000 per kilonya untuk sawo yang kecil. Jika sawo itu besar kami jual Rp20.000 perkilonya, jika sedang Rp15.000”, jelasnya.

Pohon sawo yang ada di Api-Api ini rata-rata cangkokan, dan baru berbuah setelah usia 5 tahun. “Alhamdulillah dari pohon yang ada rata-rata dalam satu pohon setiap panen bisa menghasilkan 100 kg buah sawo”, ucap Untung Suganda didampingi istrinya, Sartini.

Kendala yang sering dihadapi apabila panen raya, terpaksa harus jual ke tengkulak dengan harga murah. “Kalau tengkulak yang ambil jika sawo kecil hanya Rp5.000 perkgnya, dan jika besar Rp10.000/kg nya. Mau tidak mau harus kami jual, karena jika diecer di kios pinggir jalan penyerapannya masih kurang, karena panen melimpah”, jelasnya.

Untung sangat berharap ada dari pihak pemerintah setempat bisa memberi perhatian kepada para petani  buah Sawo ini. “Selama ini tidak ada perhatian sama sekali dari Pemerintah terhadap kami para petani Sawo. Seandainya ada saja, minimal pada saat buah sawo panen raya ada penampungan yang bisa menyalurkan buah sawo dengan harga yang standar, tidak murah seperti tengkulak yang ambil, akan sangat membantu para petani sawo”, harapnya.

Sartini, istri Untung yang berasal dari Selayar Sulawesi Selatan ini setiap hari membantu suami berjualan sawo. “Kalau suami saya biasa memetik buah sawo, saya yang mensortirnya, mana yang kecil, sedang, dan besar. Setelah dipanen terus diperam dulu, agar sawo menjadi matang siap dimakan, paling tiga hari sawo sudah matang dan siap dijual di kiosnya”, jelasnya.

Seandainya buah sawo ini ada pihak-pihak yang mencarikan terobosan pasar, jadi tidak hanya pasar lokal di Api-Api saja, tetapi bisa dikirim ke Balikpapan atau Samarinda, apalagi bisa meysuplai pasar-pasar modern seperti pasar swalayan tentu akan bisa menambah tingkat kesejahteraan dari Petani Sawo, harap Sartini. (nk-01)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.