ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Rektor ITK dan HUT Kota

February 11, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

SAYA hadir di acara HUT ke-128 Kota Balikpapan, Senin (10/2) kemarin. Sudah 3 tahun saya absen di tahun-tahun sebelumnya. Sengaja saya datang tahun ini, karena ada yang ingin saya  lihat. Banyak yang kaget.

Pukul 07.00 rekan saya Zaenal Abidin sudah menjemput. Pagi sekali. “Biar ngga terlambat,” katanya. Tapi saya bilang kita datang 30 menit kemudian sesuai jadwal di undangan. Acara sendiri akhirnya baru dimulakan pukul 09.30 Wita.

Saya sempat disambangi sejumlah ketua RT yang “menguningkan” kursi undangan. Maklum mereka diberi baju batik berwarna kuning. Serasi dengan backdrop upacara yang dominan warna kuning. Sebagian mendaulat saya foto bersama. “Kita lama ngga lihat Pak Rizal hadir di HUT Kota,” katanya.

Ketika saya menuju kursi undangan banyak yang menyalami saya. Sebagian ibu-ibu menanyakan istri saya, Bunda Arita. “Mohon maaf Ibu lagi umrah,” kata saya. Mereka maklum. Bunda Arita sekarang berada di Madinah lagi mau menuju Mekkah untuk melaksanakan umrah.

Bersama Rektor ITK Prof Agus Rubiyanto (paling kiri), anggota DPRD Kaltim dapil Balikpapan, Nurhadi Saputra, H Baba, H Sabaruddin Panrecalle, dan H Yusuf Mustafa.

Di barisan saya duduk, ada mantan wakil wali kota Heru Bambang dan istri. Ada juga Ibu Yetti Tjutjup Suparna, istri Wali Kota Balikpapan Tjutjup Suparna (1991-2001) dan Ibu Zaenal Abidin, istri mantan Ketua DPRD Balikpapan Zaenal Abidin.

Yang tidak kelihatan Ibu Ratna Syarifuddin Yoes, istri Wali Kota Balikpapan Syarifudin Yoes (1981-1989). Biasanya beliau rajin datang dari Jakarta. Saya mendapat informasi kesehatannya kurang memungkinkan, sehingga tahun ini absen di HUT Kota.

Bertindak sebagai komandan upacara Camat Balikpapan Utara Muhammad Fadli Fathurrahman, yang pada perayaan HUT ke-68 Provinsi Kaltim, 9 Januari lalu terpilih sebagai Camat Teladan se-Kaltim. Sayangnya peserta upacara didominasi barisan Angkatan. Tak ada unsur pelajar, mahasiswa, dan pemuda. Juga tak ada barisan paguyuban yang menggambarkan keragaman di Balikpapan.

Yang istimewa saat menyanyikan lagu Hymne Balikpapan. Karena dipimpin langsung sang penciptanya, Raden Muhammad Sjamsudin Hardjakusumah alias Syam Bimbo. Waktu Syam bernyanyi sound systemnya agak kurang sempurna.

“Saya diminta Pak Tjutjup Suparna menciptakan lagu Hymne Balikpapan,” kata Syam mengenang. Si sulung dalam keluarga Bimbo ini senang melihat perkembangan kota Balikpapan yang hidup. “Saya juga membuat lagu IKN berjudul Bumiku Nusantara,” tambah  musisi legendaris penerima gelar doktor honoris causa dari ITB ini.

Syam sudah berusia 83 tahun dan sudah beberapa kali menghadiri HUT Kota Balikpapan. Di era saya menjadi wali kota, dia juga sempat diundang menerima penghargaan atas karyanya yang sangat luar biasa. “Sebagai warga negara yang baik saya mencoba berkontribusi sesuai keahlian saya,” katanya merendah.

Wali Kota Rahmad Mas’ud selain menyampaikan amanat, juga menyerahkan sejumlah penghargaan. Di antaranya diberikan kepada Ketua PWI Balikpapan, Debi dan Ketua HIPMI Adam Dustin Bhakti. “Tentu ini menjadi kebanggaan,” kata mereka penuh semangat.

Adam adalah CEO Lexa Event Organizer (LEO), yang banyak mendapat kepercayaan melaksanakan berbagai event di IKN. “Ya agak terasa juga berpengaruh dengan adanya pemangkasan anggaran dari pemerintah,” katanya sempat bertemu saya seusai upacara.

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Kepala Kementerian Agama Kota Balikpapan H Masrivani, S.Ag, MH.  Dia membacakan doa full bahasa Arab dan agak panjang. Tidak seperti lazimnya doa ada bagian bahasa Indonesia. Kabarnya itu memang permintaannya begitu.

HUT ke-128 Kota Balikpapan mengambil tema: Harmoni Berkelanjutan. Ketua panitianya Asisten 3 Pemkot dr Andi Sri Juliarty atau dr Dio.  “Harmoni Berkelanjutan memiliki makna yang mendalam, di mana kita sebagai entitas dengan beragam latar belakang diharapkan mampu bersatu dalam keharmonisan disertai progres pembangunan untuk yang hidup di masa sekarang maupun generasi mendatang,” ujar Rahmad Mas’ud.

Seusai upacara, Wali Kota meresmikan sejumlah proyek pembangunan di antaranya gedung SMP 27, SMP 28, Kantor Kelurahan Sepinggan Baru, aula kantor Gunung Bahagia dan Puskesmas Gunung Bahagia. Saya dengar beberapa gedung bernilai miliaran rupiah itu tidak terlalu sempurna pengerjaannya karena ada yang bocor. Juga mengorbankan bendali di situ.

DISKUSI PERKEMBANGAN ITK

Di saat upacara, saya berdampingan dengan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Dr rer.nat Agus Rubiyanto, M.Eng.Sc. Kebetulan juga satu deretan dengan anggota DPRD Kaltim dapil Balikpapan di antaranya H Sabarudin Panrecalle, Nurhadi Saputra, H Baba, dan H Yusuf Mustafa.

“Tiga ketua komisi di DPRD Kaltim diborong anggota Dewan dapil Balikpapan,” kata Nurhadi. Yaitu Abdulloh (Golkar) sebagai Ketua Komisi III, Sabaruddin (Gerindra) sebagai Ketua Komisi II dan H Baba (PDIP) sebagai Ketua Komisi IV.

Saya mengenalkan Rektor ITK kepada mereka. ITK perlu mendapat dukungan dari Pemprov Kaltim termasuk DPRD karena ITK lahir berkat perjuangan Pemprov Kaltim di era Gubernur Awang Faroek Ishak dan Pemkot Balikpapan di era saya.

Pemprov Kaltim dan Balikpapan berjanji menyediakan lahan seluas 300 hektare untuk pembangunan kampus ITK di Km 15, Karang Joang, Balikpapan Utara. Tapi sampai sekarang belum dapat dipenuhi. Saya bilang  janji ini harus tetap dipenuhi meski kepala daerahnya sudah berganti.

Menurut Prof Agus, ITK sangat perlu dikembangkan dan dimantapkan. Karena berkaitan dengan peningkatan SDM putra-putra Kaltim sendiri. Apalagi jika dikaitkan dengan adanya pembangunan IKN. “Karena itu ITK butuh dukungan dari semua stakeholder di Kaltim baik dari pemerintah daerah maupun kalangan swasta,” jelasnya.

Meski ITK baru berusia 10 tahun,  prestasinya sangat membanggakan dan berkelas. Di tahun 2024 lalu, ITK meraih penghargaan bergengsi sebagai peringkat 1 dalam kategori Penggunaaan Cash Management System (CSM).

Dalam ajang Anugerah Diktisaintek 2024, ITK memborong 7 penghargaan. Yaitu Anugerah Kerjasama Diktisaintek 2024 kategori Satker terdiri silver winner untuk perguruan tinggi (PT) dengan Kerjasama Pemerintah/Lembaga Swadaya Masyarakat Terbaik, serta Bronze Winner untuk PT dengan Kerjasama industri terbaik.

Selain itu dalam Anugerah Humas Diktisaintek 2024 meraih gold winner untuk siaran pers, media sosial, majalah dan laman. Serta bronze winner untuk insan humas terbaik atas nama Saputro Dewo Santoso.

Pada Malam Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024, ITK juga meraih penghargaan sebagai Badan Publik Informatif.

“Penghargaan itu mencerminkan dedikasi ITK dalam memperkuat peran sebagai PT unggul, tidak hanya di bidang akademik tetapi juga dalam menjalin kerjasama strategis dan meningkatkan kehumasan,” kata Agus Rubiyanto, yang pernah menjadi Atase Pendidikan di Jerman.

Baru setahun menjadi Rektor, ada 8 dari 22 program studi (prodi) di ITK meraih akreditasi internasional dari ASIIN Jerman. Yaitu Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Material dan Metalurgi, Teknik Sipil, Perencanaan Wilayah Kota, Teknik Elektro serta Sistem Informasi dan Informatika. “Tahun ini ITK akan membuka program magister manajemen teknik,” kata Prof Agus.

Dalam kesempatan kemarin, Rektor ITK juga saya perkenalkan dengan Ibu Inggrid Assa, yang sekarang Ketua Perkumpulan Pengembang Kepribadian dan Karakter Indonesia (PRIBADI) Kaltim dan Ibu Dra Dwita Salvery, MM, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Kaltim. Mereka sepakat menjalin kerjasama untuk kemajuan bersama. Selamat untuk ITK dan selamat HUT ke-128 Kota Balikpapan.(*)

Hari Pers Nasional 2025, Raja Pane dan Kesuksesan HPN 2025 di Kalimantan Selatan

February 11, 2025 by  
Filed under Opini

HARI Pers Nasional (HPN) sudah selesai. HPN dirayakan pada puncaknya dengan sukses di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu, 9 Februari 2025.

Banyak tokoh nasional dan daerah hadir, termasuk Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dan tokoh pers Dahlan Iskan, serta Gubernur Kalsel H. Muhidin dan para pejabat penting di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalsel.

HPN juga dihadiri wartawan dan keluarga, serta pengurus PWI dari 30 provinsi. Jumlah hadirin diperkirakan 3.000 orang.

Dalam ingatan saya, dalam kerumunan massa yang hadir, ada seorang pria setengah baya yang menenteng tas kecil warna hitam, badannya tegap seperti perwira militer. Ia terlihat sibuk mondar-mandir, pikirannya seperti terus berjalan.

Ketika duduk ia lebih banyak berbicara dengan menggunakan telepon selulernya. Baru diajak bicara langsung sebentar, telepon selulernya berdering dan ia harus mengangkatnya. Namun isi pembicaraanya tidak jauh-jauh dari HPN.

Dia adalah Raja Parlindungan Pane yang akrab dipanggil Raja. Raja adalah Ketua Panitia Pelaksana HPN 2025 Pusat.

Raja Parlindungan Pane

Dalam kepanitiaan HPN Raja didampingi Sekretaris M Sarwani, Bendahara M.Nasir, dan Penanggung Jawab HPN Hendry Ch Bangun selaku Ketua Umum PWI Pusat, serta Sekretaris Jenderal PWI Pusat, M. Iqbal.

Raja adalah wartawan senior yang sarat pengalaman di dunia kewartawanan dan organisasi pers. Pernah ia menjadi pemimpin redaksi media ibu kota di Jakarta. Dalam kepengurusan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Raja sekarang sebagai Wakil Sekretaris Jenderal.

Dia mengaku sebagai orang Batak yang sudah terkontaminasi kultur Jawa sejak ia kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik tahun 1980-an. Saat itu ia masih remaja. Mudah bergaul, mudah menyerap gaya kawannya, setiakawan, dan mudah berempati. Itulah dia.

Kultur Jawa secara perlahan membuat nada bicaranya sering rendah, dengan intonasi yang lembut, tidak melonjak-lonjak.

“Seorang kawan saya ada yang meniru logat Batak saya, persis orang Batak. Padahal saya sudah seperti orang Jawa” kata Raja sambil tertawa ketika menikmati sarapan di sebuah hotel di Banjarmasin.

Namun dalam empat bulan terakhir, Raja sering bicara dengan nada tinggi. Meledak-ledak penuh semangat.

Bahkan, menyuruh dengan nada tinggi. “Sini kau, jangan jauh-jauh.  Duduk dekat saya. Dengarkan baik-baik ya, saya bicara” demikian kalimat yang sering diucapkan Raja belakangan ini. Tetapi tidak ada yang merasa sakit hati.

 

Peserta rapat HPN yang  duduk di dekatnya, seperti saya dan Christiana Chelsia Chan kadang-kadang terbawa bicara dengan nada tinggi. Rupanya nada bicaranya itu menular.

“Maaf kawan-kawan suara saya kadang-kadang keras dalam rapat, dengan nada tinggi. Tujuannya hanya untuk kesuksesan acara kita, HPN,” kata Raja Parlindungan Pane yang mengingat kata-kata yang disampaikan saat memimpin rapat HPN belakangan ini.

“Tapi apa hasilnya, kita saksikan sendiri. Alhamdulilah dan segala ucapan syukur dalam semua agama, kita sukses,” kata Raja yang disambut tepuk tangan dan rasa haru para peserta rapat evaluasi pelaksanaan HPN di Banjarmasin di Hotel Aria Barito, Minggu (9/2/2025).

Raja Pane yang didampingi Sekretaris Jendera PWI Pusat Muhammad Iqbal Irsyad dalam rapat malam itu terlihat matanya berkaca-kaca. Ia terharu.

Rapat evaluasi menilai pelaksanaan HPN Kalsel 2025 adalah kesuksesan besar yang patut disyukuri. “Ini adalah sukses seluruh panitia. Saya salut dengan semua konitmen panitia, baik di Jakarta maupun di Banjarmasin,” kata Raja di  akhir rapat di hadapan panitia di Banjarmasin. (Catatan M. Nasir).

Ermy Kullit di HUT Sultan

February 10, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

ADA penyanyi lejen tarik suara di Kaltim, Minggu (9/2) kemarin. Ermy Kullit menyanyi di acara Kaseh Selamat ke-74 Sultan Kutai Drs Adji Muhammad Arifin, M.Si di Tenggarong dan Titi Dj menyanyi di acara resepsi pernikahan Muhammad Rizki Syahputra, SH (Rizki) dengan Raisha Kamila Yasmin, SH (Yasmin) di Hotel Novotel Balikpapan.

Ermy penyanyi jazz asal Manado. Usianya sudah 69 tahun (13 Mei 1955). Berkarier sejak tahun 1973 dengan menelurkan tidak kurang 20 album. Salah satu lagunya yang sangat terkenal adalah “Kasih” ciptaan Richard Kyoto dan “Pasrah” ciptaan Ryan Kyoto.

Dr Meiliana bersama Sultan Arifin dan permaisuri Hj Sulastri AZ

Saya menyukai lagu Kasih. Sebagian saya masih hafal dengan liriknya. “Kasih, dengarlah hatiku berkata. Aku cinta kepada dirimu, sayang.” Ketika lagu itu dinyanyikan Ermy tahun 1986, saya baru berusia 28 tahun. Masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Teman  seangkatan dengan Sultan Arifin.

Rupanya Sultan dan permaisuri Hj Sulastri AZ bergelar Adji Raden Puspa Kencana juga menyukai suara dan lagu-lagu Ermy. Kabarnya yang mengundang Ibu Yunita, Kopi Johny Balikpapan. Sudah tiga kali Ermy menyanyi di HUT Sultan. “Saya dengar Ermy memanggil Sultan dengan sebutan Ayah,” kata Bu Mei.

Selain Ermy, Bu Yunita juga mengawal kedatangan pengacara terkenal dan bergaya mewah, Hotman Paris Hutapea. Hotman baru saja gaduh dengan pengacara Razman Nasution di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara. Sampai ada pengacara yang naik ke atas meja sidang.

“Kita doakan Sultan sampai 100 tahun, tapi tetap semangat seperti umur 30 tahun,” kata Hotman memberikan ucapan selamat seraya bercanda.  Lalu jari Sultan ikut bergoyang seperti diperagakan Hotman, yang memamerkan cincin berlian bernilai miliaran rupiah.

Sedang Titi Dj agak lebih muda dari Ermy. Dia penyanyi asal Jakarta berusia 58 tahun. Dikenal selain sebagai penyanyi, tetapi juga penulis lagu, produser rekaman dan model. Ia adalah salah satu diva pop dan tergabung dalam kelompok 3 diva yang beranggotakan Krisdayanti dan Ruth Sahanaya.

Titi cukup banyak menyanyi di depan pengantin dan undangan. Di antaranya “Bahasa Kalbu.” Ada juga “Ekspresi, Sang Dewi, Takkan Ada cinta yang Lain, Jangan Berhenti Mencintaiku, Can’t Take My Eyes dan Semua Jadi Satu.”

Saya tak sempat datang di acara Sultan. Tahun lalu saya hadir di sana. “Sultan dan Bu Mei tanya kita,” kata H Syahbudin Noor A, bubuhan Kutai yang menjadi staf perusahaan batu bara Gunung Bayan. Dia akrab dengan Sultan dan selalu datang di acara Kaseh Selamat Sultan atau HUT Sultan.

Bu Mei atau Dr Meiliana, mantan Pj Sekdaprov Kaltim memang hadir. “Aku agak terlambat datang, tapi sempat ikut bernyanyi  bersama Sultan dan kerabat Kraton merayakan syukuran ulang tahun beliau,” katanya penuh ceria.

Sultan Arifin tidak dilahirkan di Tenggarong. Tapi di kota Wassenaar, Provinsi Zuid-Holanda, Belanda 9 Februari 1951 ketika orang tuanya Aji Muhammad Salehuddin dan Ratu Permaisuri Aji Ratu Aida tengah berada di Negeri Kincir Angin saat itu.

Sultan Adji Muhammad Arifin menjadi sultan ke-21 Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Dia dinobatkan pada 15 Desember 2018 menyusul mangkatnya sang ayah, Adji Muhammad Salehuddin II.

UNDANGAN RT DAN DOKTER

Ada empat acara yang saya hadiri di Balikpapan, kemarin. Mulai undangan pengajian di rumah Bu Sri Asril di Balikpapan Baru (BB), undangan Milad Bu Hidayat di Km 3,5, undangan resepsi perkawinan anak Ketua RT 34 Batu Ampar Mat Wito sampai resepsi pernikahan Rizki, putra pertama Ir Dudi Mahmud-dr Hj Andi Hasnawati Sp.OG, M.Kes dengan Yasin, putri pertama Lestianto Teguh Basuki dan Dian Indriyani, SE di Novotel.

Saat menghadiri acara resepsi di Batu Ampar, hujan lebat. Saya sempat berbasah ria bersama Pak Zen yang mendampingi saya. Sang mempelai senang sekali. “Terima kasih Bapak berkenan hadir,” kata kedua mempelai, Aditya Kurniawan dan Cahaya Maudy Purnama Santy.

Dari sana saya ke Novotel. Wah suasananya sangat warna-warni dan meriah. Kebanyakan para wanitanya menggunakan baju bodo. Maklum keluarga mempelai pria, Rizki berdarah Sulawesi Selatan. Sebagian juga kalangan kesehatan. Karena ada Bu Andi Hasnawati, dokter spesialis kandungan di RSUD Beriman.

Saya sempat disambut dr Dio (dr Andi Sri Juliarty R, M.Kes) , mantan kepala DKK yang sekarang jadi Asisten 3 di Pemkot Balikpapan. Dia bersama Dra Alwiati, Apt, kepala dinas sekarang dan sekretaris Dra Hasnah Haerani, M.Kes. Mereka tampak cantik mengenakan baju bodo berwarna kuning. Kebetulan juga ada Rektor Uniba Dr Isradi Zainal bersama istrinya Dr Andi Surayya Mappangile. Tadinya saya mau barengan dengan Ketua KKSS Balikpapan Ir Adam Sinte.

Saya sempat duduk satu meja dengan para dokter dan tim manajemen RS Siloam Balikpapan. Ada direkturnya masih muda, dr Kevin Chrisanta Budiyatno, MARS. Saya baru mengenalnya. Soalnya bukan wali kota lagi. Malah saya didaulat ikut berfoto bersama pengantin. “Bilang aja Pak Rizal dari keluarga Siloam,” kata mereka tertawa.

Ketika Titi Dj menyanyi saya belum datang. Banyak undangan yang senang dia bisa ikut menghibur acara perkawinan Rizki dan Yasin. “Dia tetap cantik dan suaranya bagus,” kata seorang undangan. Titi juga mengenakan baju bodo berwarna hijau emerald.

Saya didaulat MC lejen Mas Danie Hasan memberikan ucapan selamat. Saya bilang karena kedua mempelai memiliki gelar sarjana hukum (SH), jadi saya kutip komentar seorang ahli hukum tentang pernikahan. “Pernikahan yang sejati itu ibarat vonis hakim yang sudah inkrah. Tidak ada kasasi dan peninjauan kembali (PK). Karena sesungguhnya pernikahan itu mulia, hanya bisa terpisahkan lewat maut saja,” begitu katanya. Aamiin.(*)

Stem Cell Halal dari Tali Pusat

February 4, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

HARI Minggu (2/2)  yang sehat. Saya diundang SCCR Indonesia mengikuti seminar kesehatan bertema “Long Life with Stem Cells” di Lantai 8 Hotel Jatra Balikpapan. Pesertanya cukup banyak, di atas 100-an orang. Beragam latar profesi. Ada dokter, manajer rumah sakit, pengusaha sampai ibu rumah tangga.

Yang membuka Staf Ahli Gubernur Kaltim AFF Sembiring. Saya didaulatnya ikut memberi sambutan. Padahal saya bukan Pak Wali lagi. Saya datang karena diundang Fitri Ekadinanti dari SCCR. Saya bilang seminar kali ini menarik. Rasanya baru pertama kali di Balikpapan ada seminar yang mengupas masalah stem cell. Informasi ini sangat penting, apalagi Balikpapan sudah jadi kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).

Gedung Laboratorium SCCR di Gunung Pati, Semarang

Saya sendiri juga baru tahu ada SCCR. Lengkapnya PT SCCR Indonesia. Kepanjangan SCCR adalah Stem Cell and Cancer Research. Didirikan oleh Prof Dr dr Agung Putra, M.Si sejak bulan Juni 2013. Ruang lingkup kerjanya mencakup penelitian dan pengembangan stem cell. Sayang Prof Agung urung datang ke Balikpapan karena kesibukan lain.

“Silakan jika Pak Sembiring dan Pak Wali berkenan datang ke labarotarium kami di Gunung Pati Semarang,” kata Dr dr Sugeng Ibrahim, M.Biomed, AIFO-K, salah seorang pembicara dari SCCR. Selain itu ada dr Rita Agustina, M.Biomed; dan dr Agus Widiyatmoko, M.Sc, Sp.PD.

Dr Sugeng adalah dokter kepala Departemen Cancer SCCR. Sedang dr Rita adalah Director of Strategy & New Ventures & Coorporate Service. Dia didampingi Bambang Mulyadi dari marketing SCCR.

Yang menarik salah satu gelar mereka “M.Biomed.” Jarang terdengar. Itu gelar Magister Ilmu Biomedik atau Biomedis. Bidang studi yang berfokus pada bidang biologi dan kimia yang relevan dengan perawat kesehatan. Di antaranya mempelajari histologi dan biologi sel, biokimia, fisiologi, farmakologi, kedokteran molekuler, reproduksi manusia sampai masalah parasitologi.

Saat ini SCCR juga memiliki perguruan tinggi. Namanya Institut Karya Mulia Bangsa, yang akan beralih status menjadi Universitas Agung Putra Indonesia. Program studi utamanya adalah S1 Ilmu Biomedis dan S1 Bioteknologi. Kampusnya jadi satu di Gunung Pati.

Menurut AFF Sembiring, stem cell di Indonesia agak terlambat. Karena berbagai negara sudah lama mengembangkannya sebagai terapi kesehatan baru. Dia sendiri sangat berminat untuk menjalani terapi stem cell. “Mudah-mudahan ada rezeki. Soalnya saya ada gangguan jantung,” katanya terbuka.

Bicara soal stem cell, saya jadi teringat dua tokoh populer di Tanah Air. Yaitu dr Terawan Agus Putranto dan bos saya, Dahlan Iskan, wartawan yang pernah menjadi dirut PLN dan menteri BUMN.

Dahlan sudah belasan kali melaksanakan terapi stem cell di Unair Surabaya. Malah dia menyodorkan diri sebagai salah satu pasien percobaan untuk riset stem cell.  Dia mengakui terapinya berhasil dan tidak mengalami kendala. Ia terinspirasi Dr Mahathir Mohammad, mantan perdana menteri Malaysia yang tampak muda dan tetap enerjik meski usianya sudah 90 tahunan. Ternyata dia juga menjalani terapi yang sama.

Dokter Terawan,  kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) sempat membuat heboh dunia kedokteran. Pada tahun 2010 dokter lulusan UGM ini mengembangkan metode kontroversialnya, yakni mencuci otak untuk menyembuhkan penderita stroke. Lalu menerapkan pengobatan terbarunya seperti terapi stem cell.

Meski sempat dipecat oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI),  nama Terawan terus melambung dan banyak tokoh elite nasional yang berobat kepadanya. Malah dia dipromosikan menjadi menteri kesehatan oleh Presiden Jokowi dengan pangkat terakhir bintang 3 atau Letjen TNI.

Dari pemutaran video, saya lihat ada sejumlah tokoh datang ke pusat laboratorium stem cell SCCR di Semarang. Di antaranya Prof Mahfud MD, mantan menko polhukam dan cawapres 2024. Dia tampak serius mengikuti penjelasan Prof Agung Putra.

“Saya merasa bangga ada anak bangsa yang visinya jauh ke depan secara berkeadaban, kesehatan dan keimanan. Apa yang dibangun Prof Agung tidak kalah seperti yang dibangun di dunia Barat,” kata Mahfud.

Dahlan Iskan dan Prof Mahfud termasuk pengusaha Aburizal Bakrie dan bahkan Presiden Prabowo Subianto termasuk pasien dr Terawan. Malah di tahun 2009 dr Terawan masuk dalam Tim Dokter Kepresidenan.

STEM CELL ATAU STENGKEL?

Dokter Rita Agustina dan dr Sugeng menjelaskan, stem cell merupakan sel dengan kemampuan untuk memperbarui dirinya sendiri dan berdiferensiasi menjadi jenis sel apa pun untuk memperbaiki jaringan yang rusak di dalam tubuh.

Stem cell dapat diperoleh dari berbagai sumber. Bisa dari embrio, tali pusat, air ketuban, jaringan lemak dan sumsum tulang belakang. Stem cell bisa diambil dari dalam tubuh sendiri (transplantasi autolog), bisa juga menggunakan sel punca dari donor.

Menurut dr Rita, SCCR lebih mengembangkan mesenchymal stem cells (MSCs) dan bukan hematopoietic stem cells. MSCs sumbernya diambil dari tali pusat, bukan darah.  Karena itu risiko penolakan ke tubuh siapa saja rendah.  “Juga hasil dari Forum Bahtsul Masail dinyatakan halal,” jelasnya.

Dia menegaskan tidak semua tali pusat mempunyai sel yang berkualitas. Mereka bekerjasama dengan rumah sakit bersalin untuk mendapatkan tali pusat lalu dilakukan penyeleksian. Stem cell yang berkualitas yang berstatus sebagai induk bisa disimpan ratusan tahun di bawah suhu sangat dingin. Dan bisa dipergunakan berkali-kali.

Manfaat terapi stem cell dapat menyembuhkan sejumlah penyakit di antaranya diabetes, gagal ginjal, penyakit autoimun, stroke, autism dan meredakan inflamasi akut dan kronis.

Terapi stem cell juga menjadi salah satu prosedur untuk mengobati berbagai jenis kanker  darah seperti leukemia, limfoma, dan multiple myeloma.

Bagi ibu atau kaum wanita yang ingin menjaga kesehatan wajah dan kulitnya, maka terapi stem cell juga bisa dilakukan. Kulit kembali segar dan muda. “Bahkan terapi stem cell juga bisa mengatasi kebotakan bapak-bapak,” kata dr Rita.

Berkaitan dengan perawatan kulit dan rambut, SCCR mengembangkan program berbasis Advanced Therapeutic Medicinal Products. Yaitu menggunakan stem cells, secretome, dan PRP yang dilakukan dengan teknik yang terbukti secara ilmiah dan rasa sakit yang minimal.

Menurut Dr Sugeng, SCCR juga mengembangkan program CTL atau Cytotoxic T-Lymphocyte. Ini program menghancurkan kanker.  CTL merupakan sel imun dengan kemampuan untuk menginfiltrasi dan membunuh sel kanker.

Beberapa jenis kanker yang bisa diatasi CTL di antaranya kanker payudara, kanker paru-paru, kanker liver, kanker kolorektal, kanker ovarium, kanker prostat, dan kanker rahim.

“CTL kami produksi berdasarkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan halal berdasarkan Forum Bahtsul Masail,” kata Sugeng.

Dalam brosur yang dibagikan kepada peserta yang hadir, SCCR juga memproduksi kapsul suplemen Natural Bioactive dan Nano Alkaline Water SCCR.

Ada yang bertanya soal berapa dana yang harus dikeluarkan jika mengikuti program terapi stem cell? Sepertinya ini yang menjadi tantangan. Soalnya bervariasi tergantung kondisi pasien dan jenis penyakit yang dirawat. Bisa puluhan juta, bisa juga ratusan juta.

Ketika pulang dari seminar, ada teman yang bertanya kepada saya. Dia setengah bercanda. Apa bedanya stem cell dengan stengkel? Ternyata dia mengajak saya makan sop stengkel. Maklum sudah lapar.

Stengkel atau sengkel adalah bagian depan atas dari kaki sapi. Daging sengkel cocok diolah menjadi sop, bakso urat atau aneka jenis soto. Terapi juga untuk kepentingan perut dan cita rasa. He..he.(*)

ASN ke IKN, Nunggu 2028?

February 3, 2025 by  
Filed under Opini

Catatan Rizal Effendi

SAYA sudah menduga pemindahan aparatur sipil negara (ASN) ke Ibu Kota Nusantara (IKN) bakal ditunda lagi. Dugaan itu ternyata tidak meleset menyusul beredarnya  surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini Nomor B/380/M.SM.01.00/2025 tertanggal 24 Januari 2025.

Dalam surat itu, Rini menyebutkan dari hasil koordinasi dengan Otorita IKN, penataan organisasi dan tata kerja  sebagian kementerian/lembaga Kabinet Merah Putih masih dalam tahap konsolidasi internal pada masing-masing kementerian/lembaga.

Di samping itu, gedung perkantoran dan unit hunian untuk ASN di IKN sampai dengan akhir tahun 2024 masih dalam penyesuaian terkait dengan berubahnya jumlah kementerian/lembaga.

Sehubungan dengan itu, Menteri Rini memberitahukan kepada berbagai pihak terkait rencana pemindahan ASN ke IKN belum dapat dilaksanakan sebagaimana surat Menteri PANRB tanggal 18 Oktober 2024, yang intinya rencana pemindahan  ASN ke IKN pada bulan Januari 2025.

Lalu kapan jadwal baru pemindahan ASN ke IKN?  Dalam surat itu disebutkan waktu final pemindahan ASN ke IKN akan diberitahu kemudian. Jadi bisa cepat bisa juga lambat.

Gedung Kantor Otorita IKN yang segera rampung dalam bulan ini.

Banyak pihak menangkap  kalimat “akan diberitahukan kemudian” memberi indikasi pemindahan ASN tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Bisa jadi realisasinya baru dilakukan menjelang pemindahan resmi IKN yang dijadwalkan Presiden Prabowo pada tahun 2028.

Kalaupun ada ASN yang dipindahkan ke IKN dalam waktu dekat ada kemungkinan hanya ASN yang ditempatkan di Otorita IKN bukan yang di kementerian atau lembaga. Itu pun masih tergantung dengan kesiapan gedung kantor IKN yang saat ini masih dalam tahap penyelesaian.

Plt Deputi Sarana dan Prasarana IKN, Danis HS menyebutkan kantor Otorita IKN akan mulai beroperasi pada bulan Februari ini. “Kantor Otorita IKN hampir selesai, jadi kami akan mulai di sana Februari,” katanya seperti diberitakan DIO-TV.COM tanggal 23 Januari lalu.

Apakah keterangan Danis ini sudah bisa dipastikan? Berbagai pihak masih ragu. Sampai Februari ini belum terdengar pasti kantor IKN sudah rampung. Kalaupun gedung sudah jadi, masih memerlukan waktu untuk penyelesaian interior dan pengisian peralatan perkantorannya.

Saat ini pejabat dan staf Otorita IKN kantornya tersebar. Ada sebagian yang melaksanakan aktivitasnya di kompleks Pantai Mentari Balikpapan dan sebagian lagi sudah berada di lokasi IKN.

Danis menambahkan bahwa pembangunan rumah susun (rusun) untuk tempat tinggal ASN juga semakin siap. “Sekitar Maret atau April nanti, tower hunian untuk ASN sudah siap,” jelasnya.

Fokus utama saat ini adalah menyelesaikan infrastruktur untuk mendukung kedatangan ASN, yang dijadwalkan untuk pindah ke IKN pada April mendatang. Tidak dijelaskan penetapan jadwal April 2025 ini bersumber dari mana. Apakah ini hasil kesepakatan baru antara Menteri PANRB dengan Otorita IKN?

Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono memang pernah menyatakan, pemindahan ASN serentak ke IKN dijadwalkan setelah Lebaran atau mulai April 2025. Itu dia sebutkan pada minggu pertama Desember 2024 sebelum beredarnya surat Menteri PANRB terbaru.

Rencana pemindahan 60 ribu ASN ke IKN sudah bergulir sejak era Presiden Jokowi. Dilakukan bertahap. Mulanya April  2024 lalu ditunda dengan alasan fasilitas rusunnya dipakai peserta Upacara 17-an. Lalu dijadwalkan lagi bulan September, kemudian Oktober. Belakangan ditunda lagi ke Januari 2025. Ini pun belum juga bisa terlaksana.

Sebelum berakhir masa tugasnya, Jokowi sempat berkilah. Dia bilang pemindahan ASN ke IKN memang memerlukan waktu. “Jadi tidak segampang yang kita bayangkan langsung pindah. Apakah rumahnya sudah siap, apakah apartemennya siap. Kalau apartemennya siap, apakah airnya juga siap, listriknya juga siap, semuanya ini perlu,” jelasnya.

Menurut Danis, berbagai fasilitas pendukung di kawasan IKN sudah tersedia seperti rumah makan, coffee shop, rumah sakit dan lainnya.

PEMERINTAH KURANG MATANG

Pengamat ekonomi Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai,  penundaan pemindahan ASN ke IKN berkali-kali menunjukkan Pemerintah kurang matang. “Sekarang mundur ke April 2025, hal ini menunjukkan perencanaan yang kurang matang,” katanya seperti dilansir DIO-TV.COM.

Lebih jauh dari itu, Wijayanto berkesimpulan bahwa sesungguhnya kita tidak butuh ibu kota baru. “Berbagai rencana yang kita jalankan sekarang di IKN sebenarnya karena rasa sungkan saja,” begitu dia menafsirkannya.

Di tengah ketidakpastian soal pemindahan ASN, Otorita IKN juga dibuat pusing menyusul terbitnya Inpres No 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025.

Mulai tahun 2025 tugas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur IKN diserahkan kepada Otorita IKN sesuai undang-undang IKN. Jadi kementerian lain seperti PUPR, Perhubungan dan lainnya hanya menyelesaikan tugas-tugas di tahun sebelumnya.

Di saat tugas pembangunan IKN sudah di pundak Otorita IKN secara resmi, tahu-tahunya turun kebijakan pemangkasan anggaran atau efisiensi belanja.

Dalam rapat terbatas dipimpin Presiden Prabowo di Jakarta, 21 Januari lalu, Presiden menyetujui anggaran kelanjutan pembangunan IKN sebesar Rp48,8 triliun untuk periode 2025-2029. Selain itu Basuki juga mengusulkan tambahan Rp8,1 triliun untuk memulai pembangunan gedung-gedung yudikatif dan legislatif beserta infrastruktur pendukung lainnya.

Sehari setelah rapat terbatas itu, tiba-tiba turun Inpres No 1 Tahun 2025 tentang Efsiensi Belanja dalam pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025. Salah satu lembaga yang terkena kebijakan pemangkasan itu adalah Otorita IKN.

DIPA murni Otorita IKN pada tahun anggaran 2025 semula Rp6,3 triliun. Tapi mendapat pemangkasan sekitar Rp4,8 triliun. Jadi sisa anggaran yang bisa dikelola Otorita IKN pada tahun 2025 hanya Rp1,59 triliun. Belum diketahui nasib anggaran tambahan sebesar Rp8,1 triliun tadi.

Ada yang bilang anggaran tambahan tampaknya selamat. Soalnya itu menyangkut kepentingan DPR RI dan lembaga yudikatif. Siapa yang berani?(*)

« Previous PageNext Page »