ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

“Adu Tembak” di Warung Jenggo

March 26, 2009 by  
Filed under Ekonomi & Bisnis

Share this news

vivaborneo.com – Warung Jenggo, demikian namanya. Warung ini biasa buka menjelang magrib dan tutup selepas tengah. Dengan tenda sederhana yang dapat dibongkar-pasang, warung ini memjual berbagai makanan dari jajanan ringan hingga makanan berat berupa nasi bungkus. Menu wajib selalu ada pada setiap warung jenggo adalah STMJ (susu, telor, madu, jahe).

Menu yang disajikan jumlahnya terbilang banyak, mencapai 50an jenis. Mulai dari kue-kue pasar seperti lumpia, lemper, kue bolu, gorengan  tahu-tempe, aneka jenis nasi bungkus, bermacam jenis sate, mulai sate ayam,. sate daging bahkan sate rusa atau payau serta telor penyu pun tersedia.

Kekurangan atau kelemahan warung tengah malam ini adalah menunya yang telah dimasak beberapa jam sebelumnya, sehingga jangan harapkan mendapatkan menu yang hangat khas penggorengan. Jika lepas tengah malam, jangan memakan makanan yang mengandung santan seperti nasi uduk dan kebuli atau mengandung parutan  kelapa seperti lemper, ongol-ongol dan pisang balut tepung atau ‘sanggar banyu’. Karena biasanya makanan tersebut mulai terasa kurang sedap untuk disantap.

Nama warung ‘jenggo’ mempunyai keunikan tersendiri. Nama ini diadopsi dari cerita film koboi di tahun 70-an. Di film tersebut, para koboi atau jenggo sering melakukan duel dengan adu kecepatan menembak. Demikian juga warung jenggo. Di sini terjadi adu kecepatan menembak antara pembeli dan penjual. Bagaimana ceritanya?

Makan di warung jenggo, kebiasaan yang berlaku juga sama dengan warung-warung makan pada umumnya, pembeli membayar setelah usai makan. Dengan sebuah kalkulator atau mesin penghitung ditangan, penjual akan menghitung apa saja yang dimakan pembeli.

Karena jumlah makanan yang disediakan jumlahnya mencapai 50an jenis dan tidak ada kontrol dari penjual, maka disinilah ‘adu tembak’ bisa terjadi.

‘Adu tembak’ antara penjual dan pembeli dimungkinkan terjadi jika jumlah yang datang untuk makan lebih dari dua orang atau rombongan. Bisa saja pembeli ‘asal tembak’ mengaku makan tiga potong tahu goreng padahal ia memakan lima . Untuk mengurangi kerugian yang bakal dialami, penjual biasanya juga balas ‘menembak’  dengan harganya sedikit lebih mahal daripada harga tiga potong tahu goreng pada umumnya.

Jika ada kesempatan, cobalah anda mampir ke warung ini. Cobalah dua malam berturut-turut anda makan dengan memakan jenis yang sama. Jangan kaget dengan harga yang harus anda bayar setelah makan akan berbeda antara malam pertama dan malam berikutnya.  

Untuk mengatasi “adu tembak” di warung jenggo sebaiknya anda menanyakan harga sebelum makan. Atau saat mau membayar, walaupun kurang etis, anda sendiri yang menghitung dengan kalkulatornya. Dijamin anda selamat dari ‘tembakan’ khas warung jenggo.(vb-02/01)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.