ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Kegigihan Haji Arfan Dalam Melestarikan Gaharu

April 4, 2009 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Share this news

PEPATAH tua “sudah gaharu, cendana pula” bisa dipastikan menunjukkan betapa dikenalnya kedua jenis tanaman tersebut. Namun, selama ini yang dikenal dengan baik sebagai tanaman yang bernilai tinggi hanyalah kayu cendana. Sedang tanaman gaharu tidak banyak yang tahu kegunaannya, apalagi jika tanaman itu tumbuh sehat tanpa cacat, yang berarti nyaris tak punya nilai ekonomi.Hingga seperempat abad lalu, gaharu (Aquilaria spp) yang banyak dijumpai di hutan Indonesia itu, tumbuh nyaris tanpa gangguan. Dalam proses pertumbuhannya, alam membuatnya tidak tumbuh normal, dalam arti, gangguan alam menyebabkan gaharu terinfeksi penyakit yang kemudian diketahui menghasilkan gubal gaharu. Gubal gaharu yang mengandung damar wangi (Aromatic resin) untuk bahan baku beraneka jenis wewangian inilah yang kemudian mendorong perburuan gaharu.
Sejak tahun 1970-an, perburuan gaharu mulai dilakukan besar-besaran karena nilai ekspor gubal yang tinggi. Lalu, dalam waktu 10-15 tahun setelah itu, tanaman gaharu di Indonesia mulai terancam punah, terutama karena belum dikenalnya teknologi budidaya gaharu dan teknologi memproduksi gubal. Apalagi meluasnya perburuan kayu gaharu dilakukan dengan penebangan yang sia-sia. Artinya, banyak pohon gaharu yang tidak mengandung gubal ditebang dan mati.
Melihat kenyataan itu, Haji Arfan (63) di Dusun Lembah Sari, Desa Pusuk, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat/NTB), terdorong membudidayakan pohon gaharu. Terutama melihat kenyataan hutan Pusuk yang diketahui baik untuk vegetasi gaharu, nyaris tidak lagi ditemui gaharu. Dengan mengumpulkan anakan dan biji gaharu dari sisa-sisa pohon gaharu yang masih tumbuh di hutan Pusuk, ia kemudian gigih membudidayakan tanaman itu. Setidaknya, sejak tahun 1992 muncul harapan tanaman gaharu bisa dilestarikan. Apalagi, usaha itu didukung serangkaian penelitian Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram), Dinas Kehutanan NTB, bahkan Departemen Kehutanan.
Paling tidak, tanaman gaharu tumbuh subur di hutan Pusuk pada areal sekitar 60 hektar yang ditanam bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan 20 hektar yang ia tanam sendiri. Belum lagi dari jutaan bibit yang ia hasilkan, bukan saja tumbuh di hutan dan kebun, tapi juga di pekarangan penduduk terutama di Pulau Lombok.
USAHA membudidayakan gaharu tidak lepas dari ketekunannya bekerja mencari nafkah untuk kehidupannya bersama istri dan 12 anaknya. Ketekunan berusaha itu terlihat sejak Arfan menjadi pengusaha kayu bakar tahun 1963-1975. Setiap hari ia membeli sekitar 100 meter kubik (m3) kayu bakar dari penduduk dan dijual tiga kali seminggu ke Mataram, ibu kota NTB yang jaraknya sekitar 20 km dari Pusuk.
Ketika itu ia mengetahui di kawasan hutan Pusuk semakin sulit dijumpai tanaman gaharu. Kalaupun ada tanaman di kebun masyarakat, tidak terawat dengan baik. Karena itu, ia merelakan sebagian waktunya untuk mencegah kepunahan kayu tersebut dengan melakukan budidaya pembibitan dan penanaman pohon gaharu.
Bagi Arfan, kegiatan membudidayakan tanaman hutan bukan hal asing. Sejak tahun 1978, ketika ia diangkat menjadi tenaga honorer sebagai mandor hutan pada Dinas Kehutanan Lombok Barat, ia biasa membibitkan tanaman penghijauan/reboisasi seperti mahoni, sonokeling, sengon, dan tanaman buah. Bibit tanaman itu dijual kepada Dinas Kehutanan dan masyarakat yang membutuhkan, untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.
Di sela-sela tugasnya itu, sejak tahun 1992 Arfan mengumpulkan anakan dan biji gaharu dari hutan Pusuk dan membibitkan serta menanamnya pada kebun di pekarangan rumahnya. Namun diakui, kegiatan ini tidak mudah karena kegagalan tidak jarang dialami akibat kurangnya pengetahuan tentang gaharu. Namun, ia terus mencoba hingga diketahui cara dan kondisi lingkungan yang baik untuk lokasi pembibitan gaharu.
Pada awalnya bibit gaharu dijual dengan harga Rp 100 per pohon. Baru belakangan ia memperoleh harga Rp 2.500. “Tapi, bibitnya sudah mulai sulit dicari dan sekarang paling banyak sekitar 25.000 bibit/anakan setahun,” jelas Arfan.
Dalam menjalankan kegiatannya, usahanya Arfan tidak selalu berjalan mulus. Misalnya, tanaman gaharu yang ia kembangkan pernah habis dijarah. Namun, hal itu tidak menyurutkan keinginannya mengembangkan budidaya gaharu. Bahkan, berbekal honor sebagai mandor hutan dan sebagai buruh pada kegiatan reboisasi serta hasil penjualan tanaman bibit penghijauan ia meneruskan usahanya.
***
MESKI kegiatan yang dilakukan selama ini membuat Arfan meraih Penghargaan Kalpataru 2002, namun ia berterus terang sukses yang diraih itu tidak lepas dari kerja sama dengan berbagai pihak. Bahkan, lewat kerja sama dengan Dinas Kehutanan Lombok Barat tahun 1995, ia terlibat dalam proyek percontohan budidaya gaharu di hutan Pusuk pada areal 60 hektar. Bantuan uang pemeliharaan Rp 5 juta per tahun dari Dinas Kehutanan, bisa ia sisihkan sebagian untuk mengembangkan sendiri budidaya tanaman gaharu. Pada areal 20 hektar juga di hutan Pusuk, tanamannya kini berusia 6-7 tahun. Kebun gaharu ini kemudian lewat kerja sama dengan Universitas Mataram dijadikan lokasi penelitian tanaman gaharu Fakultas Pertanian dan Laboratorium Bioteknologi Unram. Di kebun inilah Unram meneliti proses terjadinya gubal gaharu yang menghasilkan teknologi gubal gaharu.
Hasil penelitian itu yang kemudian mempercepat proses berkembangnya minat masyarakat menanam gaharu. Karena dengan ditemukannya sejenis jamur yang bisa menyebabkan pohon gaharu terinfeksi penyakit lalu menghasilkan gubal. Dalam hal ini, Arfan bersama sekitar 10 orang rekannya di Desa Pusuk, menyediakan bibit yang disebarluaskan ke berbagai daerah di NTB, bahkan ke luar NTB. Sementara Dr Ir Parman, Kepala Laboratorium Bioteknologi Unram, menyediakan sejenis jamur yang disuntikkan ke batang pohon agar menghasilkan gubal. Oleh sebab itu, kalangan pengusaha, aparat kehutanan dan pemerintah daerah serta masyarakat mendukung upaya budidaya yang dikaitkan dengan pengembangan hutan kemasyarakatan. Bahkan, dengan tersedianya tenaga ahli dan temuan rekayasa untuk memproduksi gubal oleh Dr Ir Parman, Pulau Lombok diharapkan menjadi salah satu pusat pengembangan tanaman gaharu.
Harapan Arfan, tentu saja masyarakat berkenan mengikuti jejaknya. Karena bukan saja tanaman gaharu bisa dilestarikan, tapi juga memberi penghasilan yang tidak bisa dibilang kecil. Dengan harga bibit Rp 2.500 per pohon, lalu menyediakan dana untuk menyuntikkan jamur dengan biaya sekitar Rp 50.000 untuk setiap pohon. Jika suntikan berhasil dan terbentuk gubal, keuntungan pemilik pohon bisa dibayangkan jauh sebelumnya. Setidaknya, satu kilogram gubal kualitas utama harganya sekitar Rp 2 juta-Rp 3 juta. Namun, iming-iming ini belakangan tidak mendorong seluruh lapisan masyarakat ikut mengembangkan gaharu. Yang justru memprihatinkan Arfan ialah ulah segelintir orang yang justru bisa membuat warga enggan membudidayakan gaharu.
Ini terutama karena masih banyak orang yang lebih memilih jalan pintas agar lebih cepat memperoleh keuntungan tanpa kerja keras. Mereka itulah yang kemudian menjarah tanaman gaharu di hutan, kebun dan pekarangan. “Bayangkan saja, tanaman gaharu setinggi satu meter dicuri dan belum tentu bisa hidup lagi,” jelasnya kecewa.
Paling tidak, kejadian itu membuat Arfan merasa gagal mendorong masyarakat meningkatkan taraf hidup dengan kerja keras dan ketekunan. Keteladanannya akan semakin tidak dirasakan jika sikap masyarakat seperti itu tidak segera dihentikan. Apalagi jika kemudian menjadi pendorong punahnya kembali tanaman gaharu. [vb-01/kompas/foto:istimewa]


Share this news

Respon Pembaca

10 Komentar untuk "Kegigihan Haji Arfan Dalam Melestarikan Gaharu"

  1. Muji on Thu, 16th Apr 2009 6:51 pm 

    Kami juga para generasi muda, mengambil suri tauladan bapak Haji Arfan. Mengapa tidak..???
    Kita semua punya potensi untuk mengembangkan budidaya gaharu di tanah air. Kadang saya heran, mengapa di negeri kita sangat banyak pengangguran. Padahal negeri kita sangat makmur, bila dilihat dari kacamata negeri agricultural.
    Di Provinsi Sumatera utara, juga sangat banyak tumbuh pohon ini. Dengan bahasa lokal/ daerah pohon Alim. Juga banyak tumbuh liar, tapi sayangnya masyarakat tidak mengenal, sehingga banyak yang ditebang dengan sia sia. Mungkin sebagian mengenal, tapi belum mengenal teknologi budidaya dan rekayasa mendapatkan produk resin gaharu.

    Disini, kami dari Kabupaten Asahan – Sumatera utara, mulai membangun budidaya gaharu ini. Kami mengumpulkan petani, yang sadar akan penghijauan, pelestarian alam kami berikan sosialisasi untuk sadar akan lingkungan kita, yang kalau kita pandai mengelola alam itu sendiri, maka alam akan lebih pandai untuk berterimakasih kepada kita. Maka kami bentuk lah suatu perkumpulan yang belum resmi, namun bukan Ilegal. Nama nya Asahan Budidaya Gaharu – Club’s (ABG – Club’s). Kami adalah salah satu pembudidaya gaharu di Indonesia, di Sumatera utara. Berniat, setidaknya akan mengembangkan Gaharu seputar Asahan.
    Meskipun kadang kala ada rekan atau tetangga dari luar Asahan akan meminta di bina untuk sosialisasi atau penyuluhan, kami siap untuk memfasilitasi nya. Sayang, karya kami belum didengar atau di lihat oleh pemerintah daerah Asahan. Namun kami tidak berkecil hati, siapa berbuat, pasti dia yang akan mendapat ganjaran nya.

    Semoga karya kami ini juga akan diikuti para pecinta lingkungan hidup dari Asahan, maupun Sumatera utara, mewakili Indonesia Barat. Kami berniat Asahan Budidaya Gaharu ini akan menjadi besar, menjadi perkumpulan Budidaya gaharu di Indonesia yang Independent. Ayo, kami mengajak anak bangsa yang mau berkarya. Hijau kan Indonesia dengan gaharu. Katakan wahai rekan semua, bahwa Gaharu adalah tumbuhan asli Indonesia..!!! Bukan tumbuhan Import seperti tanaman perkebunan lain yang sudah mendapat nama di Indonesia, tapi sayang tanaman itu masih segelintir orang yang merasakan. Belum bisa dirasakan semua rakyat Indonesia. Bukti nya masih banyak pengangguran yang susah untuk mencari penghidupan. Maka, jangan jadikan Gaharu seperti itu, Gaharu adalah tanaman yang akan memakmurkan Indonesia di masa depan. Ayo, kita dukung gaharu, kita kampanye kan gaharu untuk tanaman nasional. Sebagai tanaman asli Indonesia.

    Terimakasih.

    Muji Tarmiji.
    Asahan Budidaya Gaharu – Club’s.
    Best Regards.

  2. moch..yasa on Wed, 10th Jun 2009 5:41 pm 

    aq moe tanyya neh klau bbei bjii gaharu dimana yaaa???? en berapa harganya, tngal koe di bogor jawa barat ad g ya??? yg jual kasih tau dong!!!!

    best regards/yasa

  3. afdal syafer on Wed, 19th Aug 2009 11:42 am 

    asslm….bpk h Arfan.
    saya sangat menyukai kegigihan bapak dalam menjaga kelestarian lingkungan terutama pohon gaharu yang secara langsung dapat dijadikan investasi dihari tua.dan saya sangat tertarik dengan usaha ini.saya mohon bapak untuk dapat membantu saya.
    1.dimana bisa saya dapatkan jenis gaharu yang bgus?
    2.berapa harga bibit gaharu/btgny?

    sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
    Mohon bantuan…….

  4. Shoma on Sun, 20th Sep 2009 3:26 pm 

    Pak Saya Shoma dari bali…!!
    pngen nanya nih…!!

    1. Berapa harga bibit Gaharu per bibit?
    2. apakah ada jaminan bahwa setelah kita panen nanti akan ada perlindungan tentang gaharu yang kita jual…?
    3. trus dimn menjual gaharu tsbt?
    4. apakah gaharu bisa dikembangkan di bali..?
    5. boleh minta no telp ya pak..?

    Trimakasih banyak ya pak….

    Best Regard….

    shoma

  5. ade bengkulu on Sat, 17th Apr 2010 7:18 am 

    kegigihan adalah buah keberhasilan….selamat atas kesuksesan pak haji!

  6. bahrudin zuhri on Sun, 25th Jul 2010 5:41 pm 

    Bapak saya tinggal di kalimantan tengah tepatnya di Kab. Kotawaringin Barat, saya sanagt tertarik dan berminat menam Gaharu, bagai mana mendapatkan benih (biji )dan berapa harganya kalau boleh minta No HP / Telp . trimakasih

  7. adam on Thu, 23rd Sep 2010 10:37 am 

    saya tertarik dengan usaha ini.bagai mana cara mendapatkan benih nya.

    terima kasih

  8. santoso on Tue, 12th Oct 2010 4:48 pm 

    saudara semua jika anda ingin mendapatkan bibit gaharu,kami ada.malah sudah bersertifikasi untuk bibitnya.kami siap melayani pemesanan di sluruh nusantara.bagi yang berminat serius silahkan hubungi nomer berikut 085229662283,atau di santososaputra@rocketmail.com

    terima kasih

  9. niko hidayat on Sun, 27th Mar 2011 11:28 pm 

    ass’kum pak haji…. ada brp jenis kayu gaharu, saya punya sample mohon untuk diteliti jenisnya. tlg kirim alamat lengkap pak haji. wassalam

  10. dzull effendy on Sat, 10th Mar 2012 11:20 pm 

    rugi donk gk nanam gaharu dari sekarang????

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.