ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Dr Aryono Disusul Sang Istri

January 24, 2025 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

MEREKA pasangan sehidup semati. Ada yang bilang ini yang namanya “cinta sejati.” Dokter senior Balikpapan, dr Aryono Wardiman meninggal dunia hari Selasa (21/1) pukul 07.30 Wita. Besoknya, Rabu (2/1) pukul 09.03 Wita disusul sang istri, Ibu Kartinah.

Kedua-duanya meninggal dunia setelah mendapat perawatan di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo (RSKD). Ini adalah rumah sakit yang pernah dia rintis dan pimpin. “Ya beliau meninggal setelah mendapat perawatan di sini,” kata Direktur RSKD dr Edy Iskandar.

Menurut Edy, dr Aryono dilarikan ke RSKD dalam keadaan tidak sadar. Setelah dirawat selama 3 hari di ICU, beliau meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Sedang istrinya, Ibu Kartinah (80) tampaknya drop setelah kepergian sang suami. Dia sempat dilarikan ke RS Beriman lalu dirujuk ke RSKD. “Tapi Allah menentukan takdirnya, dia menyusul sang suami,” jelasnya.

Untuk mengenang dan menghargai pengabdian almarhum,  RSKD akan mengabadikan nama dr Aryono Wardiman sebagai nama Gedung Kedokteran Nuklir yang rampung tahun ini. “Kami sudah meminta izin kepada keluarga beliau,” kata Edy.

Dr Aryono dan Ibu Kartinah bersama keluarga Kagama di antaranya masih ada dr Subandi dan juga drg Dyah Muryani.

Fasilitas kedokteran nuklir sudah ada di RS Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. Ke-4 yang ada di Indonesia setelah Jakarta, Bandung, dan Semarang. Menyusul di RSKD yang akan beroperasi tahun ini. Dengan adanya fasilitas ini, maka dapat dilakukan diagnosis berbagai penyakit melalui pemeriksaan berbasis radioaktif atau tes nuklir. Di antaranya kanker dan tumor, penyakit Alzheimer, demensia, Parkinson dan gangguan saraf.

Jenazah dr Aryono dan sang istri, Ibu Kartinah dimakamkan di pemakaman Km 15 secara berdampingan. Sanak keluarga dan kerabat ikut mengantarkan jenazah dalam suasana kesedihan. Almarhum dan almarhumah meninggalkan 4 putra dan satu putri yang tinggal di Swiss dengan beberapa cucu.

Ucapan belasungkawa  datang dari berbagai pihak terutama kalangan kedokteran.  “Kami semua memang berdukacita atas kehilangan sosok panutan yang luar biasa,” kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Balikpapan, dr Natsir Akil, Sp.PD-KR.

Dr Aryono pernah bertugas di pedalaman Mahakam dan perbatasan Malaysia pada tahun 1960-an. Dia juga disebut tokoh yang membidani berdirinya RSUD AWS Samarinda dan RSKD Balikpapan. Dia sempat memimpin RSKD selama 23 tahun mulai tahun 1972 sampai 1995.

Dia dikenal sebagai dokter yang ramah dan murah. Tak jarang menggratiskan pasiennya yang tidak mampu. Melayani pasien turun temurun dan lintas generasi. Hidupnya benar-benar untuk pengabdian kepada masyarakat. Tak mengenal kaya atau orang yang tak mampu.

“Saya sempat bayar masih Rp20 ribu dengan beliau,” kata Ibu Gusti Rahma. “Terakhir periksa sama dr Aryono bayarnya cuma Rp50 ribu. Obatnya juga murah,” kata Ibu Sukarsih dari grup Sahabat Kecil, yang dipimpin Ibu Sri Asril.

PELOPOR PKBI

Aryono dokter lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Aktif sebagai penasihat di Keluarga Alumni UGM  atau Kagama. Juga pernah mendapatkan penghargaan dari kampusnya sebagai alumnus UGM berprestasi atas pengabdiannya yang luar biasa di Kaltim.

Dia juga pelopor berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Balikpapan. PKBI adalah LSM tertua di Indonesia yang bergerak di bidang keluarga berencana (KB) dan kesehatan seksual serta reproduksi.

Ketika istri saya, Bunda Arita menjadi ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Balikpapan tahun 2006, dr Aryono duduk sebagai penasihat. PPTI merupakan organisasi masyarakat yang membantu pemerintah dalam menanggulangi penyakit tuberculosis atau TB.

“Beliau sangat bijaksana dan banyak memberikan kita nasihat dan masukan. Beliau memang pengabdi yang luar biasa,” kata istri saya, yang juga sama-sama berada di Paguyuban Keluarga Ngayogyakarta Hadiningrat.

Drg Dyah Muryani, mantan kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) dan ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Balikpapan mengaku sangat kehilangan tokoh panutan dari semua dokter yang bertugas. “Dokter Aryono sangat menginspirasi kita semua. Kita harus berterima kasih kepada beliau dan mendoakan beliau dan istri husnul khatimah,” ungkapnya.

Menurut Ibu Dyah, Aryono adalah dokter yang sangat panjang pengabdiannya. Boleh dibilang seumur hidup. Ketika dia menjadi kepala DKK, dr Aryono sudah pensiun. Dia digantikan dr Ludi  Whisnu Wardana. Sedang Kadinkesnya waktu itu dr Subandi.  Ketika dr Subandi jadi direktur RSKD, Kadinkesnya dr Antung Asbad.

Selamat jalan dr Aryono Wardiman dan Ibu Kartinah. Selalu kita kenang sebagai dokter paling murah dan ramah dalam memberikan pelayanan.  Insyaallah surga tempatnya. Allah yang membayarnya dalam bayaran paling mahal di akhirat.

Sebelumnya Balikpapan juga diliputi dukacita mendalam. Dua tokoh mudanya meninggal dunia karena penyakit yang diidap. Kedua orang itu adalah Effendy Bahtiar yang ternyata nama sebenarnya Andi Bahtiar bin Andi Ambo Lau  dan Ustaz Muhammad Rafi’i. Yang satu berprofesi sebagai wartawan, yang satu bergerak di jalur agama dan politik.

Kabar duka terakhir juga kita terima menyusul meninggalnya tokoh Sulawesi Selatan, Alwi Hamu (80). Dia adalah pendiri media Fajar Group dan sahabat dekat Jusuf Kalla (JK) dan Aksa Mahmud. Meski kiprahnya lebih banyak di Makassar,  dia juga berbuat untuk Kaltim khususnya Balikpapan. Dia ikut membantu pendirian Harian Kaltim Post dan pemilik Hotel Benakutai.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.