ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Cegah Omricon, IDI Paser minta masyarakat perketat prokes

February 19, 2022 by  
Filed under Paser

Share this news

dr. Ahmad Hadiwijaya

TANA PASER -Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Paser dr. Ahmad Hadiwijaya minta masyarakat  memperketat protokol kesehatan (prokes) guna mencegah masuknya varian Omricon.

” Kegiatan 5 M perlu diperketat, ditambah vaksinasi. Karena vaksinasi ini menghindari pasien terpapar lebih parah, ‘kata Hadiwijaya, Jumat (18/2/2022).

Menurut Hadiwijaya untuk mendeteksi apakah pasien  yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Paser adalah varian omricon  perlu dilakukan tes Whole Genome Sequencing (WGS).

“Diperlukan tes WGS bagi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang memiliki CT Value di atas 25. Namun, pemeriksaan WGS hanya bisa dilakukan di Jakarta dan Surabaya, ” Katanya.

Sejauh ini pasien positif COVID-19 di RSUD Panglima Sebaya Tanah Grogot umumnya memiliki CT Value di bawah 25. Hanya ada satu pasien dengan CT Value di atas 25.

“Satu pasien tersebut sampelnya sudah dikirim. Kami berharap hasilnya cepat keluar. Namun semua daerah kirim sampelnya ke Surabaya dan Jakarta. Jadi ya nunggu antrian, ” kata Hadiwijaya.

Varian Omricon, kata dia, memiliki daya penularan lima kali lebih cepat dibanding varian Delta.

“Kondisi ini harus diantisipasi Pemda Paser dengan pengetatan prokes, memperbanyak testing dan tracking, ” ujarnya.

Setidaknya, menurut WHO, kata Hadiwijaya, testing paling tidak dilakukan  1 kali tes terhadap 1000 orang per pekan. Kemudian, tracking minimal dilakukan terhadap 15-25 orang.

“Selain itu bagaimana treatment-,nya (pelayanannya), seperti apa kesiapan RSUD untuk SDM-nya, obat-obatan, dan ruang isolasi terpadu di eks RSUD maupun ruang isolasi di kecamatan. Ini menjadi perhatian,” ujar Hadiwijaya.

IDI Paser, lanjut Hadiwijaya, kembali mengingat kepada masyarakat bahwa peran vaksinasi juga merupakan elemen penting dalam mencegah penyebaran COVID-19 lebih parah dibanding yang belum divaksin.

“Dengan vaksinasi memang tidak mencegah COVID-19, tapi mengurangi risiko terpapar lebih besar. Ini fakta ilmiah, orang yang sudah divaksin akan jauh lebih ringan risiko terpapar dibanding yang belum,” tutup Hadiwijaya.

Namun demikian, kata Hadiwijaya, apapun  variannya, upaya pencegahannya adalah memperketat prokes 5 M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilisasi, dan menghindari kerumunan). (*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.