ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Napi Teroris di Indonesia Tembus 600 Orang

February 22, 2018 by  
Filed under Religi, Sosial & Budaya

Share this news

JAKARTA – Indonesia serius melakukan pencegahan aksi radikalisme dan terorisme. Terbukti, hingga kini tercatat sudah ada 600 lebih narapidana terorisme yang terus dalam pembinaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

“Kalau mereka tidak dibina, nantinya setelah bebas, bisa kembali melakukan aksi yang membahayakan di Tanah Air,” sebut Ketua BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di sela  Rapat Kerja Nasional 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme  (FKPT) di Jakarta, (20/2/2018).

Dikatakan, pengalaman kejadian Bom Bali dan beberapa kejadian terorisme lainnya di Indonesia, menjadi bukti bahwa negara ini tidak bisa dianggap aman-aman saja.

“Semua elemen tetap harus waspada. Itu sebabnya BNPT juga membentuk FKPT sebagai upaya melibatkan semua elemen masyarakat di setiap daerah,” bebernya.

Dikatakan, penegakan hukum saja tidak cukup dalam upaya meredam aksi terorisme. Terbukti, kasus peledakan bom di salah satu gereja di Samarinda beberapa waktu lalu dilakukan oleh mantan narapidana terorisme. “Jika proses pembinaan berhasil, tidak mungkin melakukan pengeboman lagi,” ujarnya.

Pengurus FKPT Kaltim bersama Kepala BNPT

Penerimaan masyarakat menjadi kunci utama agar para mantan narapidana terorisme tidak kembali melakukan aksinya. Justru harus diterima oleh masyarakat dan berbaur dengan baik.

“Nyatanya masih ada saja mantan narapidana terorisme yang bahkan tidak diterima sendiri oleh keluarganya. Ini juatru mengkhawatirkan,” urainya.

Termasuk misalnya adanya aparat pemerintah yang mempersulit para mantan napi terorisme mendapatkan kartu tanpa penduduk atau dokumen lainnya.

Atas alasan itulah, BNPT juga mengutamakan pembinaan pada narapidana terorisme dibantu FKPT dan berbagai pihak lainnya.

Suhardi juga mengingatkan agar di tahun politik ini semua pihak juga meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai ada aksi radikalisme atau terorisme yang mendompleng kegiatan politik.

“Saya yakin masyarakat sudah semakin cerdas,” katanya.

Sementara itu, pihaknya mengaku akan terus melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme dengan menyasar elemen perguruan tinggi.

“Secara rutin kami berkunjung ke kampus-kampus memberikan pembekalan pada semua mahasiswa yang ada,” sebutnya.

Sebab, elemen mahasiswa dalam hal ini sebagai unsur pemuda, sangat rentan dibujuk untuk melakukan aktivitas radikalisme hingga terorisme.

“Di masa lalu, 1928 semua pemuda sudah komitmen untuk bersatu melalui Sumpah Pemuda, ini yang perlu ditumbuhkan lagi. Cinta kepada Tanah Air,” sebutnya.

Harapannya agar para generasi masa kini tidak melupakan sejarah masa lalu bangsa.

Sementara itu Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme  (FKPT) Kaltim Hasyim Miradje mengatakan, di Kaltim ada 6 mantan narapidana terorisme, yang sebelumnya adalah pelaku bom Bali yang kini terus dilakukan pembinaan.

“Mereka sudah berbaur dengan baik dengan masyarakat dan sudah beraktivitas seperti biasa,” urainya.

Para mantan narapidana terorisme ada yang membuka usaha perdagangan serta menjadi guru ngaji hingga ada yang mendirikan pondok pesantren.

“Alhamdulillah masyarakat menerima dengan baik,” pungkasnya. (ef)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.