ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Bubu Laut Salah Satu Kearifan Lokal Menjaga Ekosistem

March 7, 2017 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Share this news

VIVABORNEO.COM, Selain memancing dan menggunakan jaring,  ada satu cara menangkap ikan  yang ramah lingkungan,  yaitu dengan memasang bubu laut. Berbeda dengan bubu air tawar, bubu laut bentuknya sangat besar dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter serta terbagi dalam beberapa bagian yang harus disatukan.

“Bagian-bagian itu dinamakan pintu tempat masuknya ikan,  perut untuk menampung ikan dan kepala tempat keluarnya ikan namun ditutup saat dipergunakan,” jelas seorang pengrajin bubu laut bernama Muhammad Sabri (55 th), Jumat (3/3/17).

Sabri (60 th) warga Jalan Propinsi Kecamatan Penajam Km 5 Kabupaten Penajam Paser Utara ini  mampu membuat bubu laut ini sebanyak dua buah dalam sehari.

Dibantu sang istri,  Sabri tekun dan terampil saat mulai membelah bamboo kecil seukuran pergelangan tangan manusia yang disebut buluh, kemudian  meraut hingga merangkai bilah bambu menjadi bagian-bagian bubu ini.

Muhammad Sabri,  telah menekuni pembuatan bubu laut ini sejak tahun 1980-an, satu bubu buatannya kini dihargai bervariasi, jika diorder dalam jumlah banyak harganya Rp.100 ribu namun jika dijual per satuan  bubu harganya  Rp.130 ribu.

Oleh pengepul,  bubu laut dikirim ke beberapa kota di Kalimantan Timur seperti Tanah Grogot Kabupaten Paser,  Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara,  Sangatta Kabupaten Kutai Timur, dan Berau.

Tidak saja di Kaltim, bubu laut buatan Sabri ini juga dikirim hingga ke Tarakan dan Nunukan di Provinsi Kalimantan Utara yang dulunya merupakan bagian dari Provinsi Kaltim.

Bahkan, bubu laut buatan masyarakat Penajam ini juga banyak dikirim ke kota-kota penghasil ikan di Kalimantan seperti ke Tanah Bumbu dan Kota Baru di Kalimantan Selatan.

“Penggunaan bubu laut ini oleh nelayan diturunkan ke dasar laut dalam namun berombak tenang dengan diberi pemberat baru. Kemudian ditinggal selama satu atau dua hari untuk kemudian dilihat isinya,” terang Sabri.

Ikan-ikan yang terperangkap dalam bubu ini terbilang ikan besar seperti kakap, kerapu, baby tuna, tongkol dan lain-lain dengan ukuran diatas 5 kg setiap ekornya.

Jika sering menonton acara memancing di televisi, ikan-ikan besar seperti itulah yang dapat terperangkap oleh bubu laut ini. Jumlahnya tidak hanya satu terkadang berisi lebih dari lima ekor ikan besar.

Kerajinan bubu laut ini menjadi salah satu mata pencarian tambahan tidak saja buat Sabri dan masyarakat Penajam pada umumnya. Tetapi juga menjadi penghasilan bagi pemilik pohon bambu, pengusaha angkutan, pengepul bubu hingga para nelayan penggunanya.

Bubu buatan Sabri mampu bertahan hingga satu-dua bulan pemakaian dalam air laut. Kekuatan bubu ini tergantung dengan banyaknya ikan yang terperangkap dn kuatnya arus bawah laut yang dapat merusak bagian-bagian bubu ini.

Sabri berharap pemerintah dapat melestarikan penangkapan ikan dengan bubu ini agar ekosistem laut dan terumbu karang dapat terjaga dengan baik. Kerajinan ini juga patut dilestarikan karena mulai jarang nelayan yang menggunakannya dengan alasan tidak praktis.

Setiap bubu yang dipasang oleh nelayan bisa saja dicuri ikannya manakala nelayan sedang berkeliling memasang dan meninggalkan bubu-bubu mereka di tengah lautan.

“Karena dipasang di laut yang begitu luas dan ditinggal semalam atau lebih, bisa saja ikannya dicuri oleh orang. Ketika pemilik bubu melihat hasil perangkap mereka ternyata isinya sudah kosong,” ujar Sabri bercerita.(vb/yul)

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.