ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Hasilkan Jutaan Rupiah dari “Telur Bertato”

March 20, 2016 by  
Filed under Ekonomi & Bisnis, Profil

Share this news

VIVABORNEO.COM, Namanya Suripto, tetapi lebih akrab dan disapa dengan panggilan Mbah Surip. Aslinya dari Nganjuk Jawa Timur. Datang ke Kalimantan Timur sejak tahun 2005 akibat plesiran ke Samarinda bersama sang istri. Entah kenapa, Kota Samarinda membuat Mbah Surip dan istri betah dan memutuskan untuk hijrah ke Kota Tepian.Seteah menggeluti perkerjaan di bidang perkayuan, pada tahun 2015 awal Mbah Surip memulai usaha peternakan burung puyuh skala kecil-kecilan karena belum ada penjual anakan burung puyuh dipasaran.

Dengan keterampilan yang pernah dimiliki saat masuh di Nganjuk, Mbah Surip menetaskan telur-telur burung puyuh yang dibelinya dari beberapa peternak hoby di Samarinda. Jumlah telur pun sangat terbatas sehingga harus sabar dan bertahap dalam menghasilan anakan puyuh ini.

Selama setahun ini, kandang burung puyuh milik Mbah Surip telah berisi 11.000 ekor burung puyuh, yang 4 ribu ekor diantaranya sudah berproduksi menghasilkan telur-telur mungil setiap harinya.

“Kini produksi dari 4 ribu ekor burung puyuh tersebut sebanyak 40 piring telur yang berisi masing-masing 90 butir. Sehingga salam sebulan, Mbah Surip memproduksi sekitar 3.600 butir telur “bertato” ini.

Jika satu piring telur dihargai Rp30.000 dan sebulan mencapai 40 piring, pemasukan Mbah Surip dari  produksi 4.000 ekor burung puyuhnya menghasilkan pundi-pundi sebanyak Rp1.200.000. Penghasilan ini hanya dari telur saja, belum termasuk jika ada yang membeli anakan puyuh untuk diternakkan.

Satu ekor burung puyuh berusia satu minggu dihargai Rp.7.000 dan usia 15 hari sebesar Rp15.000. Jika ada yang membeli puyuh dewasa untuk konsumsi, Mbah Surip menjualnya seharga Rp10.000 per ekornya.

Mbah Surip juga menjual kandang baterai  seharga Rp1.300.000 per kandang. Kandang-kandang ini dirakit sendiri oleh Mbah Surip dengan ukuran panjang 2 meter, lebar 70 centimeter dan tinggi 110 centimeter. Kandang dua tingkat ini mampu memuat minimal 250 ekor burung puyuh dewasa.

“Pasokan telurr di pasar-pasar tradisional Kota Samarinda saja peternak belum mampu diisi. Selama ini telur puyuh didatangkan dari Surabaya, sehingga peluang beternak puyuh ini masih terbuka lebar,” ucapnya.

Dijelaskan pria yang tidak pelit membagi ilmu ini, bahwa jika ada peternak yang ingin mengikuti jejaknya menjadi pembudidaya burung puyuh, dirinya siap memberikan pelatihan dan berbagi ilmu.

Saat membeli anakan burung puyuh, tentu saja Mbah Surip dan konsumen belum dapat membedakan mana puyuh yang jantan maupun betina. Namun,  Mbah Surip juga memberikan “garansi” jika anakan puyuh yang dibeli dari kandangnya, berisi lebih banyak puyuh jantan. Tak tangung-tanggung, garansi yang diberikannya adalah siap mengganti 75 persen dari jantan yang ada.

Bagaimanapun juga, untuk menghasilkan telur, puyuh betina memerlukan juga burung puyuh jantan. Telur yang dihasilkan dapat ditetaskan untuk menjadi burung puyuh anakan baru. Sementara.

Jika hanya menjual telur puyuh untuk konsumsi, dapat saja kandang pemeliharaan puyuh hanya dihuni puyuh betina tanpa jantan. Namun, jika kebanyakan jantan, maka tidak akan menghasilkan telur.

Selain menghasilkan telur puyuh konsumsi, Mbah Surip juga memproduksi anakan puyuh yang dia tetaskan sendiri. Ruangan khusus untuk penetasannya berukuran dua kali tiga meter dengan kandang bertingkat dua, yang mampu memuat ribuan telur siap tetas.

“Saya siap membagi ilmu jika ada yang ingin belajar beternak. Bahkan jika ada yang membeli (anakan puyuh) dalam jumlah banyak, saya siap mengganti 75 persen jika anakan puyuh yang dibeli dari saya kebanyakan burung jantan,” tegas pria kelahiran !957 ini.(vb/yul)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.