ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

TB Masih Jadi Penyakit Mematikan

March 27, 2019 by  
Filed under Kesehatan

Share this news

SANGATTA- Tuberkulosis (TB) atau yang juga dikenal dengan “TBC” merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya di dunia. Hari TB Sedunia yang diperingati pada 24 Maret setiap tahun diseluruh dunia ditujukan untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kasus TB yang semakin meningkat jumlahnya. Kutai Timur (Kutim) menjadi kabupaten yang turut serta memperingati Hari TB, Minggu (24/3/2019).

Wabup bersemangat membuka kegiatan Tuberkulosis. (Foto: Wahyu)

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim melalui Dinas Kesehatan bersama Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kutim bersinergi menyelenggarakan kegiatan Peringatan Hari TBC Sedunia. Para pihak yang ikut terlibat antara lain PT KPC, RSUD Kudungga, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kutim, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Jalasenastri dan Ibu-ibu Bhayangkari.

Mengusung tema nasional “Saatnya Indonesia Bebas TBC Mulai Dari Saya”, dipilih tentu dengan alasan menggerakan seluruh lapisan masyarakat komponen bangsa untuk bersama-sama membebaskan diri dari TB. Hari TB yang diselenggarakan di Folder Sangatta jalan Ilham Maulana, dirangkai dengan kegiatan senam bersama, jalan sehat mengitari folder dan berhadiah.

Dihadiri juga Wakil Bupati(Wabup) Kasmidi Bulang, Sekretaris Kabupaten (Seskab) H Irawansyah, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), perwakilan Dandim 0909 Sangatta dan Kapolres Kutim serta partisipasi masyarakat sekitar.Dalam kesempatan itu, Wabup Kasmidi Bulang menyampaikan pesan dari Kementerian Kesehatan dr Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek SpM mengenai penyakit TB.

“Sidang majelis umum PBB pada tanggal 26-27 September 2018, seluruh Anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mencapai eleminasi TB didunia pada tahun 2030,” kata Kasmidi Bulang bersemangat.

Di Indonesia diperkirakan ada 842 ribu kasus TB, baru setengahnya yang mampu di atasi. Setiap orang perlu memeriksakan diri sedini mungkin bila menunjukan gejala-gejala TB. Agar dapat diobati sesegera mungkin sampai sembuh. Dengan demikian kelak tidak ada lagi sumber TB dikalangan masyarakat, khususnya di Kutim.

“Upaya terobosan pemerintah bersama masyarakat melakukan pencegahan melalui ‘TOSS TB’ sebelum tahun 2030,” tuturnya.

TOSS TB ialah “Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis”. Upaya ini giat dilakukan secara massal agar berkurang dan mampu mencapai eleminasi TB di Indonesia.

Sementara itu, Kepala Dinas kesehatan (Dinkes) dr Bahrani menuturkan alasan kenapa 24 Maret sebagai hari peringatan TB. Sebab tanggal itu, ada seorang ilmuwan bernama Dr Robert Koch mengumumkan bahwa ia telah menemukan penyebab penyakit TB pada tahun 1882. Pada saat itu, wabah TB sedang menyebar di wilayah Eropa dan Amerika yang menyebabkan kematian satu dari tujuh orang. Untuk mengenang jasanya, jadilah 24 Maret ditetapkan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia.

“Tahun sebelumnya, Indonesia nomor 3 penyumbang TB diseluruh dunia,” tegasnya.

Hal itu bisa terjadi karena setiap tahunnya di Indonesia 20 ribu orang yang terkena TB. Penyakit ini menular dan 1 orang yang terkena bisa menularkan 10 orang. Menurut Bahrani, khusus di Kutim ada 1.320 kasus pertahun. Namun, ada 718 orang yang sadar mau berobat.

Selanjutnya Bahrani mengimbau agar masyarakat berhati-hati. Karena separuh cikal bakal penyebaran TB masih ada. Jika masyarakat Kutim merasa seperti gejala TB, maka segera diperiksa agar lekas ditangani. Karena dikhawatirkan, jika sudah terkena TB parah, akan lebih sulit ditangani. Mulai dari pengobatan selama 22 bulan, 6 bulan pertama minimal 5 kali suntik, dalam seminggu selanjutnya minum obat, kemudian tidak ada jaminan untuk sembuh jika tidak teratur berobat.

“Dinkes bersinergi dengan PPTI Kutim terus bersosialisasi tentang TB dan cara pencegahannya disetiap kecamatan Kutim. Agar pada waktunya dapat mencegah TBC secara lebih efisien dan efektif. Lebih baik mencegah dari pada mengobati,” tambah Bahrani.

Ketua PPTI Kutim Tirah Satriani menekankan, selama setahun pihaknya sudah melakukan sosialisasi mulai dari tingkat pendidikan hingga masyarakat luas.

“Dengan adanya cabang PPTI disetiap daerah (Kutim) mampu menangani langsung, walaupun daerah yang sulit dijangkau,” ucapnya.

Tirah juga mengaku berinovasi melakukan aksi “door to door” yakni ketok pintu jemput bola pasien yang terjangkit TB. Dengan harapan memudahkan masyarakat dan pasien yang terserang untuk menjalani pengobatan.(*/hm7)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.