arzh-CNenfrdeidko

Emansipasi Perempuan Tak Pernah Padam

April 25, 2025 by  
Filed under Profile

Share this news

Raden Ajeng Kartini adalah sosok pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita. Ia memperjuangkan kesetaraan hak dan kesempatan bagi perempuan di tengah masyarakat yang membatasi peran mereka. Perjuangannya pada saat itu sangat menginspirasi gerakan perempuan hingga saat ini. Salah satunya adalah Intan Vicky Maharani, perempuan masa kini yang semangat dan perjuangannya seakan menjadi cerminan nilai-nilai yang pernah diperjuangkan Kartini.

Intan, perempuan asal Yogyakarta yang lahir pada 1 Juni 1998, merupakan seorang istri dan ibu dari satu anak yang kini bekerja di industri sawit yang kerap didominasi oleh laki-laki. Bekerja di PT Sumber Kharisma Persada (SKP) dan PT Cipta Narada Lestari (CNL), anak usaha dari PT Astra Agro Lestari (AAL), ia memulai karirnya pada Desember 2022.

Intan Vicky Maharani

Dalam perannya sebagai Asisten Keuangan, Intan bertanggung jawab mendukung tugas-tugas administrasi dan operasional di bidang keuangan, mulai dari pengelolaan pembayaran, penyusunan laporan keuangan, hingga memastikan setiap detail keuangan perusahaan berjalan dengan baik. Tugas tersebut menuntut ketelitian, konsistensi, dan komunikasi yang efektif.

Bekerja di kebun sawit bukanlah hal mudah, apalagi bagi seorang perempuan. Intan menghadapi tantangan tersendiri, terutama ketika harus memimpin tim yang jauh lebih berpengalaman. Namun, alih-alih gentar, ia menjadikan tantangan ini sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh. “Tantangan terbesar saya adalah saat harus memimpin orang-orang yang pengalamannya jauh lebih banyak dari saya. Tapi justru dari sana saya belajar bagaimana menjadi pemimpin yang mendengar, bijak, dan tangguh,” ungkapnya. Dari sini pula, lahir kekuatan baru dalam dirinya.

Pengalaman di kebun membentuk pandangan dan jiwanya. Rutinitas pagi yang berbeda menjadi bagian yang paling berkesan. “Bangun sebelum fajar, menyaksikan kabut menyelimuti pohon-pohon sawit, dan ditemani suara burung menjadi pengalaman yang sulit ditemukan di kantor biasa. Di sini, alam menjadi rekan kerja yang setia,” katanya.

Keputusan untuk tetap berkarier jauh dari keluarga tentu bukan hal mudah. Namun bagi Intan, inilah bentuk tanggung jawab dan pengabdian. “Bekerja di lingkungan yang mayoritas laki-laki dan jauh dari keluarga itu berat. Tapi saya percaya, dengan tekad dan semangat belajar, kita bisa berkembang di mana pun. Jarak bukan penghalang, tapi motivasi,” ujarnya penuh keyakinan. Keyakinan itu terus ia genggam, terlebih saat dihadapkan pada pandangan yang sering kali menempatkan perempuan dalam batasan-batasan sempit.

Sebagai seorang istri dan ibu, Intan sering dihadapkan pada pandangan konservatif bahwa perempuan sebaiknya berada di rumah. Namun ia menyikapi hal ini dengan bijak. “Setiap perempuan berhak memilih jalan hidupnya. Ada yang bahagia dan merasa terpenuhi dengan mengurus rumah dan keluarga sepenuhnya. Ada juga yang menemukan makna hidupnya lewat kariernya. Keduanya sah, asalkan keputusan itu diambil dengan sadar dan bukan karena tekanan sosial,” katanya. Menurutnya bekerja bagi perempuan bukan hanya soal ekonomi, tapi bentuk kontribusi terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Emansipasi bukan sekadar kebebasan fisik, tapi kebebasan memilih dan tumbuh tanpa kehilangan jati diri.

Dilema antara tanggung jawab keluarga dan keinginan untuk terus berkarir pernah dirasakannya. Namun, ia belajar bahwa kunci utamanya adalah penyusunan prioritas dan komunikasi yang sehat dengan keluarga. Menurutnya, kualitas waktu bersama anak dan keluarga jauh lebih penting dibanding kuantitas semata. Prinsip inilah yang membuatnya tetap mampu menjalani dua peran dengan harmonis.

Emansipasi perempuan, dalam pandangan Intan, bukan hanya soal bekerja atau kebebasan untuk beraktivitas di luar rumah, melainkan tentang kebebasan untuk menentukan pilihan hidup sendiri tanpa kehilangan jati diri. Ia percaya bahwa menjadi mandiri dan tetap terhubung secara emosional dengan keluarga adalah bentuk kekuatan khas perempuan.

Di lingkungan kerja yang penuh tantangan, ia membuktikan bahwa perempuan juga mampu menunjukkan kinerja profesional, memberikan solusi, dan tetap tenang di bawah tekanan. Keberadaannya di sektor yang mayoritas diisi oleh laki-laki sudah menjadi bentuk kontribusi terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Sebuah proses yang perlahan, tapi terus menunjukkan hasil nyata.

Komentar negatif dan stereotip terhadap peran perempuan dalam dunia kerja tidak luput ia hadapi. Namun, ia memilih untuk tetap tenang dan memberikan pemahaman bahwa keputusan yang diambil adalah hasil kesepakatan bersama dalam keluarga, bukan semata-mata keputusan pribadi. “Saya katakan, setiap keluarga punya cara masing-masing. Ini pilihan kami, dan kami menjalaninya dengan saling percaya,” ucap Intan.

Bagi perempuan lain yang masih ragu mengejar impian karena merasa terhalang oleh peran domestik, Intan memberikan pesan bahwa mimpi tidak perlu dimatikan. Ia percaya bahwa keduanya bisa berjalan beriringan selama dijalani dengan kesadaran, komunikasi, dan rasa cinta yang tulus.

Menurutnya, cara terbaik agar perempuan tetap berdaya tanpa mengabaikan nilai-nilai keluarga adalah dengan menjadikan keluarga sebagai motivasi utama. Mandiri bukan berarti menjauh, tetapi justru memperkuat pondasi keluarga melalui pencapaian yang membawa dampak positif.

Saat ditanya apa yang akan dikatakan R.A. Kartini jika melihat perjalanannya hari ini, mata Intan tampak berkaca. “Mungkin beliau akan bilang, kamu tidak hanya meneruskan perjuanganku, tapi telah membawanya ke tempat yang lebih tinggi,” kata Intan. Sebuah refleksi yang menandakan bahwa perjuangan Kartini tak pernah benar-benar selesai, tetapi terus hidup dalam jiwa-jiwa seperti Intan.

Intan tahu, ia tidak sempurna. Ia bukan pahlawan. Tapi ia adalah simbol bahwa perempuan bisa kuat tanpa harus kehilangan kelembutan, bisa rindu tanpa kehilangan semangat, bisa menjadi istri dan ibu yang penuh cinta sekaligus profesional yang berdedikasi. (*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.