ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Ibu Ida Dayak

April 6, 2023 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

Masyarakat yang membeludak di Markas Kostrad Cilodok, Depok.

SELAIN sosok Prof Mahfud MD, nama Ibu Ida Dayak juga lagi viral saat ini. Bahkan ikut mengangkat nama Kalimantan Timur. Maklum dia berasal dari Pasir Belengkong, Kabupaten Paser. Ini kota kecamatan, yang dulunya pernah berdiri Kesultanan Paser. Saya pernah berkunjung ke sana. Masuk ke beberapa desa seperti Desa Damit dan Lempesu. Di tahun 70-an ke bawah, Kabupaten Paser, yang awalnya bernama Kabupaten Pasir dikenal sebagai kabupaten yang banyak fenomena mistisnya.

Ibu Ida Dayak lagi dicari ribuan pasien dari berbagai pelosok. Karena dia menjalankan praktik pengobatan alternatif yang dinilai ampuh.  Pengobatan massal yang rencananya dilaksanakan di GOR Kostrad, Cilodok, Depok, Senin (3/4) lalu terpaksa dibatalkan karena yang datang ribuan orang dan berdesak-desakan.

Tidak tanggung-tanggung yang mengumumkan pembatalan kegiatan itu seorang jenderal TNI bintang dua. “Mohon maaf saya mengumumkan, Ibu Ida tidak mampu untuk melakukan pengobatan karena kondisinya ramai sekali dan tidak mungkin dilakukan pengobatan satu per satu,” kata Mayjen Bobby Rinal Makmun, panglima Divisi Infanteri (Pangdivif) 1 Kostrad.

Pengobatan di tempat itu memang difasilitasi oleh Kostrad. Ibu Ida Dayak juga populer di kalangan TNI. Bahkan mantan kepala BIN Letjen (Purn) AM Hendropriyono dan menantunya, mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa sangat tertarik. Kabarnya dia juga berobat.

“Ini bentuk kearifan lokal. Kalau terbukti bisa menyembuhkan tentu sesuatu yang ajaib dan harus kita angkat sebagai salah satu tradisi yang unggul ke dunia internasional,” kata Hendro.

Panglima TNI pengganti Andika, Laksamana Yudo Margono juga tidak mempermasalahkan pengobatan alternatif Ida Dayak di markas Kostrad. “Itu ‘kan bakti sosial. Pengobatan kan bagus juga. Kan cara apa pun boleh, yang penting bisa untuk penyembuhan,” kata Yudo usai acara layanan zakat di Mabes TNI, Cilangkap, Rabu (5/4).

Aksi pengobatan alternatif Ida Dayak ramai dibicarakan orang. Media sosial dan TV terus mengulas. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Kabarnya banyak yang sembuh di tangan Ibu Ida Dayak. Itu sebabnya mereka yang sakit kronis banyak yang berdatangan.

Ibu Ida Dayak bisa mengobati beberapa penyakit berat, yang tidak gampang sembuh secara medis.  Seperti patah tulang, tulang bengkok, keseleo, bisu, saraf kejepit sampai stroke.

Banyak keunikan yang ditampilkan wanita tersebut dalam proses mengobati seorang pasien. Mulai soal penampilannya yang selalu mengenakan kostum dan aksesori Dayak, menari, membaca kalimat tauhid dan basmalah serta menggunakan minyak berwarna merah darah, yang dikenal sebagai Minyak Bintang.

Ibu Ida Dayak memang dari keluarga suku Dayak. Saya pernah dengar videonya menyebut Panglima Burung. Wanita berusia 51 tahun ini memiliki nama asli Ida Andriyani. Tapi karena sering menggunakan baju dan aksesoris Dayak, maka lebih dikenal dengan panggilan Ibu Ida Dayak. Menariknya dia beragama Islam. Itu sebabnya dalam proses pengobatan dia selalu melafalkan kalimat tauhid dan basmalah.

“Sesuai agama saya, saya Islam, saya muslim. Saya mulai pengobatan ini dengan mengucapkan bismillahirahmanirrahim. Karena yang menyembuhkan bukan saya, tapi Allah subhanahu wata’ala,” ujarnya dalam sebuah video.

Selanjutnya dia menari dengan gerakan yang unik. Dalam tradisi suku Dayak ada tarian yang diberi nama Tari Belian Bawo. Penarinya menggunakan gelang tembaga di kaki dan tangannya. Lalu dihentak-hentakkan. Dulu tarian Belian Bawo memang digunakan untuk ritual pengobatan secara adat.

Ketika saya masih menjadi wali kota, saya sering mengundang seorang penari Belian Bawo bernama Ibu Heny asal Kalteng untuk menyambut tamu. Sosoknya mirip Ibu Ida Dayak. Dia sangat menghayati dan menguasai suasana magis dan mistis di tari tersebut.

Minyak bintang memang dikenal dalam pengobatan masyarakat Dayak sebagai minyak urut. Dibuat dari akar-akaran yang berasal dari hutan tropis Kalimantan, seperti akar paku atei, gingseng hutan, akar supa, sereh dan batang sirih. Tapi kabarnya dulu ramuan minyak bintang juga dicampur dengan otak musuh yang dipenggal dalam perang adat serta darah burung tertentu, yang dipatahkan kakinya berkali-kali.

Karena itu minyak bintang dikenal sebagai salah satu dari ilmu magis, yang berkembang dalam masyarakat Dayak Benuaq dan Tunjung. Tak sekadar untuk pelumas mengurut, tapi juga diminum. Untuk ketahanan dan kekebalan tubuh.

Para panglima Dayak waktu dulu berusaha ingin menguasai ilmu minyak bintang. Supaya unggul dalam setiap perang suku. Karena dapat menghidupkan pemiliknya yang mati terbunuh. Bila bintang-bintang di langit sudah tampak, niscaya pemilik ilmu ini akan dapat hidup kembali. Itu sebabnya disebut minyak bintang.

Dalam situs resmi Kemendikbud, minyak bintang dimasukkan dalam Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Peninggalan budaya yang tidak semuanya dapat diraba, tetapi diketahui dan dirasakan keberadaannya serta perlu dijaga dan dilestarikan.

Yang membuat warga senang, Ibu Ida Dayak dalam menjalankan proses pengobatan sama sekali tidak mau dibayar alias gratis. Karena itu dia mengingatkan warga jangan tertipu kalau ada yang meminta uang pendaftaran. Dia hanya minta kepada pasiennya membeli minyak bintang, yang dibuatnya seharga Rp50 ribu per botol. “Rasanya dingin kalau dioleskan,” kata seorang pasien.

Sebelum terkenal seperti sekarang ini, Ida Dayak yang melaksanakan praktik di daerah Depok ini, pernah menjalankan “kesaktiannya” berkeliling dari satu tempat ke tempat lain. Dari pasar ke pasar. Dia sudah berkeliling Nusantara, dari Kalimantan ke Sulawesi, Sumatera sampai Papua.

Ada beredar video di media sosial yang mengungkapkan Ibu Ida Dayak sampai diterbangkan ke Arab Saudi untuk mengobati Pangeran Waleed bin Khaled bin Talal yang sudah koma selama 17 tahun. Waleed mengalami kecelakaan mobil pada tahun 2005 di London. Lalu koma bertahun-tahun sampai diberi gelar sebagai “Pangeran Tidur.”

Berkat olesan minyak bintang Ibu Ida Dayak, sang pangeran siuman. Raja Salman sangat berterima kasih sampai menghadiahkan satu hektare kebun kurma. Tapi ditolak wanita tersebut. Apakah berita ini benar? Sejauh ini belum ada konfirmasi yang jelas.

IDI MEMAHAMI

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib Khuamidi, Sp.OT mengatakan, pihaknya tak bisa melarang masyarakat atau pasien  yang ingin berobat ke Ibu Ida Dayak. “Kita memang tidak bisa menghindar atau melarang pasien yang mencoba mencari upaya mendapatkan sebuah harapan kesembuhan,” katanya seperti diberitakan Suara.com.

Pengobatan alternatif seperti yang diberikan Ibu Ida Dayak, paling sering ditemukan sebagai upaya terakhir yang dilakukan pasien untuk mendapatkan kesembuhan. Apalagi praktiknya, tidak memerlukan proses panjang, minim rasa sakit serta biaya yang murah.

Ahli ortopedi ini mengaku tidak bisa berkomentar banyak, lantaran dasar ilmu kedokteran dan ilmu pengobatan yang dilakukan Ibu Ida Dayak cenderung berbeda. “Artinya kami pun tidak bisa menjelaskan karena yang digunakan Ibu Ida Dayak bukan ilmiah kedokteran, tetapi pendekatan spiritual,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengakui, pengobatan tradisional yang banyak beredar di tengah masyarakat kita sebenarnya tidak dilarang. Akan tetapi, pihaknya berusaha melakukan pembinaan terutama kepada tenaga penyehat tradisional, yang disebut hatra.

Para hatra itu harus memiliki STPT atau surat terdaftar penyehat tradisional. “Ini cara kita melakukan pembinaan agar masyarakat tidak dirugikan,” katanya dikutip dari KOMPAS.com.

Siti mengatakan, bagaimanapun Indonesia memiliki warisan budaya termasuk pengobatan tradisional yang memang sebagian masih perlu diteliti dan didukung secara empiris seperti pengobatan modern. Dan harus diingat juga bahwa tidak semua penyakit aman bila diobati secara tradisional.

Sejumlah warga Kaltim berharap Ibu Ida Dayak pulang ke daerahnya untuk memberikan pengobatan dari tanah kelahirannya. Apalagi Ibu Kota Nusantara (IKN) sudah ditetapkan di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU). Itu bertetangga dengan Kabupaten Paser, kampung halamannya. Bisa jadi IKN makin terkenal kalau Ibu Ida Dayak berpraktik di sana. Pekerja kita jadi sehat-sehat. Kalau ada kecelakaan kerja bisa langsung ditangani.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.