ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Haul Eyang Djoego ke 154: Menjaga Warisan Budaya dan Memperkuat Ekonomi Lokal

May 18, 2024 by  
Filed under Nusantara

Share this news

BLITAR – Camat Kesamben, Heri Widiatmoko, bersama dengan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), menghadiri Kirab Pusaka Eyang Djoego yang ke-154 dalam rangka Haul Eyang Djoego di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Sabtu, (18/5/2024 ).

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan memperingati jasa-jasa Eyang Djoego, yang telah dimulai sehari sebelumnya, pada hari Jumat.

Camat Kesamben, Heri Widiatmoko, dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut. Ia menyoroti antusiasme masyarakat dalam melestarikan budaya Jawa yang tetap tinggi.

“Alhamdulillah, peringatan Haul Eyang Jugo yang telah dimulai pada hari Jumat kemarin berlangsung lancar. Kegiatan Kirab Pusaka ini secara kontinyu dilaksanakan dari tahun ke tahun sebagai wujud komitmen kita untuk menghormati para ulama, sesepuh sekaligus sebagai upaya nguri-nguri budaya Jawa,” ungkap Heri.

Kirab Pusaka yang dilakukan ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap perekonomian lokal.

Heri mencatat bahwa banyak pedagang memanfaatkan momentum ini untuk berjualan di sekitar area kirab budaya, yang pada gilirannya membantu meningkatkan perekonomian setempat.

“Banyak pedagang keliling momentum ini bagus jika dimanfaatkan oleh pelaku UMKM di wilayah Kesamben dan sekitarnya untuk mengenalkan produk unggulan,” jelasnya.

Eyang Djoego, yang bernama asli R.M Soerjokoesoemo, adalah seorang bangsawan dari Keraton Yogyakarta dan dikenal sebagai penasihat spiritual Pangeran Diponegoro. Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro dan pengasingannya ke Manado pada tahun 1830, Eyang Djoego memutuskan untuk meninggalkan atribut kebangsawanannya dan mengembara ke Jawa Timur, kemudian menetap di Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.

Beliau dikenal berjasa dalam menyembuhkan wabah kolera di Jawa Timur, sehingga dianugerahi tanah seluas 7 hektar oleh pemerintah. Di atas tanah ini, Eyang Djoego mendirikan sebuah padepokan.

Prosesi Kirab Pusaka dan gunungan yang berisi hasil bumi menjadi puncak acara haul ini. Gunungan diarak dan diperebutkan oleh masyarakat ketika memasuki kawasan Padepokan Mbah Djoego, sementara pusaka diarak ke dalam padepokan dengan diiringi oleh pasukan putra-putri cantik dan tampan. Prosesi ini dipimpin oleh keturunan Mbah Djoego, Ki Aji dari Jawa Tengah, dan dilanjutkan dengan penaburan air keselamatan dan uang logam oleh juru kunci Padepokan Mbah Djoego, Ki Arif Wicaksono.

Kemeriahan haul ini semakin lengkap dengan pawai budaya yang diikuti oleh lima dusun yang ada di Desa Jugo, yaitu Sanggrahan, Jugo, Plampangan, Jajagan dan dusun Sanan.(Buang Supeno).


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.