ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Tambak di Delta Mahakam Gunakan Sistem Tradisional

May 5, 2009 by  
Filed under Ekonomi & Bisnis

Share this news

Sekitar 60.000 ha lahan tambak yang dikembangkan masyarakat di kawasan Delta Sungai Mahakam Kaltim masih mengandalkan sistem pemeliharaan tradisional sehingga produksinya relatif rendah, yakni hanya mampu memanen udang windu sekitar 25% dari total benur yang ditebar. Sistem pertambakan tradisional adalah budidaya udang windu yang hanya mengandalkan pemeliharaan di mana benur yang ditebar atau yang diperoleh dari alam dibiarkan dalam tambak tanpa diberi makan karena makanan sudah tersedia secara alamiah.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim, Khaerani Saleh saat menadampingi Wakil Gubernur Kaltim, H Farid Wadjdy memberikan bantuan 300.000 benur kepada Kelompok Tani Tambak Zaitul Fallah dan mesin kapal buat kelompok Nelayan Pantuan Setia Jasa.  Bahkan bisa dikatakan saat ini pengembangan tambak udang di kawasan Delta Mahakam merupakan satu-satunya di Indonesia yang masih mengandalkan pengembangan sistem tradisional yang produksinya untuk memenuhi kebutuhan pabrik cool storage (pembekuan udang) di daerah sebagai komoditas ekspor.
Tidak heran jika produksi tambak udang di daerah itu hanya berkisar 50 kilogram hingga 100 kilogram per hektare setiap kali panen yang dilakukan dalam 5-6 bulan sekali. Padahal jika dibanding dengan tampak modren bisa menghasilkan 3-5 ton/hektare.
Celakanya, karena dibuka secara tradisional ini, sistem tambak di delta Mahakam juga ikut andil dalam merusak ekosostem hutan bakau atau mangrove dan tanaman pelindung rawa-rawa lainnya seperti Rumbia yang merupakan bahan baku pembuat sagu. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pengupasan hutan bakau atau mangrove di sekitar lahan tambak yang kurang dari 50 meter dari bibir sungai sehingga dapat berdampak pada degradasi bantaran sungai dan menipisnya pasokan benur alam akibat pembabatan hutan mangrove.(vb/01)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.