ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Ahcmad Paimin, Mantri Suntik Pohon Gaharu Penghasil Resin Gubal

June 14, 2015 by  
Filed under Profil

Share this news

VIVABORNEO.COM, Pengalamannnya dalam hal suntik-menyuntik pohon gaharu (Aquilaria sp.) didapat secara otodidak dari transfer knowledge dari pengalamannya karena ikut menjadi pekerja di lahan  pohon gaharu milik warga keturunan Tiongkok asal Madiun. Saat itu Paimin yang minim pengalaman dalam menyuntik pohon gaharu hanya menjadi “asisten” dari penyuntik pohon gaharu yang telah ditunjuk dan dipercayakan oleh orang Tiongkok tersebut.

Achmad Paimin, saat menjadi narasumber potensi gaharu di Kaltim

“Saat itu saya hanya sebagai pembantu saja. Saya membawa peralatan bor dan cairan inokulen. Karena pohon gaharu yang disuntik jumlahnya ratusan dan si penyuntiknya kelelahan, maka saya disuruh membantu untuk menyuntik pohon-pohon yang belum dikerjakan,” kenangnya saat berbincang Kamis malam (12/6) di Kampung Long Lunuk Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu.

Keberadaan sarjana agama Islam ini di Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahulu, bukan sebagai penceramah atau pendakwah agama, melainkan turut sebagai pembicara dalam “Pelatihan dan Sosiaslisasi Potensi Ekonomi Perbatasan” yang digelar oleh Bidang Pengembangan Ekonomi dan Dunia Usaha, Badan Pembangunan Perbatasan (BPPD) Kaltim.

Paimin didaulat sebagai narasumber mendampingi Ir. Ngatiman,MP  yang merupakan peneliti pohon gaharu dan membuat cairan inokulen dalam laboratorium di kantor Balai Besar Dipterocarpa Kaltim.

Pengalaman Paimin dan dedikasinya terhadap budidaya gaharu patut diacungi jempol karena turut melestarikan gaharu dengan budidaya secara mandiri.

Di Asia pohon gaharu tersebar di beberapa negara Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja dan Tiongkok. Terdapat puluhan jenis pohon gaharu di alam, namun yang berasal dari Indonesia adalah jenis Aquilaria beccarain, Aquilaria cumingiona,  dan Aquilaria microcarpa.

Masyarakat Dayak di Kaltim sering menyebut ketiganya dengan jenis gaharu tersebut dengan gaharu beringin berdaun besar, beringin berdaun kecil dan gaharu pantai.

Paimin mendampingi Ir. Ngatiman, MP dari Balai Besar Kehutanan Dipterocarpa saat mempraktekkan cara mencampur inokulen jamur gaharu

Menurut pengakuannya,  saat ini dikebun miliknya seluas 8 hektar (ha), terdapat 200 pohon gaharu yang ditanam bersama tanaman lain seperti kelapa sawit, karet, bahkan sayuran dan palawija.

“Luasnya 8 hektar. Lima hektar ditanam kelapa sawit dan sisanya tiga hektar tanaman campur termasuk didalamnya pohon gaharu yang telah disuntik dan tinggal menunggu proses penggubalan,” jelasnya.

Paimin yang telah berkenalan dengan pohon gaharu sejak awal tahun 2000 ini telah melakukan penyuntikan pohon gaharu sebanyak 1.800 batang.

Menurutnya, potensi pohon gaharu yang terlah dibudidaya terbanyak berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Malinau dan Berau. Beberapa kabupaten lainnya juga telah banyak ditanam gaharu skala kecil milik petani.

Dijelaskannya, dalam pembayaran biaya suntik pohon gaharu biasanya tidak dibayar cash atau tunai. Tetapi, selalu ada perjanjian bagi hasil antara pemilik pohon dan penyuntik gaharu. Pembagiannya bisa 50 banding 50, jika penyuntik menyediakan cairan inokulasi. Bisa juga 80 persen untuk pemilik pohon dan 20 persen untuk penyuntik jika pemilik pohon menyediakan cairan bakteri ini seharga Rp.1 juta/ liter.

“Kesepakatan ini tergantung perjanjian. Belum pernah ada penyuntik yang dibayar per lubang yang dibuat secara tunai. Biasanya selalu bagi hasil. Ini lebih menguntungkan karena pemilik pohon telah memiliki garansi. Jika gagal jadi gubal, maka penyuntik akan mengulangnya kembali tanpa biaya tambahan,” jelasnya.

Menurutnya, permintaan gubal kayu gaharu yang terus meningkat setiap tahunnya, membuat budidaya gaharu harus dilakukan mengingat kayu gaharu di alam mulai menipis persediaannya. Apalagi kayu gaharu di alam tidak semuanya berisi gubal dan untuk mengambilnya memerlukan biaya yang besar dan waktu serta tenaga yang banyak.

Menurut pengalamannya, sebelum tehnik inolukasi dikenalkan, masyarakat tradisional sering “melukai” batang pohon gaharu dengan tujuan agar kayu sakit dan terserang bakteri penghasil resin gubal.

Di Sumatera, ujar Paimin, masyarakat sering menepuk-nepuk pohon gaharu hingga membenamkan paku berkarat pada batang pohon. Di  masyarakat tradisional Dayak Kalimantan Barat, pohon gaharu dipangkas pucuk dahannya kemudian dilelehkan cairan gula aren dan campuran oli bekas. Sedangkan di masyarakat Dayak di Kaltim, secara tradisional pohon gaharu sering dilukai dengan rajin membuat luka pada sekujur pohon gaharu dengan tujuan sama, yaitu bakteri penghasil gubal mudah menginfeksi pohon.

“Karena sudah ditemukan tehnik inokulasi, maka cara menyuntikkan cairan bakteri khusus tentunya lebih efektif. Pohon gaharu yang telah disuntik kemungkinan besar menjadi gubal dalam waktu minimal 2 tahun setelah suntik,” jelasnya.

Selain tehnik suntik dengan cairan inokulasi, pada pelatihan dan sosialisasi yang diikuti 60 petani kakao dan gaharu dari Kecamatan Long Pahangai dan Long Apari, ada juga tehnik pasak kayu dengan inokulen padat serta tehnik pasak menggunakan paku berkarat yang sebelumnya telah direndam cairan inokulasi selama minimal 1 jam perendaman.

Dari hasil panen di beberapa daerah, harga gubal gaharu jenis “King Super” berwarna hitam pekat dihargai Rp.26 juta/kg. Sedangkan jenis “Kemedangan” yaitu gaharu yang menjadi kayu pelapisnya dihargai Rp100.000 hingga Rp300.000 per kilonya. Jika ditemukan pohon gaharu yang telah memiliki gubal, maka kemungkinan seluruh batang kayu akan laku dijual dengan harga terendah jenis kemedangan tersebut.

Paimin yang tinggal di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim ini selain menjadi penyuntik gaharu, juga menyediakan bibit gaharu dengan ketinggian hingga 50 cm yang dihargai Rp.5.000-7.000 per pohonnya.

“Kini saya hanya fokus menjadi petani karena profesi ini cukup menjanjikan dan dapat menghidupi keluarga. Potensi lahan yang begitu luas di Kaltim menjadi modal bagi petani dan masyarakat untuk dapat mengembangkan budidaya gaharu yang menjanjikan,” ujarnya menutup pembicaraan.(vb/yuliawan andrianto)

 

 

 

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.