Angka Kematian Ibu Hamil di Kaltim Masih Tinggi

June 9, 2025 by  
Filed under Kesehatan

Share this news

SAMARINDA– Ketimpangan layanan kesehatan ibu di Kalimantan Timur kembali menjadi sorotan setelah Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat 26 kasus kematian ibu sepanjang Mei 2025. Angka tersebut menggambarkan masih adanya tantangan besar dalam pemerataan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya di daerah dengan kasus tinggi.

“Setiap kasus kematian ibu adalah kehilangan besar dan menjadi indikator dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,” ujar Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Muslimin di Samarinda, Senin (9/6/2025).

Dari data yang dihimpun, Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) mencatat jumlah kematian tertinggi, masing-masing enam kasus. Disusul oleh Balikpapan dengan empat kasus, serta Paser, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu masing-masing dua kasus. Kutai Timur mencatat di bawah tiga kasus, sementara Berau melaporkan satu kasus.

“Bontang dan Penajam Paser Utara tidak ada kasus kematian ibu,” katanya.

Dinkes Kaltim menyebutkan, pihaknya terus menggenjot sejumlah program untuk menurunkan angka kematian ibu. Di antaranya optimalisasi pemeriksaan kehamilan rutin, peningkatan akses dan kualitas pelayanan persalinan, hingga memperkuat sistem rujukan antar fasilitas kesehatan.

Salah satu pendekatan yang diandalkan saat ini adalah program Audit Maternal Perinatal Surveilans Respons (AMP-SR), yang diklaim dapat mengungkap akar masalah dari setiap kasus kematian ibu dan bayi.

“Program ini memastikan setiap kasus kematian maternal dan perinatal tidak hanya dicatat, tetapi juga dianalisis penyebabnya secara komprehensif untuk merumuskan rekomendasi perbaikan,” jelasnya.

AMP-SR sendiri melibatkan rangkaian proses mulai dari identifikasi kasus, pelaporan, audit penyebab kematian, hingga penentuan langkah korektif.

Dalam data terbaru, penyebab kematian ibu di Kaltim didominasi oleh komplikasi non-obstetrik (42 persen), diikuti hipertensi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas (38 persen), serta perdarahan obstetrik (12 persen).

“Data ini menjadi dasar bagi kami untuk melakukan evaluasi mendalam dan menyusun strategi yang lebih efektif ke depan,” ujarnya.

Di tengah laju pembangunan dan urbanisasi, temuan ini mengindikasikan, pelayanan kesehatan ibu belum merata, dan masih banyak daerah yang membutuhkan perhatian khusus. Kematian ibu tidak hanya soal statistik, tapi juga refleksi dari sistem kesehatan yang perlu terus dibenahi. (yud/adv diskominfo kaltim)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    900041
    Users Today : 2741
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748417
    Total Users : 900041
    Total views : 9557383
    Who's Online : 23
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05