ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Bambu, Tanaman yang Terpinggirkan

June 26, 2009 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Share this news

Secara rutin bertahun-tahun tanaman penghijauan pada lahan kritis tersebut didominasi oleh komoditas jenis tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman konservasi dan buah-buahan sebagai tanaman produktif. Sedangkan tanaman bambu sebagai jenis tanaman tradisional dengan sifatnya multiguna, belum tersentuh padahal sepantasnya jenis tanaman ini diikutsertakan dalam rangka rehabilitasi lahan kritis.Bambu sebagai bahan baku
Kita mengetahui bersama bahwa kerusakan sumber daya alam di Indonesia telah melampaui ambang batas kerusakan dan cenderung untuk menuju kepada kemusnahan fatal apabila tidak ada usaha penanggulangannya yang berarti. Kawasan hutan seluas 122 juta ha tinggal separuhnya akibat pembalakan liar/illegal logging, yang sampai kini belum ada penanganannya secara tuntas. Bambu, merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku industri. Di bidang kehutanan tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku industri perkayuan nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langka sedangkan industri sudah telanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan bahan baku industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional.
Sebenarnya perhatian pemerintah terhadap tanaman bambu muncul setelah kebakaran hutan besar tahun 1997 di Kalimantan yang meluluh lantakkan lebih dari 1 juta ha.
Di masa yang akan datang tanaman bambu dapat mendukung selain sebagai bahan baku sarana tradisional (bangunan, alat rumah tangga, kerajinan, kesenian dll.) dapat pula mendukung kapasitas dan kualitas hutan alam/hutan tanaman yang selama ini menjadi sumber bahan baku industri perkayuan nasional. Bentuk dukungan tersebut melalui substitusi produk atau keseragaman sumber bahan baku industri, mengingat potensi kayu semakin langka, memerlukan waktu yang relatif panjang rehabilitasinya, sedangkan bambu pada umur 4-5 tahun sudah memenuhi persyaratan yang layak.
Keterlibatan masyarakat
Pemasyarakatan bambu kepada petani di pedesaan tersebut dinilai tidak terlalu penting karena sifat komoditi bambu sudah merupakan bagian dari kehidupannya, bahkan dalam forum internasional dikatakan “Bamboo is timber of the poor” (bambu adalah kayu kaum duafa) sehingga bambu merupakan produk hasil hutan yang murah.
Pada Kongres Bambu Internasional bulan Juli 1995 di Denpasar Bali, istilah itu dihapus karena masyarakat modern kota pun menghargai bambu dan bambu dapat menjadi bahan baku industri maju seperti untuk kertas, papan lapis, papan serat atau bahan konstruksi bangunan.
Selain produk batang bambu, hutan tanaman bambu juga menghasilkan produk rebung. Selama satu tahun penanaman dapat dihasilkan 10-20 tunas tiap rumpun, sehingga apabila dalam 1 ha terdapat = 30 rumpun, maka dapat dihasilkan sekira 6.000 rebung yang dapat menghasilkan sedikitnya Rp 15 juta, yang merupakan hasil tambahan masyarakat penggarap.
Sepintas kilas masalah bambu
a. Sebaran jenis bambu
Di dunia terdapat lebih dari 1.250 jenis bambu yang berasal dari 75 marga. Dari jumlah tersebut di Indonesia terdapat 39 jenis bambu yang berasal dari 8 marga. Bambu tumbuh di daerah tropis, sub tropis dan beriklim sedang kecuali di Eropa dan Asia Barat, dari dataran rendah sampai pada ketinggian 4.000 m dpl. Tempat tumbuhnya pada tanah aluvial dengan tekstur tanah berpasir sampai berlampung, berdrainase baik, beriklim A/B (tipe FS) dengan ketinggian optimal 0-500 m dpl.
b. Karakteristik bambu
Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun.
Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang.
Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang.
1) Ekologis
Tanaman bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat. Karakteristik perakaran bambu memungkinkan tanaman ini menjaga sistem hidronologis sebagai pengijat tanah dan air, sehingga dapat digunakan sebagai tanaman konservasi. Rumpun bambu di Tatar Sunda disebut dapuran awi juga akan menciptakan iklim mikro di sekitarnya, sedangkan hutan bambu dalam skala luas pada usia yang cukup dapat dikategorikan sebagai satu satuan ekosistem yang lengkap. Kondisi hutan bambu memungkinkan mikro organisme dapat berkembang bersama dalam jalinan rantai makanan yang saling bersimbiosis.
2) Sosial, ekonomi, budaya
Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai multipurpose free species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pemanfaatan bambu secara tradisional masih terbatas sebagai bahan bangunan dan kebutuhan keluarga lainnya (alat rumah tangga, kerajinan, alat kesenian seperti angklung, calung, suling, gambang, bahan makanan seperti rebung dll.).
Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri kertas, chopstick, flowerstick, ply bamboo, particle board dan papan semen serat bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan gempa dll.
Dalam kehidupan sosial budaya masyarakat bambu menjadi salah satu kelengkapan yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya dalam upacara adat, upacara perkawinan, hajatan keluarga bahkan bahan baku bambu menjadi alat musik khas komunitas tertentu. Lebih dari itu perkembangan sosial budaya masyarakat ditandai dengan perkembangannya aksesori bambu dalam pembuatan perabot rumah tangga dan cindera mata yang bernilai seni tinggi. Di beberapa tempat species bambu tentu menjadi bagian mitos dan kelengkapan ritual masyarakat yang bernilai magis.(vb-01/*** OTJO DANAATMADJA- Penulis, aktif di DPLKTS – Yapalhi)


Share this news

Respon Pembaca

2 Komentar untuk "Bambu, Tanaman yang Terpinggirkan"

  1. ery on Fri, 28th Aug 2009 2:03 pm 

    makasi yah tentang inFonya………it’s very important 4 mE!!!

  2. kursibambu on Fri, 19th Mar 2010 11:34 am 

    ijin copas bos…t u

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.