ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Lemang yang Tak Lekang Dimakan Jaman

June 7, 2009 by  
Filed under Berita

Share this news

Samarinda-vivaborneo.com- Kota Tepian, sebutan ibukota tercinta masyarakat Kaltim, dengan perkembangan ekonomi, kaya akan sumber daya alam dan sudah berkembang dengan pesat. Bangunan-bangunan sudah banyak berdiri dengan megah. Tetapi penjual lemang, makanan tradisional khas Melayu ini di Samarinda, di tepi Jl Pulau Sebatik (depan Bank BNI), tetap bertahan, Lokasi dan tatacara berjualan mereka pun tak pernah berubah sampai sekarang.Lemang kalau dilihat, mungkin hanya makanan sederhana yang terbuat dari ketan yang dimasak dalam buluh banbu yang dilapisi daun pisang didalamnya agar beras ketan dan dinding bamboo tidak lengket saat dikeluarkan. Namun lemang merupakan makanan orang-orang Melayu yang sangat penting dalam kehidupan berbudayanya. Dalam masyarakat suku Dayak di Kalimantan, lemang kerap dijadikan sebagai sesaji dalam setiap upacara adatnya.
Bagi masyarakat muslim, biasanya lemang dibuat untuk acara-acara seperti Hari Raya Aidilfitri dan Hari Raya Haji. Beberapa resep lemang menambahkan jagung. Lemang biasanya dimakan dengan rendang. Di Sumatra Barat Lemang juga sering dimakan dengan durian. Bahkan di Negeri Sembilan Malaysia, Lemang telah resmi menjadi makanan identitas negara dari Negeri Sembilan.
Penjual lemang di Jl Pulau Sebatik yang jumlahnya tak banyak ini ternyata satu keluarga. Mereka sudah berjualan lemang sejak zaman dulu saat Samarinda masih dijajah Jepang, namun mereka menjadi penjual turun temurun hingga sekarang.”Nenek sudah lama jualan, mulai sama ibu Saya (Aminah), sempat dulu (jualan) saat Jepang dan Australia perang. Aku  jualan mulai kecil” ujar nenek Niah yang sudah berusia 75 tahun itu
Lemang di Samarinda mempunyai sejarah yang tinggi, sehingga Walikota Samarinda HA Achmad Amin pernah memberikan pengargaan dan hadiah kepada para penjual lemang yang jumlahnya hanya segelintir ini. Keluarbiasaan nenek Niah mempertahankan jajanan istimewa khas Melayu ini, membuahkan penghargaan berupa lencana emas 28 karat ditambah uang 5 juta.
Prosesi penjual lemang di Samarinda juga mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dengan tampilnya obor sebagai penerang dan telur asin sebagai pendamping makan lemang. “Zaman dulu tidak ada lampu, jualannya pakai obor, kalo telur asin orang bahari suka makan dengan lemangnya”, ujar Fatimah, menantu nenek Niah menambahkan.
Nenek Niah sudah berjualan lemang di tempat sekarang sejak 45 tahun yang lalu. Ia hanya mengikuti jejak ibu dan neneknya. Setelah nenek Niah, adik, anak dan menantu Nenek Niah ikut berjualan di tempat itu. Berarti penjual lemang di lokasi itu sudah melewati empat generasi dan tiga jaman, yaitu jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang terakhir di masa kemerdekaan.(vb/Rahman/foto:lifetime.com/masak-masak.com)

 

 

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.