ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Nurani, Relawan Penyemprot Disinfektan

June 28, 2021 by  
Filed under Profil

Share this news

Nurani Busrani

Menjadi relawan penanggulangan virus Corona COVID-19 tidaklah mudah. Terlebih risiko tertular penyakit ini pun bisa terjadi kapan dan di mana saja saat bertugas.

Hal ini juga dirasakan Nurani Busrani, pria kelahiran Banjarmasin 3 Februari 1975. Lelaki yang berbadan tegap ini memilih untuk mengabdikan dirinya menjadi relawan penanggulangan virus Corona sebagai penyemprot disinfektam..

Di pagi yang cerah, Nurani sapaan akrabnya mulai mengumpulkan rekan-rekannya dan menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk menyemprot.

Dia berangkat menggunakan roda dua untuk sampai ke lokasi tujuan, sesampainya di lokasi. Ia lalu mempersiapkan pakaian menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Dengan baju merah panjang yang dibalut baju kaus satuan, ia bersiap untuk menuntaskan misinya.

Disinfektan yang telah disiapkan kemudian dicampur dengan air. Langkah selanjutnya memasukkan ke tangki penyemprotan. Dengan memanggul di punggung, pekerjaan penyemprotan mulai dilakukan.

Dengan tangan kanannya dia mulia mengayunkan tongkat penyemprot dan tangan kirinya memompa isi tangki yang dibawanya.

“Sehari kami menyemprotkan maksimal lima kali,” katanya saat ditemui media ini. Minggu (27/06/2021).

Meski tak bergabung dengan organisasi resmi seperti Gugus Tugas COVID-19. Ia sudah melakukan pekerjaan ini sejak Maret 2019 lalu. Satuan relawan kemanusiaan yang didirikan pada 1 Maret 2019 diberikan nama Dadi Mulya Indonesia (DMY Indonesia) berlokasi di Kelurahan Dadi Mulya, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda.

Sehari-hari saat bertugas menjadi relawan DMY Indonesia. Nurani dan teman-temannya selalu menggunakan APD lengkap mengurangi risiko terinfeksi virus Corona.

“Keringat bercucuran sepanjang pakai APD. Bernapas juga terganggu karena pakai masker dan face shields. Jadi saya tahu gimana (capainya) para dokter dan perawat itu saat bertugas,” katanya.

Semangat yang dimiliki Nurani dan rekan-rekannya itu menjadi modal dalam menjalankan misi kemanusiaan. Dia tak berpikir gaji apalagi berpikir mendapatkan untung hanya berharap agar mendapatkan ridho sang pencipta.

Tindakan penuh resiko itu diambil untuk mengabadikan diri pada negeri terkhusus bumi Etam Kalimantan Timur. (Man)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.