ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Sultan Syarif Kasim II, Teladan dari Tanah Melayu

June 8, 2014 by  
Filed under Profil

Share this news

 

Disaat ini, masih banyak diantara kita, terutama para pemimpin yang silau akan kekuasaan. Banyak pejabat yang masih silau dengan harta benda. Padahal semua yang diberikan kepada mereka adalah amanah dari masyarakat yang harus dipegang dengan jujur dan bermartabat.

Berbicara tentang kekuasaan dan gelimang harta benda memang tidak ada habisnya. Karena kekuasaan dan harta benda merupakan perhiasan dunia yang siap menggoda siapa saja yang dekat dengannya.Tetapi tidak dengan  Sultan Syarif Kasim II beserta keluarganya. Nun jauh di tahun 1945, Sultan Syarif Kasim II maju ke medan perang, mengangkat senjata melawan penjajah Belanda yang ingin menduduki tanah Melayu.

Pasti masih banyak pembaca yang tidak mengetahui tentang riwayat Sultan Syarif Kasim II yang namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Internasional di Provinsi Riau ini.

Saat kunjungan ke Kabupaten Siak akhir Mei lalu dalam rangka Temu Redaktur Kebudayaan III se-Indonesia, baru mengenal lebih dalam tentang sosok sang Sultan dengan nama lengkap Sultan Assyaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin.

Sultan Syarif Kasim II memerintah Kesultanan Siak Sri Indrapura sebagai sultan ke-12 di tahun 1915 hinga 1945. Beliau dianugerahi tanda jasa Bintang Mahaputra Adiperdana dan menobatkannya sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia.

Jasa-jasa Sultan Syarif Kasim II yang sangat besar bagi bangsa Indonesia adalah gigih melawan penjajah Belanda, membantu perjuangan bangsa Indonesia dengan menyerahkan uang tunai sebesar 13,5 Juta Gulden dan mahkota emas bertahtakan permata kepada Pemerintah RI yang diterima oleh Presiden Soekarno di Istana Yogyakarta.

Sungguh sangat membanggakan sekaligus mengharukan. Bagaimana seorang sultan yang memimpin ribuan rakyat dan memiliki wilayah yang luas dengan sumber daya alam yang sangat besa, r dapat memberikan kekuasaan, tahta dan wilayahnya untuk dilebur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, tanpa syarat apapun.

Setelah menyerahkan kekuasaan, Sultan Syarif Kasim II dan keluarga menjadi rakyat biasa hingga akhir hayatnya. Beliau sempat diangkat menjadi penasehat Presiden Soekarno di Jakarta.

Pilihan menjadi rakyat biasa itulah yang membuat kelangsungan tahta Kesultanan Siak Sri Indrapura berakhir. Hingga kini masa kejayaan kesultanan yang dibangun tahun 1700-an tersebut masih dapat dilihat oleh masyarakat.

Keteladanan Sultan Syarif Kasim II beserta keluarga inilah yang patut menjadi teladan bagi pemimpin bangsa saat ini. Ditengah serangan globalisasi dan godaan dunia yang semakin memikat, sanggupkan para pemimpin negeri, pejabat public dan para tokoh meneladani kerndahan hati dan ketulusan Sultan Syarif Kasim II. (vivaborneo.com/yuliawan andrianto)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.