ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Mengapa Sastra Masih Diperlukan?

July 14, 2011 by  
Filed under Opini

Share this news

Mungkin masih ada yang bertanya, seberapa penting generasi mendatang perlu belajar sastra? Sejauh mana sastra bisa memberi peran positif bagi generasi mendatang? Sekretaris Panitia Dialog Borneo Kalimantan XI, Hamdani tak canggung memberi jawaban  untuk pertanyaan itu.“Mantan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy pernah mengatakan, jika dunia ini sudah begitu kotor, maka hanya sastra  yang akan mampu membuat dunia ini menjadi bersih kembali,” ujar Hamdani.

Dua rekannya sesama seniman Kaltim, Abdul Rahim Hasibuan dan Haboel Hasan Asyarie mengiyakan pendapat itu.  Pesan mantan orang nomor satu Amerika Serikat itu, menurut mereka semestinya memang tidak lantas diterjemahkan dalam pengertian yang dangkal, tetapi menyangkut makna dan filosofi hidup dan kehidupan tentang kemajuan, kesejukan, kedamaian, keindahan dan keragaman yang semuanya sangat mudah ditemukan dalam bahasa dan lantunan sastra, seni dan budaya.

Ungkapan lain yang tidak kalah menarik dilontarkan seniman Kaltim lainnya Rudi Haryo Suyono. Sekilas,  sastra seperti tidak memiliki keterhubungan dengan era kekinian yang dipenuhi beragam suguhan produk modernisasi dan globalisasi.

“Sastra Kaltim dan Indonesia saat ini seperti berada di dalam sungai. Tetapi kita sudah mendengar Gubernur Awang Faroek dan Pemprov Kaltim akan membawa sastra ke sekolah. Ini kabar bahagia sebab sastra tidak hanya ada di sungai, tapi juga ke jalan raya (sastra akan lebih dikenal generasi muda),” kata Rudi Haryo.

Lagi-lagi dalam bahasa para seniman, sastra  di sungai dan jalan raya sebenarnya bisa dipahami sebagai energi  yang akan memberi banyak kesejukan dan kedamaian, dan sastra akan lebih bermakna jika ada lebih banyak generasi yang bisa mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yang lebih luas tentang sastra itu sendiri.

Mempelajari sastra, sama halnya dengan membangkitkan semangat kelampauan menuju masa kekinian, sekaligus melestarikan dan mengembangkan budaya dan seni.  “Anak muda sekarang biasanya hanya sibuk mengejar sinyal handphone, bermain facebook atau sibuk dengan twitter. Padahal sastra juga memiliki banyak sisi yang tak kalah menarik,” lanjut pria berambut panjang tersebut.

Tampaknya harapan ini tengah menuju arah yang benar. Pasalnya,  di akhir gelaran acara yang menghadirkan para seniman empat provinsi di Pulau Kalimantan dan dua Negara, Brunei Darussalam dan Malaysia itu akan diakhiri dengan kerjasama antara  Dinas Pendidikan Kaltim, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan untuk mendukung penyebaran sastra ke sekolah.

“Kerjasama ini meliputi upaya pengembangan sastra dan seni budaya di 14 kabupaten/kota. Sebagai pelaksana Rumah Sastra Korrie Layun Rampan akan datang ke sekolah-sekolah untuk melakukan pembinaan pengembangan sastra untuk guru dan siswa,” kata Abdul Rahim Hasibuan, yang kali ini bertindak sebagai wakil ketua panitia.

Saat ini Rumah Sastra Korrie Layun Rampan telah menyiapkan sejumlah materi yang akan dibawa ke sekolah-sekolah yang semuanya terkait pengembangan dan pelestarian budaya-budaya tradisional diantaranya tarsul, mamanda, lamut. Sastra dan seni budaya yang akan disampaikan meliputi budaya pesisir, keraton dan budaya pedalaman.

“Gubernur Awang Faroek sendiri yang mengingatkan agar MoU ini benar-benar disiapkan secara matang dan kami salut atas apresiasi yang demikian tinggi dari Pak Gubernur,” pungkas  Ahim, sapaan akrabnya. (vb/samsul)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.