ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Vetsin Dayak, Penyedap Alami yang Pertumbuhannya Lambat

August 12, 2018 by  
Filed under Lingkungan Hidup

Share this news

VIVABORNEO.COM, Entah sejak kapan, sampai saat ini Suku Dayak di Kalimantan telah memanfaatkan tanaman sejenis perdu dengan nama Daun Sungkai. Sebagian warga Dayak lainnya menyebut daun vetsin  sebagai penyedap alami dalam masakan mereka sehari-hari.

Sebagian masyarakat Dayak di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) menyebutnya sebagai daun vetsin. Mengacu pada kegunaan daun yang dapat menjadi penyedap rasa menggantikan vetsin yang banyak di jual di pasaran.

Dalam masakan khas Dayak, diantaranya pada Suku Dayak seperti Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Bakumpai, Tabuyan, Siang Murung dlsb, tidak terkecuali masyarakat Dayak wilayah Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah yang notabene Ras dari Suku Dayak Ngaju dan Ot Danum.

Sayangnya, daun vetsin atau daun sungkai ii perkembangbiakannya sangat lambat, sehingga budidaya daun ventin di masyarakat Dayak tidak dilakukan.

Warga sering mengambil daun penyedap ini ke dalam hutan atau daun segar di samping rumah-rumah mereka.

Daun dengan nama latin Alberticia papuana Becc ini tumbuh subur di sepanjang Pulau Kalimantan, termasuk wilayah Sabah dan Sarawak Malaysia Timur dan juga Brunai Darusallam dan hutan-hutan hujan di Papua.

Daun sungkai sayur dapat menjadi alternatif MSG alami yang memiliki fungsi sama namun lebih sehat karena berasal dari bahan alami dan tanpa efek samping sedikit pun sampai sangat baik bagi anak-anak begitu pula bagi ibu hamil.

“Namun karena bahan daun vetsin ini masih melimpah di alam serta pertumbuhan yang lambat untuk dibudidayakan, menjadikan eksploitasi besar-besaran daun sungkai  untuk industry menkadi kendala utama,” ujar Mohammad Gofar, saah seorang penggerak desa di Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur.(vb/ya/dari berbagai sumber/foto: mgofar)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.