ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Samakan Persepsi Pengembangan Kurikulum, Puskurbuk Selenggarakan Bantek

August 4, 2012 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA  – vivaborneo.com, Pusat Kurikulum dan Buku Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Puskurbuk Balitbang Kemendikbud) RI bekerjasama dengan Disdikbud Kaltim menyelenggarakan workshop bantek profesional pengembangan kurikulum bagi tim pengembang kurikulum (TPK) Kaltim, di Aula Disdikbud Kaltim, Samarinda, Jumat (3/8) pagi.

Dikatakan salah satu anggota tim puskurbuk, Dadang Subagio, bantek diselenggarakan dalam rangka tindak lanjut pertemuan TPK provinsi se-Indonesia, di Jakarta beberapa waktu. Utamanya dalam kaitan menyamakan persepsi  dalam pengembangan kurikulum antara Pukurbuk dengan TPK tingkat provinsi hingga kabupaten/kota bahkan hingga tingkat sekolah.

Berkaitan itu, pihaknya mengharapkan kegiatan tersebut tidak hanya sampai disitu, melainkan ditindak lanjuti  dengan melihat langsung kurikulum dan pelaksanaany di sekolah. “Intinya disini fokus terhadap pengembangan pendidikan karakter dan penyempurnaan kurikulum,” ujarnya.

Menurut dia, pendidikan karakter menjadi hal penting untuk dikembangkan menjadi bagian batang tubuh kurikulum pendidikan disegala jenjang pendidikan. Tujuannya tentu agar peserta didik lebih berkarakter.

Seperti misalnya terlambat masuk sekolah, contoh dia, pada saat sekarang tentu menjadi hal yang ‘tabu’ bagi peserta didik untuk saling mengingatkan satu sama lain bahwa hal tersebut tidak baik. Dengan demikian, ketika peserta didik sudah mendapat pendidikan karakter dapat tumbuh kesdaran di dalam dirinya masing-masing untuk membudayakan hal-hal postif.

Sementara Kepala Disdikbud Kaltim, H Musyahrim sesaat setelah membuka workshop menyatakan, kegiatan tersbut memang merupakan agenda rutin dilakukan dengan TPK. “Jadi tim ini ada ditingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Nah kegiatan Bantek kali ini dalam rangka penyempurnaan kurikulum oleh tim Puspurkum yang harus disampaiakan ke TPK,” katanya.

Seperti diketahui, sebut dia, ketika berbicara kurikulum dan buku pendidikan tentu harus selalu mengikuti  dan menyesuaikan perkembangan dunia pendidikan. Penyesuaian dimasud, kata dia, bukan berarti melakukan perubahan kurikulum yang sudah ada, melainkan hanya sebatas mempertajam maupun mengelompokkan.

“Penyesuaian ini yang kita lakukan antara kurikulum nasional, daerah dan tingkat sekolah. Sebab, pendidikan selalu mengkiuti perkembangan, sehingga turut memepengaruhi proses pembelajaran,” timpalnya seraya mencontohkan seperti misalnya yang terjadi sebelumnya melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun  dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidkan.

Sementara, lanjut dia, sekarang ada perubahan kurikulum. Ada pembagian antar kurikulum tingkat nasional dan kurikulum tingkat daerah dan sekolah.
Untuk kurikulum tingkat nasional terdiri dari empat mata pelajaran dasar yang merupakan perekat bangsa dalam mempersatukan NKRI, yakni Agama, Pedndikan Kewarganegaraan, Matematikan, dan Bahasa Indonesia. Selebihnya, mata pelajaran Bahasa Ingris, IPS, IPA, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Keterampilan serta muatan lokal pengembangan diri  dan anti korupsi masing-masing menjadi kurikulum lokal dan satuan pendidikan.

“Untuk kurikulum nasional baik silabus maupun siteme penilaiananya disusun pusat. Sedangkan kurikulum daerah dan sekolah silabusnya disusun daerah sistem penilaiannya disusun pusat,” jelasnya.

Berkaitan itu, kegiatan tersebut dipandang sangat penting sesuai tugas dan tanggung jawab yang diemban TPK. Terlebih, menurut di, terkait pengembangan dimasud tentu terdapat hal yang perlu didiskusikan. Disamping sebagai upaya tetap memberikan perhatian terhadap pendidikan karakter dan peningkatan kapasitas kurikulum.

TPK Provinsi, kata dia, juga diharapkan menindaklanjuti bantek  ke kabupaten/kota. Bahkan, kata dia, jika perlu dalam setahun melakuan dua kali pertemuan dengan TPK kabupaten/kota. Mengingat, jika dianalogikan dalam suatu organisasi, TPK merupakan litbangnya.

“Jadi tidak hanya sebagai pelaksana kebijakannya. Tapi lebih dari itu harus mampu menjadi pendamping dengan sering turun ke sekolah-sekolah tuk mnegawasi implemntasi kegiatan satuan pndidikan, termasuk alat pendukungnya, apakah sesuai dengan keurikulum yang diettapkana atau tidak,” katanya seraya berharap agar melihat kenyataan dilapangan lebih kritis dan segara melapor ke TPK provinsi jika terdapat hal yang tidak sesuai.

Sementara itu, Ketua TPK Kaltim Ibrahim Amir mengatakan, bantek tuk implementasikan  atau memasukan pendidikan karakter disemua jenjang pendidikan. Karenaya diundang TPK Kab/Kota. “Keberadaan kita (TPK,red) di kaltikm sebagai perpanjangan tangn Puskurbuk tuk melakukan pendampingan dan melakukan monitoring, evaluasi serta penilaian sejauh mana pelaksanaanya di lapangan,” katannya.(vb/arf)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.