ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Pertama Kali Naik Pesawat

September 27, 2021 by  
Filed under Profile

Share this news

“Wal, ikam mau kah naik pesawat?” tanya saya melalui telepon seluler kala itu. Nokia 5110, sebuah telepon yang sudah tergolong mewah bagi wartawan yang masih ingusan seperti saya. “Mau, mau, mau,” kata suara pemilik HP di ujung sana antusias.

Ya, kawan saya ini memang belum pernah naik pesawat. Sebagai wartawan yang masih baru, dia pun sangat berharap diberi kesempatan liputan naik pesawat. Wartawati ini mengendarai Honda Astrea bututnya. Mengenakan jaket bahan jins warna cokelat dan kaca mata hitam yang berfungsi jadi bando, terlihat trendi dan sedikit tomboy. Hanya dalam hitungan menit, dia sudah berada di Bandara Temindung Samarinda.

“Mana pesawatnya?” tanyanya antusias. “Itu, pesawatnya. Ikam aja yang naik. Aku sudah beberapa kali naik,” kata saya. Ya, pesawat yang akan terbang itu adalah pesawat Airvan GA 8 milik Pemprov Kaltim yang kala itu dioperasikan Perusda Melati Bhakti Satya (MBS).

Masih belum musim drone seperti sekarang. Saat itu, pesawat berbahan fiber buatan Australia itu disewa pihak lain untuk foto udara di atas Samarinda. Nah, ketimbang penumpang kosong, Dirut Perusda MBS kala itu, Nurcahyo, yang sekarang sudah almarhum, mengajak wartawan termasuk saya.

Karena saya sudah pernah merasakan naik Airvan, saya alihkan ke wartawati ini. Dia pun antusias naik pesawat untuk enjoy flight di atas Samarinda. Saya menunggu saja di hanggar pesawat sambil ngobrol santai dengan petugas bandara.

Tak lama kemudian, pesawat bermesin tunggal itu kembali mendarat. Wartawati ini sempoyongan. Badannya terhuyung. “Kurang sambal ikam ini. Pintu pesawatnya kada ditutup. Mabuk aku. Pantas ikam bari aku,” kata wanita ini ngomel-ngomel.

Saya tertawa melihat responsnya. Saya tahu, pintu pesawat memang tidak ditutup agar leluasa bagi fotografer mengambil objek foto dari udara. Walau kesal, dia merasa senang. Itulah kali pertamanya naik pesawat.

Esoknya, pas 1 April, momen April Mop, saya telpon lagi. “Mau kah naik pesawat lebih besar. Pesawat ATR punya Kalstar,” tanya saya.

Tanpa pikir panjang, wartawati yang logat Banjarnya kental ini langsung menjawab “mau”.
Dengan segera, sore itu sudah pukul 17.00 Wita, dia sudah di Bandara Temindung. Suasana bandara sepi. Penerbangan sudah berakhir. Semua pegawai bandara juga sudah pulang.

“Wal, aku sudah di bandara ini. Kok sepi?” tanyanya.

“Di dalam bandara ada pesawat ngga, pesawat Kalstar?” tanya saya.

“Ada,” jawabnya.

“Ya, itu ada pesawatnya. Naik saja ke pesawatnya, kalau pintunya dibuka,” kata saya sembari tertawa lebar.

“Kuraang ajaaar.. awas ikam lah,” ujarnya sembari tertawa juga. Sadar kalau dia sedang dikerjain.

Malam hari, begitu ketemu di kantor, dia pun mengomel dan mengeluarkan sumpah serapah. Tapi tidak marah. Dia melakukan itu sembari menertawakan dirinya sendiri yang jadi korban April mop. Hebatnya lagi, kisah itu ia tulis pula jadi cerita lucu di Kaltim Post, tempat kami berdua bekerja sebagai wartawan.

Terlalu banyak kisah lucu, kisah kebersamaan dan keakraban bersama wanita yang terakhir menduduki jabatan Senior Manajer Kaltim Post ini. Walau sering dikerjain rekan sesamanya, dia hanya tertawa dan tersenyum. Tak pernah benar-benar marah. Apalagi belakangan, dia beberapa kali dapat tugas kantor untuk liputan ke luar negeri, ke Korea Selatan hingga Turki.

Sebagai sahabat, tak segan dia memberikan saran dan nasihat. Termasuk, dia yang menyarankan saya untuk tetap bertahan di perusahaan sekarang ini, walau kondisi perusahaan di tengah badai pandemi.

Selamat jalan sahabatku. Tunai sudah tugasmu. Hilang pula rasa sakit yang selama ini bersarang di tubuhmu. Jika kelak berada di surga, ingat untuk mencari kami semua, rekan kerjamu. Insya Allah, bu Henny binti Amir Jafar Thalib, husnul khotimah. Aamiin. (Endro)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.