ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Semester Pertama Terjadi 95 Kasus DBD di Kutim

September 13, 2009 by  
Filed under Kutai Timur

Share this news

SENGATA– Kasus demam berdarah dangue (DBD) di Kutim belakangan ini cukup besar
terjadi di daerah ini. Sejak Januari hingga Juli lalu atau semester pertama tahun
2009 ini sudah terjadi 95 kasus DBD di kabupaten yang menginjak usia 10 tahun itu.
Diharapkan kewaspadaan masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih dari sarang
nyamuk.

“Ini menujukkan kewaspadaan bagi masyarakat dan kita semua untuk mengantisipasi.
Sebab, nyamuk mematikan itu perlu diwaspadai dan masyarakat jangan terlambat membawa korban sesegera mungkin ke rumah sakit atau puskesmas terdekat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Marten Luther.

Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Marten Luther mengungkapkan, terjadinya kasus DBD di daerah ini disebabkan prilaku masyarakat yang kurang menjaga kebersihan
lingkungannya. “Kunci utamanya masyarakat harus rajin menjaga kebersihan, terutama 3
M yang sering kita dengar di berbagai penyuluhan di televisi, yakni Menguras,
Menimbun dan Menutup (3M),” kata Marten Luther.

Dikatakan, guna mengatasi terjadinya kasus demam berdarah di daerah ini, pihaknya
telah melakukan rekrutmen terhadap kader Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di
seluruh RT yang ada di daerah ini. Tahap pertama di lakukan di kota seperti Sengata
Utara dan sekitarnya sebanyak 204 orang dan semuanya telah diberikan pelatihan
bagaimana cara memberantas sarang nyamuk di lingkungan masing-masing. Tiap RT ada
dua kader yang dilatih.
Dikatakan, kasus DBD di Kutim yang terjadi selama semester pertama tahun 2009 ini
paling banyak pada Februari lalu, yakni sebanyak 27 kasus. Kemudian Januari dan Juli
masing-masing ada 15 kasus, April 11 kasus, Juni 7 kasus dan Mei terjadi 6 kasus.
“Untuk bulan Agustus ini belum semua laporan masuk, sehingga datanya belum terekap
semuanya,” tambahnya.

Pihaknya juga meminta kepada seluruh Rumah Sakit dan pengelola kesehatan seperti
klinik kesehatan untuk segera melaporkan ke instansi yang dipimpinnya mengenai kasus
DBD ini. Sehingga Dinas Kesehatan bisa segera membuat laporan resmi dan mengambil
kebijakan demi kesehatan masyarakat di daerah ini.

Dari sekian kasus DBD yang masuk ke Dinas Kesehatan, di Sentata Utara yang paling
banyak terjadi. Sejak Januari hingga Juli lalu terjadi 80 kasus, kemudian disusul
Sengata Selatan ada 10 kasus. Selain itu laporan yang masuk adalah, Muara Bengkal
ada 2 kasus dan Muara Wahau, Muara Ancalong dan Bengalon masing-masing ada 1 kasus.

Jika dilihat data kasus DBD di Kutim dari tahun ke tahun, jumlahnya terus meningkat
sejak 2001 silam. Tahun 2001 di Kutim terjadi 21 kasus DBD namun tidak ada yang
meninggal. Kemudian tahun 2002 terjadi 173 kasus, 3 di antaranya meninggal dunia.
Setahun kemudian ada penurunan kasus DBD, yakni 115 kasus dan tidak ada yang
meninggal. Tahun 2004 dan 2005 masing-masing 42 dan 45 kasus.

Sedangkan tahun 2006 terjadi kenaikan lagi yakni 103 kasus dan 3 di antaranya
meninggal dunia.  Tahun 2007 kembali terjadi peningkatan yakni 178 kasus dan 2
meninggal dunia. Tahun 2008 lalu meningkat tajam, takni 344 kasus dan 8 di antaranya
meninggal dunia.
Untuk tahun 2009 ini hingga Juli laporan yang masuk 95 kasus. “Kita harapkan kasus
DBD di daerah ini mengalami penurunan,” tambah Marten. (wardi)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.