ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Petani Manfaatkan Irigasi Air di Lahan Rawa, Kegiatan Bercocok Tanam Lebih Produktif

October 17, 2024 by  
Filed under Nusantara

Share this news

Kandangan – Lahan rawa dianggap sebagai lahan darat yang memiliki banyak kekurangan, diantaranya pH rendah dan secara periodik tergenang air terus menerus secara alamiah dalam waktu yang lama. Akibatnya, banyak lahan rawa menjadi salah satu sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan pemanfaatan lahan rawa untuk ketahanan pangan nasional mencapai 5% pada tahun 2022. Angka ini dianggap rendah jika dibandingkan dengan jenis lahan lainnya yang menjadi lahan pangan produktif, terutama bagi pertanian.

Dengan ciri lahan rawa yang kerap digenangi air, petani di lahan rawa mengoptimalkan pemanfaatan lahan di musim kemarau. Pengelolaan ini tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun Lamson, salah satu ketua Kelompok Tani Ambahai Makmur asal Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan menemukan solusi yang membuatnya mampu bercocok tanam sepanjang tahun.

“Infrastruktur tata kelola air sangat mempengaruhi keberhasilan usaha tani. Banyak petani yang tidak bisa tanam pasti masalahnya karena air, antara masih tergenang air atau sebaliknya kekeringan kalau musim kemarau,” kata Lamson.

Dimulai dari irigasi air, Kelompok Tani Ambahai Makmur memanfaatkan saluran air dari sungai besar menuju lokasi pertanian yang telah dibangun oleh perusahaan kelapa sawit, PT Subur Agro Makmur (PT SAM). Berkolaborasi dengan perusahaan kelapa sawit ini, Lamson dan Kelompok Tani Ambahai Makmur membangun tanggul sebagai bagian tata kelola air.

Dengan didukung dengan alat pompa air, Lamson mengungkapkan aliran air berhasil untuk tidak masuk ke areal pertanian. Dengan luas area lahan 180 hektar, Lamson bersama rekan kelompok taninya dapat memanfaatkan tanggul sebagai sumber air untuk pertanian.

“Kalau hujan deras, airnya kita pompa keluar, biar lahan kami tidak tergenang. Air dalam tanggul ini bisa jadi sumber air buat pertanian atau kalau ada lahan rekan petani yang kena kebakaran, jadi tanggulnya juga berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan air untuk musim kemarau,” tambah Lamson.

Dengan memanfaatkan tata kelola air, Lamson mengaku dapat bercocok tanam sepanjang tahun tanpa mengkhawatirkan pasang dan surut air sungai yang memasuki area pertaniannya. Meskipun begitu, produktivitas tanaman menjadi salah satu tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan lahan rawa.

Bertani Sepanjang Tahun

Pemanfaatan teknologi irigasi memungkinan tata kelola air yang menyesuaikan kebutuhan di lahan pertanian, namun degradasi kesuburan lahan akibat alih fungsi lahan dan perubahan iklim yang ekstrim mempengaruhi produktivitas lahan. Hal ini menjadi tantangan bagi petani lahan rawa.

“Ini tahun ketiga kita berhasil memanfaatkan irigasi air dan pompa, tapi kesuburan tanahnya menurun. Sepertinya, musim selanjutnya kita mau biarkan lahan tergenang dulu,” kata Lamson. Menurutnya, dengan sumber air yang melimpah bisa membentuk daya dukung yang terkandung di tanah, seperti sisa tanaman dan endapan mineral, agar meningkatkan kesuburan tanah.

Sehari-hari Lamson memadukan budidaya hortikultura dengan menggunakan metode tumpang sari untuk intensifikasi lahan pertanian. Menyesuaikan dengan kondisi lahannya, Lamson dan kelompok tani ini menanam berbagai sayuran, kacang-kacangan, bahkan buah-buahan.

Selain memanfaatkan kondisi alamiah dalam kesuburan tanaman, Lamson juga mengintegrasikan pupuk tanaman yang disesuaikan dengan kebutuhan lahan. Dengan sokongan pupuk dari PT SAM, hal ini juga membantu untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

“Lahan pertanian rawa memiliki perhatian khusus dalam pengelolaannya, sehingga penting bagi kami dalam membantu serta membina petani di sekitar perusahaan kelapa sawit agar mendorong tata kelola pertanian yang berkelanjutan. Tidak hanya untuk mendorong kesejahteraan petani, juga keseimbangan lingkungan,” ungkap Administratur PT SAM, Andi Jaya.

Dengan peningkatan laju pertumbuhan populasi setidaknya 1,1% setiap tahunnya, menurut Badan Pusat Statitik Indonesia, kebutuhan akan pangan juga terus meningkat. Peningkatan ini tentu saja perlu diiringi dengan ketahanan pangan dengan produktifitas tinggi, namun tidak mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. (*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.