ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Saya Pernah Menghadap Prabowo

October 21, 2024 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

PRABOWO SUBIANTO resmi menjadi presiden ke-8 Republik Indonesia. Prosesi pengambilan sumpahnya berlangsung dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Minggu (20/10) pagi. Dia bersama Gibran Rakabuming Raka resmi menggantikan Jokowi dan KH Ma’ruf Amin.

Acara pelantikannya cukup singkat dan khidmat. Tapi yang mengejutkan pidato kenegaraan pertama Prabowo relatif panjang, tapi menarik. Juga sangat berisi. Sangat beda dengan pidato-pidato dia sebelumnya. Kalau nanti menjadi kenyataan, orang yakin Indonesia menjadi negara sejahtera, maju, dan bermartabat.

Ada kepala ikan busuk, burung unta sampai tukang becak keluar dari mulutnya. Ketika dia meminta pimpinan di semua tingkatan pemerintahan menjadi contoh dalam pencegahan korupsi, Prabowo mengutip sebuah pepatah: “Ikan busuk bermula dari kepalanya.” Dia ingin menggambarkan bahwa baik buruknya sebuah institusi tergantung  pemimpinnya.

Prabowo juga mengingatkan agar kita jangan puas dengan angka-angka statistik. Sebab fakta menunjukkan masih banyak kekurangan dan ketimpangan terjadi di sekeliling kita. “Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta. Kalau melihat sesuatu yang tidak enak memasukkan kepalanya ke dalam tanah,” ucapnya.

Ketika menyinggung lebih jauh kondisi kemiskinan di Indonesia, dia mengungkapkan masih menemukan saudara kita yang usianya di atas 70 tahun masih menarik becak. “Ini bukan ciri-ciri bangsa yang merdeka,” tandasnya.

Bersalaman dengan Prabowo di Kertanegara di tahun 2011.

Masih banyak pidatonya yang menarik. Di antaranya tekad dia agar Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dan mandiri energi. Juga ajakannya untuk kembali bersatu dengan mengembangkan demokrasi yang sejuk tanpa caci maki.

Tapi yang menjadi pertanyaan kita semua, Prabowo tidak sepatahpun menyinggung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Padahal itu proyek yang sangat dibela mati-matian oleh Jokowi.

Rasanya baru kali ini saya seharian di depan layar TV. Setelah ikut jalan sehat Hari Santri di halaman Dome, saya langsung nonton pelantikan presiden. Sampai tengah malam. Tangan saya sengaja memegang remote tv. Sebentar ke channel CNN, sebentar ke TVOne, lalu pindah ke MetroTV sampai KompasTV. Pokoknya kalau lagi di sela iklan, saya pindah ke channel lain.

Sebagai anggota MPR Utusan Daerah, saya sempat menghadiri pengambilan sumpah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, 20 Oktober 1999. Seperempat abad silam. Tentu suasananya amat beda. Yang berlangsung kemarin memang terasa lebih impresif.

Prabowo juga tampil beda. Mulai mobil dan busana yang dikenakan Prabowo sampai sikapnya yang menunjukkan seorang negarawan yang sejati. Dia juga menebarkan suasana kerukunan. Ketika dia bertemu lawannya dalam Pilpres, Anies Baswedan mereka salaman dan berpelukan. Prabowo sempat menepuk pundak Anies.

Tamu-tamu dari berbagai negara disambut dan disalaminya dengan hangat. Yang luar biasa Prabowo hapal  nama-nama tamu negara itu. Padahal jumlahnya cukup banyak, 30 orang. Yang paling panjang adalah nama dan gelar Sultan Brunei. Tapi dia fasih dan lancar mengucapkannya tanpa teks. “Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam, Paduka Sri Baginda Sultan Haji Hassanal  Bolkiah Mu’izzaddin Wad’daulah ibni Omar Ali Saifuddien Sa’adul Khairi Waddien,” katanya di luar kepala.

Para menteri dan wakil menteri sudah diumumkan malam hari setelah gala dinner kenegaraan di Istana Negara. Kemudian dilantik Senin (21/10) ini. Nama kabinetnya adalah Kabinet Merah Putih. Yang mengejutkan ajudan kesayangan Prabowo, Mayor Teddy Indra Wijaya dipromosi menjadi sekretaris kabinet (Seskab). Dulu jabatan itu dipegang Pramono Anung.

Juga pengamat politik dan pendiri lembaga survei Indo Barometer M Qodari diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Presiden (KSP). Belakangan dia memang pembela Jokowi dan Prabowo. Ternyata Raffi Ahmad tidak diposisikan sebagai wakil menteri. Kabarnya dia ditunjuk sebagai staf khusus. Tapi tidak diumumkan kemarin.

Kabinet Prabowo memang gemuk. Bayangkan jumlah total 109 orang. Terdiri dari 43 menteri, 5 kepala lembaga dan 56 wakil menteri dan lembaga. Tapi meskipun sudah gemuk tak ada seorang pun wakil dari Kaltim. Justru yang ada dari Kalbar dan Kalsel. Sebagai penghibur, ada dua menteri yang punya usaha sawit di Kaltim. Yaitu,  Widiyanti Putri Wardhana dan Dody Hanggodo. Tapi orang Kaltim pasti tidak kenal termasuk saya. Mudah-mudahan keduanya nanti punya perhatian khusus dengan Kaltim sesuai bidang tugasnya.

Widiyanti jadi Menteri Pariwisata dan Dody dipercaya menjadi Menteri Pekerjaan Umum (PU). Widiyanti melalui PT Teladan Prima Agro (TPA) punya perkebunan kelapa sawit di Berau, Kutim, Paser dan Kukar. Sedang Dody adalah komisaris PT Pradiksi Gunatama Tbk, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser.

MINTA DUKUNGAN PILWALI

Saya pernah menghadap Prabowo 13 tahun silam menjelang Pilwali Balikpapan tahun 2011. Saya diantar Ketua DPC Partai Gerindra Balikpapan Ruslan Aliansyah ke Kertanegara untuk mendapatkan dukungan dari Partai Gerindra.

Prabowo menyambut akrab. Saya datang bersama Heru Bambang, yang menjadi wakil saya. Ruslan, pemilik Hotel Sagita menjelaskan kepada Prabowo bahwa saya adalah Wakil Wali Kota Balikpapan berpasangan dengan Sekda Heru Bambang yang siap maju dalam Pilwali.

Dalam suasana yang santai Prabowo menyatakan kesediaannya memberikan dukungan. “Yang penting Pak Rizal dan Pak Heru, kita berjuang dan menang. Jangan lupa ikut membesarkan Partai Gerindra,” katanya menepuk bahu saya.

Setelah itu saya tak pernah berjumpa lagi secara langsung. Hanya mengikuti lewat pemberitaan dan layar TV. Yang lucu, cucu saya Jenna berusia 5 tahun sangat mengidolakan Prabowo. Dia tinggal di Sentul tak jauh dari kediaman Prabowo di Hambalang. Kalau ada wajah Prabowo di layar TV, dia langsung teriak-teriak dan joget gemoy.

Saya beruntung selama menjadi Wali Kota Balikpapan (2011-2021) pernah bertemu dengan tiga presiden. Selain dengan Prabowo, saya pernah bertemu dan menyambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi. Malah dengan Jokowi ketika masih menjadi Wali Kota Solo, pernah tampil bersama-sama dalam seminar yang diadakan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ketika saya menjadi anggota MPR Utusan Daerah, saya pernah ke kantor PDIP di Lenteng Agung. Mendapat pengarahan dari Megawati Soekarnoputri. Karena PDIP yang memberikan dukungan sampai saya terpilih. Termasuk ketika pencalonan sebagai wali kota.

Saya pernah bertemu Gus Dur di Mekkah ketika menunaikan ibadah haji dengan Dahlan Iskan. Saya selalu ingat candaan Gus Dur. Salah satunya soal tim sepakbola pesantren yang minta doa dengan kiainya. Santrinya minta menang 12 gol. Tapi hasilnya draw 6-6. Ternyata sang kiai tidak pernah menonton bola. Sehingga gawang yang didoakan hanya satu.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.