Kecamatan Damai Kaya Seni dan Budaya

November 1, 2025 by  
Filed under Kutai Barat

Share this news

SENDAWAR – Kecamatan Damai, Kabupaten Kutai Barat (Kubar) terus menguatkan identitasnya sebagai wilayah yang kaya akan seni dan budaya.

Melalui Festival Sarut, pemerintah kecamatan di bawah kepemimpinan, Iman Setiadi, berupaya menjadikan kegiatan tahunan ini sebagai wadah pelestarian budaya sekaligus potensi wisata unggulan daerah ke tingkat nasional.

Menurut Iman Setiadi, seni dan budaya merupakan pintu masuk paling kuat dalam mengembangkan sektor pariwisata di Damai.

Meski wilayahnya memiliki 17 kampung dengan beragam potensi, ia mengakui bahwa hingga kini pengembangan wisata belum berjalan optimal.

Festival Sarut jadi daya tarik budaya, Camat Damai dorong kampung punya ciri khas wisata sendiri. Festival Sarut diramaikan dengan lomba menyarut, karnaval busana sarut, fashion show, hingga pertunjukan seni tradisional.

Namun, lewat Festival Sarut, Kecamatan Damai berhasil menumbuhkan kembali minat masyarakat terhadap warisan leluhur mereka, terutama seni menyarut atau menenun kain khas suku Dayak Benuaq.

“Kalau masalah seni budaya itu sudah kita usahakan. Kurang lebih hampir empat tahun saya di Kecamatan Damai ini, kita ada event Festival Sarut yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Itu dalam rangka mempromosikan potensi seni dan budaya yang ada di Kecamatan Damai,” ujar Iman Setiadi, Rabu (8/10/2025).

Festival yang digelar setiap awal Agustus itu sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Kecamatan Damai dan HUT kelompok Kiai Pane Penguntai lawai, komunitas pengrajin sarut yang aktif menjaga eksistensi tradisi tersebut.

Kegiatan ini juga dirangkai dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga suasananya selalu meriah dan menjadi agenda yang dinantikan masyarakat.

Dalam festival tersebut, beragam kegiatan digelar untuk menarik minat generasi muda dan wisatawan, mulai dari lomba menyarut, karnaval busana sarut, fashion show, hingga pertunjukan seni tradisional.

Semua kegiatan itu menonjolkan keindahan kain ulap sarut, simbol budaya Dayak Benuaq yang sarat makna dan filosofi.

“Harapan kita, anak-anak muda tidak melupakan seni budaya, khususnya suku Dayak Benuaq. Karena sarut ini adalah ciri khas seni menjahit dari leluhur mereka. Kita ingin generasi sekarang tetap mencintai dan mengembangkan warisan ini,” jelas Iman.

Ia menambahkan, saat ini terdapat 10 motif kain sarut yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Keberhasilan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kecamatan Damai, karena menunjukkan bahwa hasil karya masyarakat telah diakui secara hukum dan memiliki nilai ekonomi yang bisa dikembangkan lebih jauh.

Untuk memperkuat regenerasi pelestarian budaya, Pemerintah Kecamatan Damai juga mendorong pembelajaran menyarut agar menjadi muatan lokal di sekolah-sekolah.

“Di sekolah sudah diwajibkan anak-anak untuk belajar menyarut. Jadi mereka tidak hanya tahu teorinya, tapi juga bisa mempraktikkannya. Ini bagian dari upaya kita agar budaya ini tidak punah,” katanya.

Selain berfokus pada pengembangan seni dan budaya, Iman Setiadi juga menyoroti pentingnya pemetaan potensi wisata di setiap kampung.

“Saya sudah sering sampaikan kepada para petinggi kampung, kalau bisa 17 kampung ini punya ciri khasnya masing-masing. Misalnya, kalau mau lihat kain sarut datang ke Kampung Bomboy. Kalau mau lihat persawahan, datang ke Kampung Jengan Danum. Jadi wisatawan yang datang ke Damai tahu ke mana harus pergi sesuai minatnya,” ujarnya.

Iman optimistis, jika potensi ini dikelola dengan baik, maka Kecamatan Damai dapat menjadi destinasi wisata berbasis budaya yang unik dan berdaya saing.

“Harapan saya, para petinggi kampung bisa memetakan potensi masing-masing agar bisa dikembangkan. Kalau setiap kampung punya keunggulan sendiri, itu akan jadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun dari luar daerah,” tuturnya.

Lebih jauh, Iman menilai bahwa Festival Sarut harus menjadi ikon budaya Kecamatan Damai  yang terus dikembangkan setiap tahun.

“Festival Sarut ini bukan sekadar acara seremonial. Ini tentang bagaimana kita menjaga identitas budaya kita, mengenalkannya kepada dunia, dan memberi manfaat bagi masyarakat. Kalau terus dikembangkan, saya yakin Damai bisa menjadi pusat wisata budaya di Kutai Barat,” pungkas Iman Setiadi. (adv/diskominfo/kbr).


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    900177
    Users Today : 2877
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748553
    Total Users : 900177
    Total views : 9560495
    Who's Online : 42
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05