ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Kisah Nanang Petugas Evakuasi Pemakaman Covid-19

November 26, 2020 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

Rindu Keluarga Hanya Bisa Melihat Dari Jauh dan Videocall

SAMARINDA – Kisah suka duka petugas pemakaman, Nanang Arifin lelaki kelahiran Malinau, 11 Februari 1979 yang harus merelakan berpisah dengan keluarga demi menuntaskan tugas mulia. Rasa rindu akan keluarga pun menyelimuti perasaaan ayah dua anak itu.

Dirinya yang mengabdi di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda pun harus siap selalu turun saat terjadi bencana termasuk bencana covid-19 yang melanda dunia termasuk kota tepian sebutan Kota Samarinda. Suka dan duka dia lalui dari awal Maret 2020 covid-19 masuk ke Samarinda yang awalnya turun.

Nanang Arifin ikut turun mengambil peran sebagai tim evakuasi dan pemakaman covid-19. Saat ditemui vivaBorneo.com dengan jarak kurang lebih 2 meter. Banyak hal yang Nanang sapaan akrabnya kepada media ini.

“Kami harus rela berpisah dengan orang yang kami sayangi orang tua, saudara, anak-anak dan istri karena kami takut akan terpapar ke mereka, semoga ini akan cepat berakhir.,” katanya sambil menghirup kopi yang sejak tadi dibuatnya

Dirinya menjelaskan, Dia dan kawan-kawannya ditempatkan isolasi ruang kator BPBD khusus tim evakuasi penanganan covid 19, sering bercanda gurau di tersebut . Dan disela-sela kesibukan di kantor, menghilangkan rasa jenuh dan melepas rasa rindu dirinya menghubungi keluarganya

“Jelas bang kangen sama anak-anak. Terlebih saya hanya bisa memang dari jauh atau hanya lewat video call. Karena tim evakuasi dan pemakaman tidur di Kantor BPBD Samarinda,” terangnya sambil menyalakan rokok ditangannya

Nanang Arifin merupakan salah satu petugas Pemakaman kubur di Tempat Pemakaman Covid-19 Serayu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda . Di Lokasi tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda menyediakan lahan khusus bagi jenazah terduga atau yang dinyatakan positif COVID-19.

Sepanjang waktu, Nanang dan rekan-rekannya sudah memakamkan ratusan jenazah dengan standar protokol COVID-19. Saat membeludaknya jumlah korban jiwa akibat pandemi virus corona menguras energi Nanang dan kawan-kawan.

“Stres enggak, capek lumrah. Cuman karena kita menggenuakan Alat Pelindung Diri (APD) dan baju Hazmat APD tentu saat sedikit sulit bernafas ketika terlalu menggunakan baju tersebut. Dan keringat pun pastinya akan keluar dengan jumlah yang cukup banyak karena tertampung dibaju itu.

“Kami kerja tanpa batas waktu. Karena pemakaman covid bisa dilakukan pagi, siang, sore, malam bahkan dini hari. Kami ikhlaskan diri kami untuk menolong sesama dan mudah-mudah Allah angkat wadah virus ini sehingga kita bisa hdiup dengan normal kebali,” tutupnya. (man)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.