Memaknai Perbedaan di Derasnya Arus Sungai Ayung

November 29, 2025 by  
Filed under Opini

Share this news

Penulis: Intan Tarbiatul Wardah

GIANYAR — Kegiatan arung jeram di Sungai Ayung, Bali menjadi pilihan wisata unggulan bagi turis domestik maupun mancanegara. Namun pengalaman mengikuti aktivitas tersebut menghadirkan refleksi lain mengenai keragaman di ruang wisata. Bukan dari sisi ekstremnya arus, melainkan dari cara sebagian orang memaknai perbedaan penampilan peserta.

Rafting Sungai Ayung, Gianyar

Saya mengikuti rafting dengan pakaian serba hitam bahkan bercadar. Pakaian yang biasa saya kenakan sehari-hari. Sementara sebagian besar turis asing menggunakan pakaian olahraga khas wisata air. Perbedaan penampilan ini tidak menimbulkan masalah, namun cukup menarik perhatian. Tatapan-tatapan kecil menunjukkan rasa penasaran, bukan penolakan.

Situasi mengerucut saat rombongan berhenti beristirahat di rest area. Satu jam dari titil awal start. Ketika menikmati kopi panas, saya tanpa sengaja mendengar percakapan sekelompok turis asing yang duduk berdekatan. Salah seorang dari mereka mempertanyakan kepada tour guide tentang penampilanku.

“Is someone dressed like that allowed to join this kind of activity?,” ujarnya.

Mereka hanya ingin memastikan penampilan seperti saya tetap diperbolehkan dalam kegiatan rafting.

Pertanyaan tersebut bukan disampaikan dengan nada merendahkan, tetapi dengan rasa ingin tahu. Tour guide menjawab dengan tenang dan jelas,

“There is no problem. Everyone can join rafting as long as the safety procedures are followed,” terangnya.

Jawaban itu sederhana, namun cukup untuk menegaskan, kegiatan wisata seharusnya terbuka untuk siapa pun tanpa memandang cara berpakaian yang terpenting adalah prosedur keselamatan.

Tidak muncul rasa tersinggung atas percakapan tersebut, yang hadir justru refleksi bahwa pilihan penampilan masih menjadi objek pengamatan di tengah upaya industri pariwisata mengarus utamakan keberagaman.

Petualangan kembali berlanjut. Sepanjang lintasan 10 kilometer, seluruh peserta menikmati aktivitas dengan antusias, saling membantu dan tertawa bersama ketika melewati jeram.

Dalam konteks pariwisata, keberagaman tidak hanya dimaknai dari banyaknya negara asal wisatawan, tetapi juga dari penerimaan terhadap identitas pribadi dan pilihan berpakaian. Pengalaman di Sungai Ayung membuktikan inklusivitas bukan hanya tagline promosi, melainkan praktik sederhana ketika ruang wisata memberi kesempatan yang sama kepada setiap orang tanpa mensyaratkan penampilan tertentu.


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    898958
    Users Today : 1658
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 747334
    Total Users : 898958
    Total views : 9538710
    Who's Online : 46
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05