ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Pelukis Grafir, Murid Sang Maestro Dirikan Galeri

November 27, 2021 by  
Filed under Profile

Share this news

Fajar Edi Nugroho alias Jajang dengan lukisan Kaca Grafir di Galerinya

MALANG – Banyak cara seniman lukis menuangkan ide serta hasil karya. Ada yang melukis di atas kanvas, dinding ataupun kain. Demikan juga Fajar Edi Nugroho alias Jajang (55), yang melukis menggunakan kanvas kaca. Melukis di atas kanvas kaca sering dikenal dengan sebutan seni melukis grafir.

Di Kota Malang Jawa Timur, Jajang panggilan akrab Fajar merupakan satu-satunya pelukis grafir. Dirinya baru mulai menekuni kesenian melukis grafis itu pada tahun 2018.

“Saya belajar melukis di atas kaca ini sejak tahun 2018. Saat itu masih belajar-belajar saja, bagaimana caranya melukis grafir,dengan bekal pengalaman melukis di Kanvas, akhirnya bisa seperti saat ini,” katanya.

Jajang mengakui dirinya menyenangi melukis ketika kuliah di ISSI Yogjakarta 1985 lalu, tetapi tidak sampai lulus. Karena semangatnya untuk bisa melukis akhirnya dia, kursus melukis ke sang maestro seni lukis realis yakni Barli Sasmitawinata di Sentrasari Bandung.

Barli Sasmitawinata adalah seorang maestro seni lukis realis. Pria yang lahir di Bandung 18 Maret 1921 itu menjadi pelukis berawal atas permintaan kakak iparnya, tahun 1935. Sasmitawinata agar Barli memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, seorang pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Ia mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan merupakan bagian dari “Kelompok Lima” yang juga beranggotakan Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi.

Fajar Edi Nugroho ikut Barli Sasmitawinata 7 tahun (1085 – 1992). Berbagai kegiatan pameran yang diselenggarakan Barli tidak pernah ditinggalkan. Diapun menyertakan karya lukisnya diatas kanvas berpatner dengan sang Maestro.

“Bangga menjadi bagian dari kegiatan sang maestro pujaannya, sekaligus menimbah pengalaman,“ tandasnya disela-sela menyelesaikan lukisan grafirnya.

Karena dirinya tidak mau disebut “mengekor“ dengan gurunya, maka ia mengembangkan diri ke bentuk lukisan yang tidak banyak dimintai pelukis lainnya. Akhirnya Jajang, berlabuh ke lukisan kaca – grafir.

Berawal dari mencoba-coba lalu banyak tawaran membuat lukisan grafir wajah seseorang atau gambar tokoh.

“Paling mengesankan tatkala adanya pesanan hiasan rokhani jamuan dinding kudus. Dari salah satu Gereja ternama dengan ukuran besar lagi, dihargai sekitar 3 juta-an,“ ungkapnya bangga.

Pria kelahiran Kota Madiun 1966 itu mengatakan, itu mula ia dikenal sebagai pelukis kaca grafir dengan goresan kuat ala Sang Maestro Barli Sasmitawinata sehingga makin banyak yang tahu. Perlahan-lahan semakin banyak orderan yang datang.

Para pelanggan yang memesan lukisannya diwajibkan membayar setengahnya terlebih dahulu, dengan mengirimkan foto wajah yang hendak dilukis. Jika sudah selesai, sisa pembayaran bisa dilunaskan melalui cash atau transfer.

Saat di tengah pandemi COVID-19 jumlah orderan semakin menurun drastis. Jajang bersama Agus Himawan pengelolah Kopi Moejoer yang ada di dusun Boro Desa Tawangargo Karangploso. Mencoba membangun Galeri sekaligus berencana memberikan pendidikan melukis Kanvas maupun Grafir kepada masyarakat.

“Kami ingin memberikan pelatihan bagi masyarakat dan karangtaruna Dusun Boro, agar mereka punya keahlian yang bisa dikembangkan sebagai bekal hidupnya,“ ungkap Agus Himawan yang getol mengembangkan budaya di daerahnya.

Cafe Kopi Moejoer miliknya disulap menjadi banyak ruang diantarannya ada galeri yang memajang karya Jajang. (Buang Supeno)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.