Anak Tumbuh Tanpa Peran Ayah Terus Meningkat

December 9, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA — Jumlah anak yang tumbuh tanpa peran ayah yang memadai terus meningkat di Indonesia. Fenomena yang dikenal sebagai fatherless ini kini menjadi perhatian para pemerhati pendidikan dan pengasuhan karena berdampak langsung pada perkembangan emosional, sosial, dan karakter anak.

Di tengah kesibukan kerja, perubahan gaya hidup, hingga pola komunikasi digital, banyak anak yang tumbuh dengan ibu sebagai pusat pengasuhan, sementara sosok ayah makin menjauh dari dinamika kehidupan sehari-hari.

Data nasional terbaru menunjukkan, 15,9 juta anak di Indonesia masuk kategori fatherless. Dari angka tersebut, 4,4 juta anak hidup tanpa ayah sama sekali, sedangkan 11,5 juta lainnya tinggal bersama ayah yang waktu kerjanya melebihi 60 jam per minggu, sehingga keterlibatan dalam pengasuhan hampir tidak terbangun. Kondisi ini menegaskan, fatherless bukan hanya terjadi karena perpisahan atau kehilangan, tetapi juga karena minimnya interaksi emosional meski ayah berada di bawah satu atap.

Fenomena ini dipandang ikut memengaruhi karakter generasi muda dari pembentukan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi, hingga pencapaian akademik. Para pemerhati anak menyebut, hilangnya figur ayah memberikan dampak jangka panjang pada pola pikir, kepribadian, dan kesehatan mental anak.

Abd. Wahab Syahrani

Di Kalimantan Timur, isu ini turut menjadi perhatian serius praktisi parenting dan pendidik. Kepala SMA Islam Terpadu (SMAIT) Granada sekaligus pakar parenting, Abd. Wahab Syahrani, menyebut peran ayah hari ini bukan hanya penting, tetapi krusial bagi keseimbangan tumbuh kembang anak.

“Fatherless tidak berarti ayah biologis menghilang. Ayah bisa ada di rumah setiap hari, namun jika tidak ada kedekatan, komunikasi, dan keterlibatan dalam pendidikan anak, itu tetap termasuk fatherless. Absen secara emosional sama beratnya dengan absen secara fisik,” ujar Wahab dalam Seminar Parenting.

Menurutnya, ayah berfungsi sebagai penunjuk arah dan pembentuk karakter, memberi anak fondasi moral, rasa tanggung jawab, dan identitas diri. Ketika ayah tidak mengambil peran ini, banyak anak kehilangan pegangan emosional dan arah hidup. Dampaknya terlihat dalam perilaku sosial, ketahanan mental, hingga keputusan-keputusan penting ketika memasuki usia remaja.

Wahab menilai, budaya “ayah hanya pencari nafkah” perlu diluruskan. Pengasuhan ideal adalah kolaborasi ayah dan ibu. Ayah sebagai navigator nilai dan teladan hidup, ibu sebagai pendidik harian dan pendamping emosi. Ketika beban pengasuhan sepenuhnya dibebankan kepada ibu, maka ruang fatherless semakin terbuka.

Ia mengajak para orang tua untuk memaknai kembali konsep ayah dalam keluarga, bukan sekadar pencari rezeki, tetapi hadir secara utuh mendengarkan, membimbing, mengasihi, dan terlibat dalam proses pembentukan karakter anak.

“Bagi anak, sosok ayah bukan hanya tentang ikatan darah. Yang mereka butuhkan adalah teladan hidup, pelukan yang menenangkan, dan figur yang membuat mereka merasa aman menjalani dunia,” pungkasnya. (intan)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    914165
    Users Today : 1912
    Users Yesterday : 3708
    This Year : 762541
    Total Users : 914165
    Total views : 9678038
    Who's Online : 53
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-09