Efek Mi Instan Bagi Anak Kos

December 12, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

Kebiasaan mengonsumsi mi instan tiga kali seminggu kembali mendapat sorotan setelah sejumlah riset global menampilkan potensi risiko kesehatan jangka panjang. Meski belum ada bukti bahwa mi instan menjadi penyebab langsung kematian, konsumsi berlebihan disebut dapat meningkatkan peluang munculnya penyakit kronis seperti hipertensi, stroke, hingga gangguan jantung.

Riset dari Prefektur Yamagata, Jepang, yang melibatkan 6.725 peserta berusia 40 tahun ke atas, menemukan bahwa individu yang makan ramen lebih dari tiga kali per minggu memiliki risiko kematian 1,52 kali lebih tinggi dibanding mereka yang mengonsumsi satu hingga dua kali per minggu.

Temuan tersebut selaras dengan Harvard School of Public Health, yang mencatat konsumsi mi instan lebih dari dua kali seminggu berkaitan dengan peningkatan risiko metabolic syndrome, kondisi yang memicu potensi penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan stroke. “Mi instan mengandung natrium tinggi, lemak jenuh, dan minim serat. Konsumsi berlebihan, terutama lebih dari dua kali seminggu, sangat terkait dengan sindrom metabolik, khususnya pada perempuan,” ujar peneliti Harvard, Hyun Shin, dikutip dari The Washington Post (2014).

Penelitian dalam Journal of Nutrition (2017) turut menunjukkan konsumsi mi instan dalam jumlah besar berhubungan dengan meningkatnya kadar C-reactive protein (CRP), penanda peradangan yang sering dikaitkan dengan risiko kematian dini. Studi di Korea juga mencatat perempuan yang makan mi instan lebih dari dua kali seminggu memiliki peluang 1,68 kali lebih besar mengalami sindrom metabolik.

Di Indonesia, tren konsumsi mi instan terus menanjak. Data World Instant Noodles Association (WINA) mencatat sekitar 14,68 miliar porsi mi instan dikonsumsi pada 2024, atau setara 19 porsi per kapita pada 2025. Pola hidup praktis masyarakat perkotaan, termasuk anak kos disebut menjadi faktor utama tingginya angka tersebut.

Bagi anak kos yang mengonsumsi mi instan lebih dari 2–3 kali per minggu, risiko meningkat akibat kandungan natrium tinggi, lemak jenuh, serta kecenderungan pola makan yang tidak seimbang. Risiko ini bertambah jika tidak diimbangi aktivitas fisik dan pola tidur yang teratur.

Adry (25), seorang mahasiswa rantau yang tinggal di Samarinda, mengaku sering mengandalkan mi instan karena mudah didapat dan tidak memerlukan waktu lama untuk dimasak. “Sebagai anak kos, mi instan itu penyelamat. Tinggal seduh, cepat jadi, dan rasanya aman di lidah. Kadang dalam seminggu bisa tiga kali makan,” ujarnya. Meski begitu, Adry menyadari konsumsi berlebihan dapat membawa dampak kesehatan. “Memang harus pintar jaga pola makan juga. Tapi kadang praktisnya menang,” katanya.

Sebagai catatan, mi instan pertama kali dikembangkan Momofuku Ando pada 1958 sebagai makanan praktis berumur simpan panjang. Namun popularitas yang meningkat di era modern kini dibarengi kekhawatiran terhadap dampaknya bagi kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. (intan)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    984193
    Users Today : 402
    Users Yesterday : 8277
    This Year : 832568
    Total Users : 984192
    Total views : 10123903
    Who's Online : 73
    Your IP Address : 216.73.216.188
    Server Time : 2025-12-21