Gen Z dan Budaya “Second Account” di Instagram

December 18, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA — Generasi Z kian akrab dengan praktik penggunaan second account atau akun kedua di Instagram. Akun ini umumnya bersifat privat, dengan jumlah pengikut terbatas, dan dimanfaatkan sebagai ruang aman untuk mengekspresikan diri secara lebih jujur di tengah tekanan citra ideal di media sosial.

Fenomena ini bukan sekadar tren, melainkan bagian dari strategi sosial generasi muda dalam mengelola identitas digital. Jurnal Journal of Computer-Mediated Communication (JCMC) mencatat, penggunaan akun kedua muncul sebagai respons atas fenomena context collapse, yakni situasi ketika berbagai lapisan audiens, keluarga, teman, rekan kerja, hingga publik luas berkumpul dalam satu ruang digital yang sama. Kondisi ini membuat pengguna merasa perlu memisahkan konteks komunikasi mereka.

Sementara itu, melansir laporan Teens, Social Media and Technology dari Pew Research Center, mayoritas remaja dan dewasa muda saat ini semakin sadar akan isu privasi di media sosial. Kesadaran tersebut mendorong mereka untuk lebih selektif dalam membagikan konten, termasuk dengan membuat lebih dari satu akun untuk tujuan berbeda.

Di Indonesia, sejumlah penelitian lokal juga menunjukkan kecenderungan serupa. Studi tentang penggunaan second account di kalangan Gen Z menemukan, akun kedua digunakan sebagai ruang eksplorasi identitas, tempat berbagi keluh kesah, humor personal, hingga ekspresi emosional yang tidak ingin ditampilkan di akun utama.

“Satu akun memang untuk personal branding, sedangkan second account untuk bisa lebih bebas berekspresi. Dan tentunya follower yang aku izinkan juga terbatas, hanya orang-orang terdekat saja,” ujar Salamah, pengguna Instagram dari kalangan Gen Z.

Menurut Salamah, akun utama menuntut konsistensi citra dan estetika karena dapat diakses oleh banyak pihak dengan latar belakang berbeda. Sebaliknya, akun kedua memberi rasa aman karena audiensnya sudah memahami konteks personal yang ia miliki.

Pew Research Center menegaskan, literasi digital menjadi kunci penting dalam menghadapi dinamika ini. Pemahaman tentang privasi, kontrol audiens, serta dampak psikologis media sosial dinilai perlu diperkuat, baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan. (intan)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    980464
    Users Today : 4951
    Users Yesterday : 4848
    This Year : 828840
    Total Users : 980464
    Total views : 10103153
    Who's Online : 234
    Your IP Address : 216.73.216.188
    Server Time : 2025-12-20