ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Harga Ayam Mahal, Pedagang Ayam Goreng Menjerit

December 31, 2015 by  
Filed under Religi, Sosial & Budaya

Share this news

Tingginya harga ayam ras dipasaran sejak beebrapa bulan lalu, menimbulkan imbas bagi pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan ayam goreng ala “KFC” di pinggir-pinggir jalan. Betapa tidak, hanya ada dua opsi yang mereka miliki untuk tetap berjualan, yaitu opsi menaikkan harga menyesuaikan harga bahan baku atau mengecilkan ukuran ayam agar untung tetap dapat diraih.Seorang pedagang kaki lima (PKL) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, terpaksa menghentikan penjualan ayam goreng akibat harga ayam boiler mahal. Seorang pedagang tersebut bernama Sabani yang setiap harinya berjualan ayam goreng di Folder Air Hitam Samarinda.

Ketika ditemui Rabu (30/12) Bani menjelaskna jika dirinya sudah dua bulan lalu tidak berjualan ayam karena untung yang semakin menipis seiring merangkak naiknya harga ayam di pasaran.

“Dulu harga ayam masih Rp25 ribu sampai Rp30 ribu saja per ekor, kemudian terus naik sampai menjadi Rp48 ribu per ekor saaat menjelang Natal dan tahun baru 2016,” ujarnya pasrah.

Untuk menyiasati pendapatannya, Bani kini mengalihkan keahliannya dalam masak-memasak dengan berjualan tahu campur (tahu tek). Yaitu, panganan sejenis gado-gado dengan potongan lontong sebagai bahan utama ditambah sedikit tauge dan disiram dengan saus kacang.

Padahal, ujar Bani, pelanggan ayamnya sudah banyak. Setiap harinya dapat menjual ratusan potong ayam goreng. Jumlah ini sama dengan lima-enam  ekor ayam setiap harinya.

“Kalau ada pelanggan yang tanya, saya kasih tahu saja bahwa harga ayam masih mahal dan belum menguntungkan. Sebenarnya ada keinginan saya mengurangi ukuran daging menjadi lebih kecil, kemudian tepungnya lebih banyak,  tapi saya tidak tega dan justru akan mengurangi pelanggan saya. Jadi lebih baik istirahat saja jualan,” katanya.

Dijelaskannya, untuk satu ekor ayam yang akan digoreng, idealnya jumlah potongan ayam adalah 12. Jika harga ayam goreng per potongnya Rp5.000, maka hanya diperoleh Rp60.000 saja. Berbeda jika harga ayam Rp30.000, maka hasil yang didapat bisa dua kali lipat.

“Artinya harga ayam Rp30 ribu adalah harga ideal untuk berjualan ayam goreng. Jika lebih dari itu maka keuntungan yang didapat masih kecil bahkan bisa merugi jika stok yang dibawa tidak laku,” ucapnya.

Bani berharap, awal tahun 2016 harga ayam dapat turun dan normal kembali maksimal Rp30 ribu per ekor ukuran 1 kg.

“Kalau harga ayam bertahan Rp40.000, maka akan banyak penjaja ayam pinggir jalan yang masih terkena imbasnya. Mohon lah pengusaha dan pemerintah untuk turun tangan menurunkan harga ayam ini,” harapnya.(vb/yul)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.