ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Kukar Sosialisasikan KLA

December 1, 2009 by  
Filed under Kutai Kartanegara

Share this news

TENGGARONG – Asisten IV Bidang Kesra dan Humas Sekretariat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Ruznie Oms  mewakili Pj Bupati Sulaiman Gafur membuka Sosialisasi Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA), Selasa (01/12)  di Ruang Serbaguna Kantor Bupati Kukar.Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungn Anak (BKBP3A) Kukar itu diikuti 275 peserta  dari utusan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) termasuk kecamatan dan kelurahan/desa, organisasi wanita serta perwakilan  para pelajar guru.

Dalam sambutan Bupati Sulaiman Gafur yang dibacakan Ruznie menyebutkan bahwa KLA adalah suatu model pendekatan pembangunan suatu kota dan atau kawasan yang memasukkan hak-hak anak sebagaimana diatur dalam Konvensi Hak Anak (KHA),  sebagai pertimbangan utama dalam menyusun kebijakan dan strategi pembangunannya, sehingga kota atau kawasan tersebut memiliki nuansa yang ramah pada kepentingan anak.

Kepentingan anak tersebut yaitu, kebebasan mengemukakan pendapat baik secara pribadi maupun terwakilkan, kesempatan untuk berperan serta dalam kehidupan keluarga dan masyarakat; pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan,  pelayanan sarana dan prasarana kota yang berkualitas, sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat tanpa ada diskriminasi.

“KLA diperlukan, karena anak merupakan amanah Tuhan YME,  sebagai cikal bakal SDM berkualitas,” ujarnya dihadapan para peserta.

Prediksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, diperkirakan hingga tahun 2025, separuh dari 6,5 milyar penduduk dunia akan hidup di daerah perkotaan. Kota adalah, kota yang menyediakan berbagai fasilitas penghuninya agar tidak ‘sakit’ termasuk yang dibutuhkan anak-anak.  Dikatakannya, untuk itu kehadiran anak dalam suatu kota , perlu dipertimbangkan keberadaannya.

“Namun pada kenyataannya, pembangunan yang dijalankan di desa dan di kota mengalami perbedaan yang mencolok. Kebanyakan pembangunan masih terpusat di kota-kota besar sehingga menimbulkan angka urbanisasi yang cukup tinggi,” paparnya.

Kecendrungan tersebut  memberikan dampak negatif terhadap lingkungan bermain anak. Lingkungan bermain yang baik dan memadai adalah penting sebagai bagian dari lingkungan pendukung pertumbuhan anak yang sehat.

Lebihlanjut dikatakannya bahwa bermain merupakan sarana bagi anak-anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui interaksinya dengan permainan, secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, meningkatkan toleransi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya.

Rata-rata ruang bermain anak Indonesia adalah 2.000m2/anak, lebih rendah dari kebanyakan anak-anak di negara-negara berkembang di asia lainnya, dan sangat kecil jika dibandingkan dengan anak-anak dari negara barat (sekitar 10.000 m2/anak).

“Maka,  tugas kita bersama untuk menyediakan ruang bermain dan ruang gerak yang lebih layak untuk anak-anak kita, agar dapat mengembangkan dirinya menjadi generasi masa depan yang berkualitas,” pungkasnya. (hmp03)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.