Psikolog Ungkap Fenomena Baru, Pasien Alami Stres karena Kondisi Negara

December 19, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA — Seorang psikolog klinis mengungkap realita baru dalam praktik kesehatan mental di Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam 7,5 tahun kariernya, dua klien datang ke ruang konseling bukan karena konflik personal, melainkan karena tekanan psikologis akibat kondisi negara yang terus membebani pikiran mereka.

Pengakuan tersebut disampaikan oleh psikolog klinis Lya Fahmi melalui akun Instagram resminya, @lyaklinis. Dalam unggahannya, Lya menyebut kedua klien datang dalam kondisi emosional yang berat dan langsung menangis, menyampaikan kecemasan mereka terhadap situasi sosial, politik, dan ekonomi nasional.

“Baru kali ini terjadi selama 7,5 tahun karierku sebagai psikolog, dua klien berturut-turut datang bukan karena masalah pribadi, tapi distress karena negara,” tulis Lya.

Ia mengakui, kesehatan mental memang tidak bisa dilepaskan dari isu struktural. Namun, selama ini sebagian besar klien tidak menyadari secara langsung bahwa tekanan yang mereka rasakan bersumber dari faktor-faktor makro di luar diri mereka.

“Aku tahu kesehatan mental itu berkaitan erat dengan isu struktural, tapi biasanya klien tidak menyadari. Saat datang, klien langsung nangis,” lanjutnya.

Fenomena tersebut sekaligus mematahkan anggapan  narasi “menderita sebagai warga negara” hanya ramai di ruang digital. Menurut Lya, keresahan yang selama ini tampak di media sosial kini nyata hadir di ruang konseling.

“Aku kira narasi menderita sebagai WNI itu cuma di dunia maya. Tapi ternyata sampai ke ruang konselingku juga,” ungkapnya.

Secara psikologis, kondisi ini dikenal sebagai collective anxiety atau kecemasan kolektif, yakni tekanan mental yang muncul akibat paparan berulang terhadap isu-isu sosial, ekonomi, dan politik yang tidak pasti.

Paparan informasi negatif secara terus-menerus, terutama melalui media sosial, dapat memicu rasa tidak aman, pesimisme, hingga perasaan kehilangan kontrol atas masa depan.

Sejumlah studi psikologi sosial menunjukkan, ketidakpastian ekonomi, konflik kebijakan publik, serta narasi krisis yang berulang dapat meningkatkan risiko stres kronis, terutama pada kelompok usia produktif.

Generasi muda dan kelas menengah perkotaan disebut lebih rentan karena berada pada fase hidup yang menuntut stabilitas, sementara realitas yang dihadapi justru penuh ketidakpastian. (intan)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    984207
    Users Today : 416
    Users Yesterday : 8277
    This Year : 832581
    Total Users : 984207
    Total views : 10123930
    Who's Online : 81
    Your IP Address : 216.73.216.188
    Server Time : 2025-12-21