Tekanan Usia 20-an Hantam Gen Z, Ekspektasi Hidup Jadi Sumber Kecemasan

December 11, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

Ilustrasi Gen Z menghadapi tekanan hidup

SAMARINDA — Memasuki usia dewasa awal seharusnya menjadi masa eksplorasi dan pencarian arah hidup. Namun bagi Gen Z, fase ini justru dipenuhi kecemasan, kebimbangan, dan tekanan yang datang dari berbagai penjuru. Dorongan untuk segera stabil secara finansial, berkarier gemilang, tampil sempurna, hingga memiliki rencana hidup yang “rapi” membuat masa 20-an terasa jauh dari kata ringan. Kondisi ini dikenal sebagai quarter-life pressure, fenomena yang kini makin sering muncul dalam percakapan anak muda Indonesia.

Quarter-life pressure merupakan periode ketika seseorang beralih dari masa remaja menuju kedewasaan, rentang usia 18–30 tahun. Pada fase ini, banyak perempuan mulai mempertanyakan arah hidup mereka, karier seperti apa yang harus diraih, bagaimana mengelola keuangan, relasi apa yang harus dipertahankan, hingga identitas diri yang masih mencari bentuk.

Temuan tersebut turut diperkuat sebuah studi bertajuk “Social Comparison and Quarter-Life Crisis in Generation Z, A Study of Instagram Users” (2025) oleh Maharani & Merida. Penelitian yang melibatkan 164 responden usia 20–28 tahun di Bekasi menunjukkan adanya hubungan kuat antara kebiasaan membandingkan diri di Instagram dengan meningkatnya gejala quarter-life crisis. Semakin sering seseorang terpancing menilai hidup berdasarkan pencapaian orang lain di media sosial, semakin besar tekanan psikologis yang mereka rasakan.

Tak hanya faktor internal, kondisi eksternal seperti ekonomi yang berfluktuasi, persaingan ketat di dunia kerja, serta dukungan sosial yang minim turut memicu meningkatnya tekanan pada generasi ini.

Salah satu perempuan muda yang merasakannya adalah “Tan” (23), warga Samarinda. Selepas kuliah, ia sering merasa tertinggal dari teman-teman sebayanya yang tampak lebih mapan. “Scroll Instagram malam-malam rasanya bikin sesak. Teman-teman sudah punya kerja tetap, pasangan, bahkan bisa travelling. Sementara aku merasa masih jauh dari semua itu,” ungkapnya.

Cerita Tan bukan pengecualian. Banyak Gen Z kini berada pada persimpangan antara tuntutan keluarga, kebutuhan finansial, dan keinginan menjalani hidup sesuai ritme sendiri kondisi yang sering meninggalkan rasa bingung dan kelelahan mental.

Media sosial sebagai pemicu tekanan
Paparan konten pencapaian membuat standar kesuksesan terasa semakin tinggi. Banyak anak muda merasa tertinggal hanya karena melihat unggahan orang lain yang tampak sempurna.

Ekonomi yang tidak menentu
Persaingan kerja yang semakin ketat dan kurangnya kepastian finansial membuat perempuan muda merasa harus mencapai stabilitas secepat mungkin, meski secara mental belum siap.

Minimnya ruang dukungan
Tekanan keluarga, tuntutan budaya, dan kurangnya figur pendamping membuat banyak perempuan 20-an memikul beban tersebut sendirian.

Meski demikian, berbagai penelitian menegaskan dukungan dari lingkungan baik keluarga, sahabat, maupun komunitas menjadi faktor penting dalam meredakan beban quarter-life pressure.


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    931329
    Users Today : 4807
    Users Yesterday : 6025
    This Year : 779705
    Total Users : 931329
    Total views : 9789126
    Who's Online : 43
    Your IP Address : 216.73.216.108
    Server Time : 2025-12-11