Tren “Girl Math” Mewarnai Pola Belanja Spontan Perempuan di E-Commerce

December 18, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

SAMARINDA — Istilah “girl math” yang ramai di media sosial awalnya muncul sebagai candaan, namun kini mulai membentuk cara sebagian perempuan memaknai keputusan belanja. Logika sederhana seperti memandang diskon sebagai bentuk penghematan atau menghitung “harga per pemakaian” kerap menjadi pembenaran atas pembelian spontan di platform e-commerce.

Data Bank Indonesia menunjukkan aktivitas belanja digital masih tinggi sepanjang 2025. Pada periode Januari hingga Juli, jumlah transaksi e-commerce tercatat mencapai 466,93 juta transaksi dengan nilai Rp44,4 triliun. Rata-rata nilai transaksi yang berada di kisaran Rp95 ribu, sebagaimana dilaporkan Bisnis.com, membuat pembelian kecil terasa ringan dan mudah dilakukan tanpa perencanaan matang.

Nilai transaksi yang relatif rendah ini memberi ruang bagi perilaku impulsif, terutama ketika konsumen dihadapkan pada promo singkat, potongan harga, atau klaim stok terbatas. Dalam konteks ini, “girl math” berperan sebagai cara cepat untuk membenarkan keputusan belanja yang diambil secara spontan.

Sejumlah kajian perilaku konsumen di Indonesia mencatat bahwa faktor hedonis belanja untuk kesenangan serta strategi promosi seperti flash sale dan diskon besar memiliki keterkaitan kuat dengan pembelian impulsif. Temuan ini sejalan dengan studi internasional pada momentum belanja besar seperti “Double 11”, yang menunjukkan pengaruh signifikan dari peer effect dan herd behavior terhadap keputusan konsumen.

Pengalaman serupa dirasakan Lisda (23), yang aktif berbelanja melalui e-commerce dan TikTok Shop. Ia mengakui kerap menggunakan logika sederhana untuk meyakinkan diri saat membeli barang diskon.

“Biasanya mikirnya, kalau diskon besar tapi enggak dibeli sekarang, nanti malah nyesel. Terus dihitung-hitung sendiri, dipakai berkali-kali jadi kelihatannya murah,” kata Lisda.

Menurutnya, arus konten promosi di media sosial mempercepat keputusan membeli karena pengeluaran terasa kecil dan tidak langsung membebani.

Meski terkesan ringan, pengulangan pola belanja dengan justifikasi semacam ini berpotensi menimbulkan risiko finansial. Pengeluaran kecil yang terus terjadi, terutama jika menggunakan layanan pay later atau kartu kredit, dapat menumpuk tanpa disadari apabila tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang disiplin. (intan)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    980614
    Users Today : 5101
    Users Yesterday : 4848
    This Year : 828990
    Total Users : 980614
    Total views : 10103553
    Who's Online : 161
    Your IP Address : 216.73.216.188
    Server Time : 2025-12-20