Tangisnya Ibu Sri Mulyani

September 19, 2025 by  
Filed under Opini

Share this news

Catatan Rizal Effendi

IBU SRI MULYANI INDRAWATI (SMI) menangis. Kepalanya jatuh di dada sang suami, Tonny Sumartono. Suasana itu terjadi di tangga Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, di detik-detik dia meninggalkan kantor tersebut setelah 14 tahun “berumah” di sana.

Ngga jadi Menkeu lagi, yang ngulak sambal di dapur

Sri Mulyani sejak Senin (8/9) lalu tak lagi menjadi Menteri Keuangan (Menkeu) dalam Kabinet Merah Putih. Presiden Prabowo melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai penggantinya. Lalu serah terima jabatan dilakukan sehari kemudian di Kantor Menkeu, Jl Dr Wahidin Raya No 1, Jakarta Pusat.

Purbaya orang Bogor. Usianya 61 tahun. Meraih gelar sarjana teknik elektro di ITB. Lalu master (MSc) dan doktor ilmu ekonomi dari Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat. Jabatan terakhirnya Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) 2020-2025.

Selepas serah terima, Sri Mulyani yang akrab dipanggil Bu Ani dilepas oleh ribuan anak buahnya, staf Kemenkeu. Mereka kompak menyanyikan Bahasa Kalbu, lagu Andi Rianto yang dinyanyikan manis oleh Raisa. Liriknya terasa dalam. Air mata wanita perkasa itu luruh. Beberapa kali dia mengusapnya dengan sapu tangan. Suaminya merangkul membesarkan jiwanya.

“Ibu Sri Mulyani tidak sekedar seorang Menteri Keuangan, tapi dia adalah sosok teladan bagi kami. Teladan integritas. Selamat jalan ibu, kami sayang ibu,” begitu narasi yang diucapkan oleh karyawannya.

Wanita kelahiran Bandar Lampung 63 tahun silam itu, menjadi Menkeu terlama dalam sejarah pemerintahan di Indonesia. Bayangkan tahun 2005 dia sudah memangku jabatan tersebut di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Lalu lanjut 10 tahun di era Presiden Jokowi. Nyambung lagi di era Presiden Prabowo Subianto sejak 20 Oktober 2024.

Di sela itu, dia sempat menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia (2010-2016). Ia juga pernah menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapennas (2004-2005) dari Kabinet Indonesia Bersatu SBY. Pernah juga menjadi Plt Menko Perekonomian (2008-2009).

Ribuan staf Kemenkeu melepas Sri Mulyani penuh kesedihan

Sebelum berada di pemerintahan, SMI  yang alumnus Universitas Indonesia (UI) dan University of Illionis Urbana Champaign  ini, pernah menjadi pengamat ekonomi dan Ketua Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi UI.

Atas berbagai prestasinya, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik Asia pada tahun 2006 oleh Emerging Markets di sela Sidang tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura, Wanita Paling Berpengaruh ke-23 di Dunia versi majalah Forbes dan Wanita Paling Berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia Oktober 2007.

RUMAHNYA IKUT DIGRUDUK

Baru 11 bulan membantu Presiden Prabowo, Sri mulai mendapat sorotan publik. Ini gara-gara dia ingin menaikkan pajak dan memajaki berbagai kegiatan rakyat untuk mendongkrak kantong keuangan negara yang didera kenaikan defisit. Apalagi target pajak sendiri juga tidak terlalu tercapai.

Dua ucapan Sri terakhir juga ramai digunjingkan. Pertama soal dia terkesan menyamakan pajak dengan zakat. Kedua, soal narasi guru yang dianggap menjadi beban negara. Kontan dia ramai di-bully netizen dan mendapat berbagai sorotan.

Dalam aksi demo besar yang berlangsung akhir Agustus lalu, rumah Sri termasuk yang digruduk dan dijarah massa. Sri kecewa berat, karena kabarnya sudah minta bantuan tapi ternyata tidak direspon maksimal. Karena itu dia memutuskan meminta pengunduran diri atau resign.

“Banyak yang hilang dalam penjarahan itu. Salah satu yang yang berharga adalah rasa aman, kepastian hukum, perikemanusiaan yang adil dan beradab,” katanya berkomentar. Pasti dengan wajah masgul.

Istana tidak berkomentar jelas apakah Sri mundur atau dicopot?. “Bukan mundur, bukan dicopot. Pak Presiden selaku kepala negara dan kepala pemerintahan punya hak prerogatif. Maka kemudian atas evaluasi, beliau memutuskan ada perubahan formasi,” kilah Mensesneg Prasetyo Hadi.

Isu Sri mau mundur sudah lama tercium. Tapi kabarnya dia ditahan dengan alasan untuk menjaga kepercayaan pasar. Itu sebabnya dia tetap mau bergabung di era Presiden Prabowo meski dulu dia agak berseberangan.

Sri pernah mundur ketika menjadi Menkeu era SBY. Dia disorot karena keterkaitannya dalam Skandal Bank Century. Isunya tenggelam ketika dia diangkat jadi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Belakangan dia ditarik kembali oleh Presiden Jokowi untuk kembali mengisi pos Menkeu.

Ada yang menganalisis tangisnya Sri Mulyani menyimpan banyak makna. Ada yang tersirat tapi ada juga yang perlu ilmu tafsir.

Pertama, wajar kalau SMI sedih. Maklum sudah belasan tahun berada di sana. Kita lihat sendiri ribuan stafnya melepas dengan sedih dan bangga. Sedih karena ditinggalkan ibunya yang hebat dan perkasa. Bangga karena Ibu Ani dinilai kuat memegang amanah sebagai pejabat yang menjaga integritas dan punya kualitas tinggi. Karena itu dia diakui dunia. Staf Kemenkeu benar-benar merasa kehilangan. Hampir tak pernah ada Menteri yang dilepas stafnya begitu dramatik kecuali SMI.

Kedua, bisa jadi Bu Ani sedih karena dia was-was kantong kas negara bakal jebol sepeninggalnya. Selama ini dia berhati-hati menjaga pintu keuangan negara. Tapi dia tahu kebutuhan belanja Pemerintahan Prabowo besar. Takutnya batas defisit APBN sebesar 3 persen terlampui. Mau menaikkan pajak atau mencari objek pajak baru ditentang masyarakat. Bu Ani sudah memperkirakan penerimaan pajak 2025 bakal tak mencapai target. Jangan-jangan utang ke luar negeri yang bakal lebih besar lagi sembari program efisiensi terus digalakkan.

Ketiga, bisa jadi Bu Ani sedih karena  kiblat kebijakan ekonomi Indonesia bergeser. Bu Ani dianggap “orangnya” IMF dan Bank Dunia. Jadinya alirannya ke dunia barat. Sementara Prabowo bergeser ke poros Brics+, di mana di situ ada China dan Rusia. Karena itu Prabowo mengangkat Purbaya menggantikan Sri Mulyani. Orangnya lebih berani beraksi dan agresif. Ada yang bilang mazhabnya SMI dengan Purbaya memang sangat beda. Soal perbedaan mazhab ini juga diungkapkan Presiden ke-7 Jokowi. “Ya mazhabnya berbeda karena perbedaan generasi,” katanya Jokowi ketika ditanya wartawan.

Keempat, bisa jadi Bu Sri menyadari bahwa orang mulai bosan. Soalnya dia sudah terlalu lama duduk di kursi Menkeu mulai era SBY, Jokowi sampai Prabowo. Sementara perekonomian kita lagi tidak baik-baik saja. Jadi orang merasa perlu suasana baru atau orang baru. Terlepas apakah penggantinya lebih baik dari SMI masih kita tunggu pembuktiannya. Tapi Purbaya memang tampil beda. Ceplas-ceplos. Malah dia ngakunya memang koboi. Dia optimistis bisa mengangkat kembali perekonomian Indonesia. Salah satu gebrakannya menggelontorkan dana Pemerintah sebesar Rp200 triliun ke Bank Himbara, bank-bank milik negara. Biar dana itu disalurkan kepada pengusaha dan masyarakat. Jadi pasar bergairah lagi. Investasi jalan, lapangan kerja terbuka dan daya beli masyarakat naik lagi.   Apakah di lapangan hasilnya seperti itu? Ya kita tunggu biar Indonesia tidak gelap lagi.(*)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    900132
    Users Today : 2832
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 748508
    Total Users : 900132
    Total views : 9559672
    Who's Online : 33
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05