GratisPol yang Menopang Mimpi Seorang Yatim Piatu

December 1, 2025 by  
Filed under Serba-Serbi

Share this news

Siti Fatimah Sari

SAMARINDA – Di tengah ribuan mahasiswa pascasarjana yang beraktivitas setiap hari di Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, kisah seorang mahasiswi S2 Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir bernama Siti Fatimah Sari menjadi sorotan tersendiri. Bukan karena prestasinya disiarkan luas, melainkan karena perjalanan pendidikannya memperlihatkan bagaimana program bantuan pendidikan GratisPol mampu menjangkau kelompok paling rentan.

Fatimah, 25 tahun, tumbuh sebagai yatim piatu sejak duduk di bangku sekolah. Sejak itu, seluruh kebutuhan pendidikan ia tanggung sendiri. Menjadi pegawai honor adalah pilihan realistis, sekaligus sumber dana yang ia sisihkan sedikit demi sedikit agar mewujudkan rencana melanjutkan kuliah S2.

Namun menjelang pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT), tabungannya belum mencukupi. Upaya mencari pinjaman pun buntu.

“Sempat bingung mencari biaya UKT,” tuturnya, Senin (1/12/25).

Di tengah kebingungan itulah, kabar diterimanya sebagai penerima GratisPol datang pada saat yang menurutnya “paling menentukan”. Bantuan yang untuk sebagian mahasiswa hanya sekadar beasiswa, baginya menjadi jalan agar pendidikan yang ia perjuangkan sejak lama tetap berlanjut.

“Senang sekali, benar-benar terbantu,” ungkapnya singkat.

Sebagai anak bungsu dari enam bersaudara, Fatimah menjadi satu-satunya yang berhasil menembus pendidikan hingga jenjang pascasarjana. Lingkungan sosial yang kerap menekan perempuan agar segera menikah tidak menyurutkan langkahnya.

“Menikah itu tak bisa diprediksi. Pendidikan bisa direncanakan,” ujarnya mantap.

Namun perjalanan itu tak mulus. Kekhawatiran keluarga soal biaya dan stigma perempuan sulit menyelesaikan studi tinggi sempat membuatnya ragu. Ia akhirnya mendaftar S2 diam-diam sambil mencoba peluang GratisPol, keputusan yang kemudian terbukti tepat.

“Tertatih-tatih bisa sampai di titik ini… semua saya jalani sendiri,” ucapnya.

Baginya, perjuangan bertahan di dunia pendidikan adalah bentuk bakti kepada kedua orang tuanya yang telah tiada.

 

“Al-Fatihah untuk orang tuaku yang mendidikku jadi perempuan bermental baja,” katanya.

Meski sangat terbantu, ia menyampaikan pandangannya, GratisPol perlu makin selektif dan menyentuh mahasiswa yang benar-benar membutuhkan. Ia menilai, penentuan prioritas dan evaluasi komitmen penerima patut diperkuat.

“Program ini sudah sangat baik. Semoga lebih fokus kepada mahasiswa yang benar-benar punya kebutuhan dan tekad,” tuturnya.

Dirinya berharap program GratisPol terus berjalan sebagai instrumen mobilitas sosial yang nyata bagi anak muda Kaltim. Ia bercita-cita kembali ke masyarakat dan menjadi agent of change di bidang pendidikan.

Di tengah keterbatasan, ia membuktikan, mimpi tidak harus padam hanya karena keadaan. Dan ketika peluang seperti GratisPol hadir di saat yang tepat, langkah yang hampir terhenti dapat kembali menyala lebih terang dari sebelumnya. (Adv/diskominfokaltim/yud)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.

  • vb

  • Pengunjung

    899022
    Users Today : 1722
    Users Yesterday : 2949
    This Year : 747398
    Total Users : 899022
    Total views : 9540013
    Who's Online : 46
    Your IP Address : 216.73.216.55
    Server Time : 2025-12-05