ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Lubang Undan, Pukau Penonton Temu Karya Taman Budaya di Jambi

June 19, 2013 by  
Filed under Artikel, Opini

Share this news

vivaborneo.com, pada pelaksanaan Temu Karya Taman Budaya se Indonesia yang dilaksanakan di Jambi awal bulan Juni, kontingen Taman Budaya Kaltim menampilkan drama musikal tradisional berjudul “Lubang Undan” yang dimabil dari cerita Dayak setempat.Kepala UPTD Taman Budaya Kaltim, Mohammad Guntur menuturkan pada Temu Karya Taman Budaya di Jambi ini mengambil tema “Kekuatan Mantra dalam Perspektif Kebudayaan Indonesia,” sehingga sejumlah suguhan yang dibawakan oleh para kontingen dari 33 provinsi selalu berbau mistis dan mengetengahkan mantra sebagai salah satu bentuk budaya yang dimilikioleh suku-suku di Indonesia.

Pada cerita “Lubang Undan” yang dibawakan oleh sepuluh pemain, lanjut Guntur tampak memikat para penonton yang hadir di Taman Budaya Jambi tersebut.

Cerita Lubang Undang diambil dari buku berjudul sama karya seniman Kltim Johansyah Balham, yang menceritakan kesetiaan seorang gadis Dayak dalam kehidupan sehari-hari.

Diceritakan, ada dua orang sabahat yaitu Bang Huvad dan Lawing yang pergi ke dalam hutan untuk mencari sarang burung walet yang banyak terdapat di gua-gua di tengah rimba raya Kalimantan.

Bang Huvad meninggalkan seorang istri yang sangat cantik bernama Bulan, yang diam-diam juga disukai oleh Lawing.

Pada saat mengambil sarang burung di dalam gua itulah, Lawing memutuskan tali rotan yang digunakan untuk naik turun ke dalam gua dan meninggalkan Bang Huvad seorang diri. Namun berkat usaha dan kekuatannya, setelah sekian lama bertahan, Bang Huvad dapat selamat dan mengembara untuk mengobati luka-lukanya.

Tetapi, Lawing telah berhasil memperdaya istri Bang Huvad yang mengatakan kala suaminya telah tewas. Setelah sekian lama menunggu dalam kesendirian, Bulan, istri Bang Huvad terus digoda oleh Lawing agar mau menjadi istrinya.

Setelah, sekian lama waktu berlalu dan kebutuhan hidup semakin mendesak, akhirnya  Bulan jatuh juga ke pelukan Lawing.

Setelah beberapa saat menjadi istri Lawing tiba-tiba Bang Huvad  muncul ke desa dan kembali ke rumah yang dulu mereka tempati bersama Bulan.

Betapa terkejutnya Bulan melihat sang suami ternyata masih hidup. Pergolakan besar terjadi dalam hatinya, sementara Bang Huvad dan Lawing berkelahi  untuk memperebutkan Bulan dan menegakkan harga diri yang selama ini tertutupi oleh kebohongan Lawing

Tak kuat menerima kenyataan dan merasa telah menghianati kesetiaan suaminya, akhirnya Bulan memilih bunuh diri sebagai jalan pintas menengahi semua persoalan hidup yang terjadi. Bulan mengakhiri hidupnya sebagai tanda kesetiaannya pada suaminya, Bang Huvad. Karena jika suaminya kalah dalam berkelahi, tentulah dirinya kembali ke pelukan Lawing.

Ditengah perkelahian, Bang Huvad dan Lawing tiba-tiba terdiam setelah tersadar akan kematian Bulan. Semua menyesali kejadian ini. Mereka sadar, perkelahian tidak menyelesaikan masalah.  “Menang  menjadi arang, kalah menjadi abu,” pikir keduanya.

“Drama musikal ini memikat penonton karena alur crita yang mudah dipahami. selain menampilkan tari Dayak lengkap dengan musiknya, alur cerita juga dihiasi lagu-lagu dayak yang mengalun eksotis,” ujar Guntur.(vb/yul)

 

 

 

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.