ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Desa Jonggon Tak Lagi Teriosolasi

August 16, 2015 by  
Filed under Profile

Share this news

UNTUK sebagaian orang-orang di Kaltim, kata “Jonggon” sudah kerap didengar dan tidak asing lagi. Pasalnya sebutan Jonggon kerap dijadikan perumpamaan orang jika menyebut suatu wilayah antah-berantah yang terpencil. Mungkin, hampir semua orang yang pernah menyebut Jonggon sebagai kata perumpamaan tersebut tak mengetahui dimana dan bagaimana keadaan desa yang disebutnya, apalagi menapakkan kakinya di Jonggon.

Hj Faisyah, nenek berusia 60 tahun warga Jonggon mengatakan Jalan bagus ini merupakan berkah Ramadan dan hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan bagi dirinya.

Jonggon adalah sebuah desa yang berada diwilayah kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang merupakan wilayah transmigrasi. Jonggon juga terbagi menjadi beberapa desa, antara lain,  Jonggon Jaya dan Jonggon Desa atau Jonggon C.

Kepala Urusan (Kaur) Umum Jonggon Desa Ahmad Saihu mengatakan, tak dipungkiri bahwa dulu Jonggon khususnya Jonggon Desa, merupakan perkampungan yang terisolasi karena infrastruktur jalan yang jauh dari kata layak, ditambah lagi tak ada listrik dan air bersih.  Sehingga transmigran dari Temanggung Jawa Tengah yang datang sejak 2001 ke Jonggon Desa, memang sempat merasakan sulitnya menjalani hidup diatas lahan 1,25 hektare untuk tiap transmigran di Jonggon Desa.

“Mereka (transmigran.red) dan warga asli dulu sangat sulit menjual hasil pertanian, bahkan beberapa warga ada yang sempat pindah meninggalkan  Jonggon Desa karena tak tahan dengan keadaan waktu itu,” kata Ahmad Saihu saat ditemui diruang kerjanya, Jumat (14/8).

Namun, sejak 2008 keadaan tersebut sedikit membaik sejak masuknya perusahaan perkebunan Niagamas. Saihu mengatakan, mulai saat itu warga Jonggon Desa banyak yang ikut bekerja di perusahaan perkebunan sawit tersebut, sehingga perekonomian mereka sedikit membaik.

Hingga Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara merealisasikan pengerjaan jalan di Jonggon, dengan struktur beton dengan lebar standar tersebut kini sudah bisa dinikmati warga, meski jalan masuk ke Jonggon Desa sebagian belum di cor semen.

“Dulu kami ke Tenggarong bisa sampai 3 jam, sekarang 1 jam sampai. Untuk jalan Jonggon desa kami mendapat kabar dikerjakan 2016,” ujar Ahmad Saihu

Menurut Saihu, dirinya juga mendengar bahwa jalan poros yang ada didesanya akan menjadi rute alternatif menuju Kalimantan  Selatan, bahkan untuk sampai ke Samboja melalui desanya bisa ditempuh dalam 2 jam.

Kini, desa antah-berantah itu tak lagi terisolasi, sehingga banyak pedagang yang datang langsung ke Jonggon untuk membeli hasil cocok tanam warga Jonggon.

“Dulu, pisang itu kadang hanya untuk makanan sapi, jika mobil masuk gardannya patah. Tapi sekarang mobil sudah bisa masuk, sehingga hasil pertanian kita bisa terjual,” katanya.

Hj Faisyah, nenek berusia 60 tahun warga Jonggon C merasakan benar dampak jalan yang sudah baik tersebut. Saat ini dengan mudah dirinya bisa mengambil barang dagangannya ke Tenggarong, untuk memenuhi warung yang menjual kebutuhan pokok yang menjadi usahanya.

Menurutnya, dulu untuk mengambil barang untuk warungnya bisa sampai bermalam di jalan jika hujan turun karena kendaraan terjebak lumpur. Sehingga mau tak mau harga dagangannya sedikit lebih tinggi untuk menutup biaya perjalanan, yaitu lebih tinggi Rp 1000 – Rp 2000 dari barang yang dijual di kota.

“Sekarang sudah enak, sudah ada mobil agen yang antar langsung isi warung, harga barang pun bisa dijual normal,” ujarnya  nenek yang sudah 40 tahn tinggal di Jonggon tersebut.

Hj Faisyah meresa bahagia, karena Agustus 2015 ini merupakan pertama kali dirinya memasang bendera Merah Putih dipinggir jalan konstruksi beton cor di depan warungnya.

“Jalan bagus ini merupakan berkah Ramadan dan hadiah Ulang Tahun Kemerdekaan bagi saya, karena sebelum bulan Puasa tadi jalan sudah enak,” ujarnya tersenyum sambil mempersiapkan bendera Merah Putih untuk dipasang di halaman warungnya. (hayru)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.