ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Berau-Samarinda 542 Km Butuh Waktu 11,5 Jam

February 22, 2017 by  
Filed under Opini

Share this news

TANJUNGREDEB, VIVABORNEO –  Jam menunjukkan pukul 08.00 Wite tanggal 20 Februari 2017 lalu selepas dari Perumahan Borneo Indah tempat menumpang istirahat di rumah kawan yang juga wartawan vivaboreo online di Berau, suasana kota Tanjung Redeb sudah penuh dengan kendaraan roda dua yang lalu lalang di jalan raya, tanda kota sudah mulai berjalan kegiatan ekonominya.

Kendaraan mengular hanya untuk antre bahan bakar. Situasi ini sangat mudah dijumpai ketika berkunjung ke Kabupaten Berau atau kabupaten-kabupaten lainnya di Kaltim.(foto: dokvb)

Tepat pukul 08.10 tibalah ditempat tambal ban karena harus menambal ban serep yang kempes dan terpaksa harus dilapisi ban dalam agar bisa dimanfaatkan, maklum ban tubles mobil merek Luxio G 811 MA yang ada sudah hampir 10 tahun karetnya sudah tak bisa ditambal dengan tubles lagi.

Selesai urusan ban serep terus meluncur ke SPBU di Rinding tak jauh dari Bandara Kalimarau yang tampak sudah mengular antri BBM premium. Walaupun SPBU tersebut belum ada stok BBM premium maupun pertamax, yang ada hanya solar. Tetapi deretan kendaraan roda 4 sudah lebih dari 25  unit berjajar d ipinggir jalan tanda mengantri.

Akhirnya harus putar balik lagi ke arah kota, disana pun tampak sudah antri, tapi masih beruntung hanya 8 kendaraan yang antri. Akhirnya pukul 08.50 dapat giliran mengisi pertalit, tak sampai Rp70.000 sudah full tank karena kemarin telah diisi penuh, jadi hanya menambah saja biar aman dalam perjalanan.

Tepat pukul 09.00 start  menuju Samarinda, perjalanan lancar tak terlalu ramai lalu lintas hanya ada beberapa kendaraan roda empat yang tampak melintas.

Sekitar 20 menit tiba di simpang Labanan, terpaksa harus menurunkan kecepatan karena akan melintas di depan Maskas TNI yang konon informasinya jika di depan asrama ini kecepatan tinggi bisa-bisa kena sanksi harus menghitung pagar, entah benar atau tidak belum membuktikan sendiri.

Jam menunjukkan pukul 10.00 Wita, tiba di simpang tiga Desa Merasa Kecamatan Kelay Kabupaten Berau. Disini sempat berhenti untuk mengambil gambar, tampak terpampang baliho besar bertuliskan “Selamat Datang di Desa Wisata Merasa”, dan pintu gerbang terbuat dari kayu berukiran ornament khas suku Dayak.

Tak lama kemudian lanjut perjalanan, kendaraan bisa dipacu hingga 80 km/jam karena jalannya cukup mulus berupa cor beton yang dilapis aspal. Sekitar setengah jam perjalanan tibalah di Jembatan Kelay, dimana jembatan ini dulu sebagai tempat masyarakat turun ke sungai yang akan menelusuri sungai Kelay untuk keperluan mencari kayu gaharu ataupun mencari sarang burung walet.

Antara jalur Merasa-Jembatan Kelay memang terdapat beberapa lubang yang cukup dalam sehingga pengemudi harus lebih ekstra hati-hati. Tidak jarang terjadi kecelakaan, seperti pada tanggal 18 Februari lalu, keelakaan terjadi  antara truk tangki pengangkut CPO dengan truk Nissan bertabrakan karena menghindari jalan yang berlubang cukup dalam.

Pada pukul 10.50 Wite  sampailah di km 112 dari arah Berau, terdapat jalan rusak karena sebelah kanan tampak longsor ke jurang dalam yang cukup parah. Tampak ada pekerja sedang memotong bukit menggunakan alat berat untuk memindahkan jalan yang longsor sekitar  4 meter.

Menurut penuturan karyawan dari PT Daya Perdana jalan yang ada akan dipindahkan agar ada bahu jalan, karena bahu jalan dan sebagian badan jalan sudah longsor.

Perjalanan Kelay-Muara Wahau cukup lancar, tampak truk-truk tangki pengangkut CPO lalu lalang dan truk-truk colt diesel kemungkinan dari expedisi tampak melintas. Tepat pukul 12.20 sudah sampai di Pasar Muara Wahau, yang berarti perjalanan yang telah ditempuh sudah 190 km.

Selepas rehat perjalanan pun dilanjutkan sekitar pukul 13.30 Wite. Perjalanan Muara Wahau-Simpang Batu Redy-Simpang Perdau lancar.  Cuma kecepatan kendaraan tidak bisa maksimal, karena banyak jalan-jalan yang berlubang. Demikian juga perjalanan Simpang Perdau – Sangatta juga terdapat beberapa ruas jalan yang rusak.

Tepat pukul 16.30 masuk kota Sangatta, jarak Muara Wahau – Sangatta lebih kurang 183 km. Setelah isi BBM di SPBU Sangatta perjalanan lanjut. Ruas jalan Sangatta-Simpang Bontang juga tidak mulus, banyak jalan yang tinggi sebelah dan aspas terkelupas, sehingga jarak sekitar 55 km memakan waktu tempuh hampir 1,5 jam.

Selepas sholat maghrib di Masjid Nurul Hidayah Desa Santan Ulu Kecamatan Marangkayu perjalanan pun kembali  berlanjut. Dan sekitar pukul 20.30 sudah masuk kota Samarinda. Praktis jarak antara Tanjung Redeb-Samarinda dilihat dari spidometer kendaraan hanya 542 km.(vb-01/mun)

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.