ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Dispar Kaltim Gencar Promosikan Minyak Gosok dan Kue Gabin

May 28, 2017 by  
Filed under Budaya

Share this news

VIVABORNEO.COM, Pernah bepergian ke Kota Samarinda dan membawa pulang oleh-oleh burupa sarung samarinda dan krupuk amplang?  Tentunya dua benda ini tidak asing lagi bagi yang pernah berkunjung ke ibukoa Kalimantan Timur ini.

Jpeg

Selain dua macam benda ini, rasanya sulit menemukan makanan atau benda lainnya.  Untuk itu, Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur memperkenalkan kembali dua  macam benda warisan asli Kota Samarinda berupa minyak urut dan pijat “Cap Banteng,” serta “Kue Gabin” baik manis maupun tawar.

Kepala Dinas Periwisata Provinsi Kaltim, Syarifuddin Pernyata mengatakan setiap benda yang melebihi usia 50 tahun sudah termasuk dalam cagar budaya. Begitupun dengan produk makanan dan lainnya, jika telah dapat bertahan dalam waktu yang lama maka perlu dilestarikan.

Syafruddin menjelakan tanpa banyak diketahui masyarakat (karena tidak pernah berpromosi di televise  dan Koran), minyak Cap Banteng minyak urut spesial yang diolah dengan usaha rumahan sejak tahun 1940-an oleh keluarga besar Said Saleh.

Sebenarnya ada dua macam merek dagang yang dipakai. Khusus untuk penjualan di Kota Samarinda, merek dagangnya Cap Banteng, sedangkan untuk dijual ke luar Samarinda dengan merek dagang “Minyak Pahlawan.”

Minyak Cap Pahlawan ini disinyalir menyebar hingga ke Malaysia dan Brunei Darusallam sebagai minyak urut dan pijat buatan Samarinda. Ini terbukti dari serial Upin dan Ipin yang pernah menyebut  “jika tergigit serangga, gosok saja dengan minyak Pahlawan”

Beda minyak Banteng dan minyak Pahlawan dengan minyak gosok lainnya adalah bahan dasar minyaknya bukan dari minyak kelapa sawit, tetapi dari minyak kelapa. Ini kelebihan minyak kelapa karena jika digosok atau diurut ke kulit tidak cepat kesat seperti halnya minyak gosok lainnya.

Jpeg

Produk kedua yang lagi gencar diperkenalkan oleh Dinas Pariwisata adalah Kue Gabin yang diproduksi oleh dua toko milik warga Tionghoa yang sudah lama bermukim di Samarinda.  Satu kue gabin produksi Toko Ria di Jalan Diponegoro dan satunya lagi produksi Toko Kue Lido di Jalan Yos Sudarso.

Tiap toko ini memproduksi dua macam jenis gabin yaitu gabin berukuran persegi kecil mirip kotak korek api dengan rasa tawar dan kue gabin berukuran lebih besar dengan rasa manis.

“Yang unik adalah cara makan kue gabin (kecil) ini yaitu dengan cara dicelup ke dalam teh panas manis. Sebelum kue lumer langsung disantap,” ujar Syafruddin menjelaskan.

Cara unik lainnya menikmati kue gabin tawar adalah dengan menyusunnya di dalam piring, kemudian dituang teh manis panas, setelah sedikit lumer, langsung disendok dan dimakan. Sluurrppppp. Nikmat.

Sementara yang berukuran besar, karena sudah manis dan lebih padat, lebih banyak dimakan langsung sebagai teman minum teh atau kopi dipagi atau sore hari. Terlebih sekarang sudah ada kue gabin besar ini  yang dikombinasi dengan susu dan keju.

Jadi jika berkunjung kembali ke Samarinda, jangan lupa menambahkan oleh-oleh selain krupuk amplang dan sarung samarinda, dengan minyak urut Cap Banteng serta kue gabin.(vb/yul)

 

 


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.