ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Prangko Tanggap Bencana ‘Letusan Semeru’

February 28, 2022 by  
Filed under Profile

Share this news

Oleh: EkoWahyuanto

Prangko Letusan Gunung Semeru

Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur, merupakan puncak gunung berapi tertinggi di Jawa. Tahun lalu, tepatnya 4 Desember 2021, mengalami erupsi dahsyat. Letusannya menghempaskan ribuan ton abu vulkanik, melelehkan lava pijar cair dan panas guguran, serta hujan abu. Mengakibatkan arus air bah deras,  mengalirkan material vulkanik dari lereng bagian atas, menerjang kawasan pemukiman, mematahkan kaki jembatan Glagah Perak, jalur vital transportasi kedua lokasi itu. Erupsi Semeru akibatnya, kerusakan lingkungan dan  sejumlah jiwa melayang.

Dalam upaya mitigasi dan tindakan dini terhadap bencana alam,  pemerintah mencanangkan program bertajuk “Indonesia Tanggap Bencana”. Gerak cepat dalam menanggulangi dampak bencana serta pengabdian para pegiat bencana dalam melakukan pertolongan pertama, dipotret dalam sebuah seri prangko berjudul “Letusan Semeru” terbit Senin 28 Februari 2022.

Melalui program penerbitan prangko 2022, Direktorat Pos Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kominfo, sesuai UU No 38 tahun 2009 dan Permen Kominfo No 21 Tahun 2012 Tentang Prangko, mengangkat subyek letusan Gunung Semeru dalam tema Indonesia  Tanggap Bencana.   Seri “Letusan Semeru” ini sekaligus menjadi terbitan perdana seri prangko di tahun 2022.

Pemerintah dalam hal ini Kominfo, didukung  Kementerian Sosial selaku PIC, PT. Pos Indonesia dan Peruri, bersama Pokja Nasional Prangko telah merancang seri prangko tersebut pasca terjadinya erupsi Semeru di penghujung tahun lalu.

Prangko adalah carik kertas kecil, berukuran antara 2 X 3 cm, dicetak secara security printing, dan digunakan sebagai pengganti alat bayar pengiriman pos. Melalui prangko dapat didokumentasikan peristiwa penting seperti bencana alam, sebagai sarana pembelajaran, dengan pesan pesan pentingnya mitigasi dini bagi masyarakat terdampak.

Prangko “Letusan Semeru” ini akan menjadi dokumen penting bagi Indonesia sebagai negara dengan barisan gunung berapi terpanjang di dunia. Prangko Letusan Semeru ini dilengkapi barcode, mengarah pada web https://geologi.esdm.go.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kebencanaan, termasuk informasi kebencanaan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi-PVMBG. Lembaga di bawah naungan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral-ESDM ini, mempunyai tugas melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Melalui prangko “Letusan Semeru” public dapat masuk ke portal tersebut dan melihat informasi seputar bencana geologi

Prangko dapat menjadi sarana promosi wisatake dunia internasional, betapa Indonesia memiliki keindahan alam terutama gunung berapi yang indah dan memikat. Selain itu setiap penerbitan prangko dicatatkan pada organisasi pos dunia, Universal Postal Union (UPU), sehingga pesan dalam prangko dapat mendunia.

Dalam jangka waktu tertentu, prangko “Letusan Semeru menjadi dokumen kebencanaan dan dapat dikoleksi sebagai benda collectable bernilai tinggi. Setelah diterbitkan, filatelis akan memburu benda kecil itu untuk dikoleksi dan diperdagangkan.

Jutaan tahun lalu, Pulau Jawa termasuk Jawa Timur sering dilanda bencana gunung meletus. Sebagai wilayah ring of fire di Asia Pasifik kisah runtuhnya beberapa kerajaan di Jawa juga terkait bencana alam ini. Tidak heran jika sejak ratusan tahun lalu masyarakat telah akrab dengan kisah cerita rakyat terkait meletusnya gunung berapi.

Prangko Indonesia yang mengangkat kisah dalam tema gunung berapi diantaranya; Gunung Bromo terbit tahun 1987, 2017, cerita rakyat Tengger terbit tahun 1998., Letusan Tambora terbit dalam SS tahun 2015. Disamping itu ada seri gunung 2003 bentuk trapezium ada 5 gunung, yaitu G. Kerinci, G. Merapi, G, Tambora, G. Krakatau, G. Raung. Tangkuban Prahu terbit tahun 1961. 100 Tahun Meletusnya Krakatau terbit tahun 1983.

Di Jawa Timur, kisah sukuTengger misalnya, merupakan salah satu cerita rakyat lereng Bromo, disampaikan secara turun-temurun hingga kini. Pemerintah sudah menerbitkan Prangko tentang cerita seputar kawah Bromo dan peristiwa Kasodo tahun 1987 dengan total produksi 2 juta keeping dalam seri pariwisata Indonesia. Sedangkan untuk upacara Kasodo termasuk dalam seri cerita rakyat yang terbit tahun 1998 sebanyak 5 buah gambar dan Sampul Hari Pertama – SHP dan souvenir sheet. Jadi prangko selain sebagai alat bayar juga sarana edukasi bagi generasi melenial.

Sejarah lain yang dipotret dalam prangko diantaranya, prangko bertemakan Gunung Tambora dalam tajuk Tambora Menyapa Dunia tahun 2015, yakni bertepatan dengan 200 tahun terjadinya erupsi Gunung Tambora tepatnya tahun 1915 hingga menenggelamkan satu kota, dan membuat langit dihampir seluruh belahan dunia gelap. Prangko ini dihiasi gambar berlatar belakang gugusan bukit Gunung Tambora, beberapa perempuan yang menggunakan rimpu, yaitu kain sarung yang digunakan menutupi kepala yang hanya menampakkan wajah.

Seri prangko yang terkait dengan peduli bencana alam antara lain seri Merapi tahun 1954, Tsunami Aceh tahun 2005, 200 Tahun Meletusnya G. Tambora tahun 2015, 100 Tahun Meletusnya Krakatau tahun 1983, Bencana Alam Meletusnya Gunung  Agung  tahun 1963, bencana tsunami di Flores tahun 1961 (cetak tindih), bencana alam 1953 (meletusnya  G. Sangeang Api NTB  dan banjir di Aceh), seri bencana alam tahun 1967 dan seri bencana alam meletusnya G. Kelud tahun 1966.

Kisah- kisah tragis, dan informasi tentang kebencanaan dinarasikan pada bagiaan diskripsi penerbitan prangko, sehingga prangko mencatat jejak sejarah, menjadi sarana informasi dan komunikasi serta pembelajaran yang murah dan efektif. (*)

Penulis adalah Analis Kebijakan Ahli Madya Kemkominfo – Kandidat Doktor Universitas Negeri Jakarta


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.