ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Penanggulangan HIV/AIDS, Narkoba dan Tuberkolosa Perlu Penanganan Terpadu

November 4, 2010 by  
Filed under Berita

Share this news

SAMARINDA–vivaborneo.com, Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekprov Kaltim Drs H Sutarnyoto meminta penanganan masalah HIV/AIDS, Narkoba dan Tuberkolosa di Kaltim dilakukan secara terpadu dan terintegrasi. Hal ini penting dilakukan mengingat ketiga jenis penyakit berbahaya itu memiliki potensi keterkaitan yang sangat tinggi.“Gerakan penanggulangan HIV/AIDS, Tuberkolosa dan Narkoba perlu dilakukan secara terintegrasi dengan konsep bersama. Untuk tahap awal, perlu dipetakan lebih dulu potensi penyakit itu berada dimana dan kemudian dirumuskan strategi yang tepat untuk mengatasinya,” kata Sutarnyoto saat mewakili gubernur membuka Rapat Koordinasi Program Penanggulangan Kesehatan Narkoba, HIV/AIDS dan Tuberkolosa di Mesra International Hotel Samarinda, Rabu (3/11).

Diakui Sutarnyoto, hingga saat ini masih ada kecenderungan penanggulangan ketiga penyakit berbahaya tersebut dilakukan secara parsial oleh masing-masing lembaga. Persoalan AIDS misalnya, sudah ada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) tingkat provinsi dengan Peraturan Daerah No: 05 Tahun 2007 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seks (IMS) dan AIDS. Untuk urusan Narkoba lembaga yang mengurus adalah Badan Narkotika Provinsi (BNP) dan Perkumpulan  Pemberantasan Tuberkolosa Indonesia (PPTI) berkonsentrasi untuk penyakit tuberkolosa (TBC).

Dia tak mempermasalahkan kiprah yang telah dilakukan masing-masing lembaga. Namun ke depan, ia berharap agar lembaga-lembaga tersebut dapat merumuskan langkah terpadu yang  strategis untuk pencegahan dan penanggulannya.

“Masalah kesehatan sudah menjadi komitmen Pemprov Kaltim dan Pak Gubernur termasuk member dukungan anggaran yang tepat. Tidak masalah tetap berjalan dengan lembaga masing-masing, namun konsep bersama untuk menanggulangi penyakit-penyakit tersebut harus dilakukan,” tegas Sutarnyoto. Rancangan konsep bersama tersebut diharapkan bisa didiskusikan dalam forum rapat tersebut.

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) epidemic HIVterus meningkat setiap tahunnya. Hingga saat ini, tidak kurang dari 40 juta penduduk dunia hidup dengan HIV/AIDS. Penyakit ini menjadi penyakit terbesar dalam sejarah dunia. Bahkan ada satu Negara di Afrika yang terancam punah karena hampir seluruh penduduknya terjangkit HIV/AIDS.

HIV sendiri merupakan faktor resiko potensial bagi terjadinya TBC aktif maupun laten. Sebaliknya penderita penyakit TBC aktif memiliki resiko tinggi terhadap HIV/AIDS. Peningkatan penderita HIV/AIDS yang lain juga disebabkan penggunaan narkoba, khususnya melalui penggunaan jarum suntik dan melalui heteroseks, berganti-ganti pasangan, termasuk dengan Wanita Penjaja Seks (WPS).

Hasil Volunters Conseling dan Testing (VCT) di RSUD A. Wahab Sjahrani Samarinda menunjukkan 31,34% penderita TB Paru yang tidak sembuh memiliki riwayat sebagai pengguna narkoba atau pernah berhubungan seks dengan berganti-ganti pasangan. Dari sana, Sutarnyoto menyimpulkan upaya penanggulangan ketiga penyakit tersebut harus dilakukan secara terintegrasi dengan rumusan konsep bersama secara tepat.

Rapat koordinasi juga dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Syafak Hanung dengan para pemateri diantaranya berasal dari Kementerian Kesehatan RI, Badan Narkotika Nasional dan PPTI Pusat. (vb/sam)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.