ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

Gekrafs Kaltim Dorong Hilirisasi Industri Ekonomi Kreatif

June 20, 2022 by  
Filed under Kalimantan Timur

Share this news

SAMARINDA – seiring dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif disahkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 24 Oktober 2019, pada tahun 2020 sektor ekonomi kreatif terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ada 17 subsektor ekonomi kreatif,  seperti kuliner, kriya, musik, fesyen, aplikasi, seni rupa, TV dan radio, penerbitan, design interior, pertunjukan seni, fotografi, film animasi dan video, Periklanan, arsitektur, permainan interaktif, desain komunikasi visual, dan desain produk.

Hal terrsebut dikatakan Amin Abdullah, Direktur Musik, Film dan Animasi – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI) saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs) Kaltim tahun 2022 di aula WIEK Kantor Diskominfo Kaltim Jalan Basuki Rahmat Samarinda, Minggu, (19/06/2022).

Dipaparkan, nilai PDB Ekonomi Kreatif Indonesia, dibandingkan tahun 2020 yang sempat terkontraksi 1,70%, maka di tahun 2021 nilai PDB sektor Ekonomi Kreatif Indonesia tumbuh 4,04%. Sektor ekonomi kreatif tahun 2020 menampung 19,39 juta tenaga kerja di Indonesia, dengan didominasi oleh gen Z dan millenial (rentang usia 25-40 tahun) dengan komposisi sebesar 39,20%.

“Dengan laju pertumbuhan tertinggi ada di subsektor televisi dan radio (9,48%), aplikasi dan game (9,17%), dan arsitektur (7,23%),” ujar Amin Abdullah.

Dijelaskan, Ekonomi kreatif merupakan perwujudan nilai tambah dari kekayaan intelektual yang  bersumber dari kreativitas manusia yang  berbasis warisan budaya, ilmu  pengetahuan, dan/atau  teknologi.

Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas melalui kreativitas, atau Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi (output) dengan nilai dari biaya untuk proses produksi (input).

Ia mencontohkan, pengusaha kacang telur membuat produk dengan  bahan kacang, terigu, telur, bawang putih, garam, dan lain-lain sebagai bahan bakunya dengan harga Rp750 ,00. Menjualnya menjadi kacang telur dengan kemasan dengan harga Rp1.000,00 .

“Nilai tambahnya adalah sebesar Rp1.000.00 dikurangi Rp750,00 = Rp250 ,00,” kata Amin.

Lebih lanjut, Direktur MFA Kemenparekraf RI ini   menjelaskan pentingnya pemahaman Ekosistem Ekonomi Kreatif bagi berbagai pihak, terutama pelaku ekonomi kreatif agar bisnis yang dibangun bisa berkelanjutan.

“Keterhubungan sistem yang  mendukung rantai nilai Ekonomi  Kreatif, yaitu kreasi, produksi,  distribusi, konsumsi, dan  konservasi, yang dilakukan oleh  PENTAHELIX  (Government, Akademisi, Komunitas, Pebisnis dan Media) untuk  memberikan nilai tambah pada  produknya sehingga berdaya   saing  tinggi, mudah diakses, dan  terlindungi secara hukum,” jelasnya secara online melalui zoom meeting.

Pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif, menurut Amin Abdullah, dapat dilakukan  melalui pengembangan riset, pengembangan pendidikan, fasilitasi pendanaan dan pembiayaan, penyediaan infrastruktur, pengembangan sistem pemasaran, pemberian insentif, diferensiasi produk dan digitalisasi, fasilitasi kekayaan intelektual, dan pelindungan hasil kreativitas.

Sementara itu narasumber kedua, Arief Ardinugroho -Entrepreneur Co Founder KIRIMINAJA sebuah platform ekspedisi pengiriman paket. Ia memaparkan potensi pengembangan bisnis dengan berbasis digital marketing.

Melalui aplikasi zoom meeting, Ia mengatakan pada tahun 2020 transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp 206 Triliun. Kemudian diproyeksikan  pada tahun 2022 akan tumbuh hingga Rp 530 Triliun.

“Survey juga menunjukkan saat ini adalah era e-commerce social media, dimana media social seperti facebook, instagram dan tiktok menjadi media yang sangat penting dalam social commerce,” ujar Arif.

Ia pun berharap, pelaku ekonomi kreatif di Kaltim memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram dan tiktok  untuk meningkatkan transaksi bisnis.

Sementara itu, HM. Faisal Kepala Dinas Kominfo Kaltim mengatakan ekonomi kreatif Kaltim saat ini harus bergerak ke arah hilirisasi digital dan berorientasi industri.

Pelaku ekonomi kreatif melalui BUMD di Kaltim telah berhasil ekspor Lidi dari pelepah daun kelapa sawit yang sangat berlimpah di Kaltim, “ per bulan mereka bisa eksport 10 ton ke negara di Timur Tengah,” ujar Faisal.

Faisal berharap Gekrafs Kaltim melalui Rakerwil ini bisa membantu pelaku ekonomi kreatif dengan melakukan kerja-kerja dengan skala prioritas seperti riset pasar atau penelitian bekerjasama dengan perguruan tinggi di Kaltim, seperti mendorong pengembangan subsektor Fesyen Muslim Industri, dimana sejak bahan baku, proses pembuatan, hingga pemasaran dengan kaidah Islam.

Ketua DPW Gerakan Ekonomi Kreatif (Gekrafs) Kaltim Aji Mirza Hakim atau akrab disapa Icha,mengatakan sebagai organisasi bernaungnya pelaku usaha ekonomi kreatif di Kaltim, Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Gekrafs Kaltim Juga  membahas rancangan program kerja yang akan mempertajam visi misi organisasi Gekrafs dalam turut berpartisipasi dalam memajukan industri ekonomi kreatif di Kaltim.

“Di dalam Gekrafs, berkumpul pelaku usaha ekonomi kreatif di Kaltim, dan yang belum bergabung dapat di DPC Gekrafs Kabupaten/Kota se Kaltim dan memfollow Instagram @gekrafs_kaltim, untuk bersama-sama bangkit berkolaborasi memajukan usaha dengan inovasi dan hilirisasi industri ekonomi kreatif,” ujar Icha. (*/adv/diskominfo kaltim)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.