ArabicChinese (Simplified)EnglishFrenchGermanIndonesianKorean

100 Persen Tamil

December 28, 2010 by  
Filed under Opini

Share this news

Harimau mengaung dan patahlah sayap-sayap Garuda. Menyedihan dan menyesakkan. Tapi, Rabu, 29 Desember nanti, itu tidak boleh lagi terjadi. Cakar Garuda harus mampu merobek mata sang Harimau, mengibaskan sayap membenang Harimau, dan terbang lebih tinggi dengan senyum kemenangan seluruh rakyat Indonesia.Sebagai anak bangsa, mungkin kita patut muak dengan perilaku ’orang-orang’ Malaysia, tapi pasti tidak semua, sebab tentu masih ada orang Malaysia yang mungkin masih baik hati tidak seperti Malaysia-Malaysia seperti mereka.

Soal kekalahan Indonesia di leg I Final Piala AFF di Bukit Jalil, Malaysia, Minggu (26/12) lalu, saya ingin menyebut Malaysia sebagai negara terprovokatif di dunia. Mengapa demikian? Lihat saja, sinar laser yang disebarkan kepada para pemain Indonesia sepanjang 90 menit pertandingan berlangsung. Provokasi terhadap para pemain Indonesia melalui sinar laser bukan hanya bicara tentang bagaimana seharusnya para pemain tidak terganggu dengan provokasi lawan. Provokasi laser meski secara mental dapat dihindari, tetapi secara pisik pasti akan sangat menganggu aksebilitas pemain. Lalu apa kata si-Rajagobal ketika Markus tidak lagi mampu menahan gangguan pisik dari laser itu? Si-Gobal itu hanya mengangkat kedua tangan dengan posisi terbuka setinggi dada, lalu mengangkat kedua bahunya bersamaan. Dalam bahasa Italy mungkin bisa saja diartikan dengan ”No Problemo” atau ”Gak Ada Masalah Cing”.

Dasar negara provokasi, mereka bukan hanya mahir dalam provokasi perebutan wilayah, merebut budaya atau klaim-klaim yang lain, di dalam stadion pun mereka terlalu tangguh untuk urusan provokasi.

Entah disadari atau tidak oleh semua yang menyaksikan pertandingan final leg I, provokasi terbesar Malaysia menurut saya justru ada di tribun penonton. Provokasi itu berbentuk kain berwarna kuning dengan tulisan ”100 persen Malaysia”. Tidak panjang, tetapi beban provokasinya saya yakin begitu dahsyat hingga mengalahkan kekuatan bencana tsunami, yang malam itu dilambangkan dengan ikat hitam di tangan kiri bagian atas para pemain Indonesia.

Kita bisa saksikan, bagaimana Cristian Gonzales, pemain naturalisasi Uruguay merasa risih berlari karena provokasi itu. Hampir tidak ada peluang yang bisa ia buat sepanjang 90 menit pertandingan. Provokasi ini juga menyerang mental para pemain Indonesia, termasuk Firman Utina sang kapten. M Nasuha dan M Ridwan menurut saya adalah orang pertama dan kedua yang mendapat provokasi Malaysia tersebut (boleh anda tanya mereka). Mereka seperti kehilangan semangat bertanding, kehilangan keyakinan sebagai anak bangsa yang seharusnya tidak boleh terganggu dengan provokasi apapun.

”Garuda Di Dadaku”, mungkin tidak sekadar dinyanyikan, tetapi harus dipatrikan dalam jiwa raga mereka, sehingga provokasi apapun dari Malaysia akan sia-sia.

Kalau boleh, saya ingin memberi rekomendasi kepada PSSI atau siapa pun yang berkewenangan di dalam stadion, termasuk kepada para suporter Indonesia. Pertama buat PSSI, kalian harus mengatakan dan menjanjikan bahwa Gelora Bung Karno (GBK) aman dari laser, seperti pengurus FAM juga mengatakan itu sebelum pertandingan. Tapi di belakang stadion, mulai detik ini atau dari kemarin kalian sudah harus menyiapkan laser dengan kekuatan yang luar biasa, yang lebih hebat dari laser Malaysia, yang sekiranya pengaruh laser itu akan membuat Indonesia unggul 3-0. Rekomendasi kedua, provokasi Malaysia tentang makhluk ”100 persen Malaysia” adalah bagian dari bentuk ”Provokasi Diskriminasi” yang harus dilawan. Semua manusia yang memiliki kemampuan, seharusnya mendapat kesempatan yang sama untuk bermain, termasuk Gonzales dan Irfan Bachdim.

Maaf, pemain Malaysia nomor punggung 10, Safee (baca Sapi) juga manusia, bukan sapi atau hewan. Dia juga sama dengan Gonzales yang ditetapkan Tuhan terlahir di Uruguay, bukan di Indonesia atau di Malaysia. Maka tak perlu lah mempertentangkan 100 persen Malaysia, 100 persen Uruguay atau 100 persen Sapi.

Harus disadari, bahwa semua itu adalah provokasi. Sebab itu provokasi itu harus kita lawan di GBK. Jangan pernah biarkan Hariamau terus mencabik-cabik harga diri Sang Garuda. Saran saya, Suporter Indonesia harus membuat spanduk atau poster yang lebih besar yang juga bernada provokasi seperti yang mereka lakukan. Jangan takut menirukan mereka untuk menyadarkan Malaysia bahwa yang mereka lakukan sangat tidak baik dalam hal penghargaan kemanusiaan.

Poster atau sepanduk yang mungkin bisa dipilih untuk dipasang di dalam stadion saat pertandingan leg kedua nanti menurut saya ”100 persen Sapi” atau ”100 persen Tamil”. Dan silahkan anda pikirkan, provokasi lain yang lebih mantap. (samsul arifin)


Share this news

Respon Pembaca

Silahkan tulis komentar anda...





Redaksi menerima komentar terkait artikel diatas. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak tidak menampilkan komentar jika mengandung perkataan kasar, menyinggung, mengandung fitnah, tidak etis, atau berbau SARA.